Chapter 1

199K 10.5K 73
                                    

Assalamualaikum Halluu, selamat datang di kisah pertamakuu~ Happy reading yak, semoga bermanfaat.

***

Azzahra Salsabila, wanita dewasa yang kerap dipanggil Zahra akan membagikan sedikit kisah hidupnya.

Kisah tentang perjalanannya saat berhijrah, perjalanannya melewati berbagai masalah, hingga cinta yang pernah singgah dan tak berubah.

Ini kisah sederhana. Seperti kisah-kisah di kebanyakan cerita.Tapi jangan salah tangkap! Setiap cerita tak harus berakhir sama, setiap cerita tak harus berakhir bahagia, ataupun ending yang harus terbaca jelas.

Karena yang pasti dalam sebuah cerita ada hikmah yang bisa diambil, kebaikan yang bisa dicontoh, dan keburukan yang bisa dijadikan pembelajaran.

"Apa kalian siap membaca kisahku? Kuatkan hati kalian, aku tak mau tanggung jawab jika kalian mewek di tengah malam."

R&Z

Seorang wanita cantik tengah berada di kamarnya, di hadapan cermin besar dan sedang menyisir rambut panjangnya. Setelah itu, ia mengambil selembar kain yang ia bentuk segitiga. Kerudung senada warna hitam yang sesuai dengan roknya itu sudah melekat di kepala.

Tak berselang lama, wanita itu turun dan menemui keluarga tercintanya.

"Selamat pagi Ummi, Abi," sapanya riang. Wanita berumur 22 tahun itu terlihat ceria seperti biasanya.

"Pagi juga, nak." Ucap Abi Hanan--- ayah dari Zahra.

"Hari ini kamu mau kemana, Ra?" Tanya ayahnya yang berusia 50 tahun. Ia heran melihat putrinya yang sudah terlihat rapih.

"Zahra mau cari kerja Bi, gak enak udah lulus masih ngebebanin Umi dan Abi." ujar Zahra lalu duduk di kursi meja makan.

"Nyari kerja dimana?" Tanya Abinya sambil menyesap kopi.

"Di Jakarta Pusat bi, siapa tahu ada rezeki Zahra disana." jawab Zahra.

"Ngobrolnya nanti dulu ya! Sekarang makan pagi dulu, jangan sampai ada yang gak habis!" sela Uminya sambil membawakan nasi. Zahra mengangguk bersamaan dengan suara cempreng adiknya.

"Umii, dasi Nita mana?" Tanya sang adik. Qonita Wardani yang masih duduk dibangku SMK kelas 2 tengah kebingungan mencari dasinya.

"Pagi-pagi sudah berisik, makan dulu!" ketus Zahra. Meskipun mereka kakak adik, tetapi mereka jarang akurnya. Sifat mereka yang berbeda adalah masalah utamanya.

"Apasih. Gak usah ngegas kalee." seloroh Nita kesal.

"Udah makan dulu, nanti umi cariin." lerai sang umi. Aih, uminya selalu begitu.

"Gak usah dicariin mi, nanti manja." celetuk Zahra tak suka.

"Dih, biarin." jawab Nita sambil menjulurkan lidahnya.

"Ini mau bertengkar apa mau makan!" Tegas abinya. Kakak beradik yang tadinya ribut pun terdiam.

Mereka sarapan pagi tanpa ada suara sedikit pun, keluarga kecil ini memang sudah lama menerapkan adab yang melarang bicara sambil makan. Semua diam, hening. Hanya suara piring dan sendok yang berdenting.

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang