Chapter 3

126K 7K 121
                                    

"Terkadang hal tak terduga itu, mampu membuat hidup lebih menarik dari sebelumnya"

Author Pov.

Ucapan lelaki dewasa yang menusuk membuat Zahra diam dan berusaha menahan tawanya karena muka lelaki itu penuh dengan coretan spidol bergambar abstrak, ia yakin itu ulah lelaki kecil di sampingnya.

"Hey berhenti tertawa!" Ucap lelaki itu kesal kepada perempuan asing didepannya.

"Iya maaf" balas Zahra masih senyam-senyum.

"Rama! Masuk rumah" suruh lelaki itu pada keponakan nakalnya.

"Gendong uncle" tangan bocah kecil itu terulur ke lelaki itu.

"Ck" seperti tak ikhlas, lelaki itu pun menggendongnya dengan sedikit dongkol.

"Tunggu apa lagi noona? Pergilah!" ucap lelaki itu lalu pergi menyeberang jalan dan masuk ke dalam gerbang besar.

Zahra menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa kecil melihat lelaki itu. Lelaki yang menabraknya di loby kantor tadi pagi sangat lucu menurutnya. Zahra lalu melangkahkan kakinya dan bersiap pulang ke rumah.

***

Zahra tengah menonton tv di ruang keluarga bersama umi dan abinya. Ralat, tidak menonton tv tetapi melihat orang berebutan remote tv yang membuatnya ingin tertawa sekaligus ikut kesal.

Abinya ingin menonton sepak bola sedangkan uminya ingin menonton sinetron yang sedang naik daun. Cinta Fitri judulnya.

"Mas, nomor 7 lah" rajuk Nadina -- umi Zahra dengan manyun.

"Lagi seru yang!" sang abi pun tak mau mengalah.

"Mass" Umi Nadi menggoyangkan bahu sang suami. Namun tak ada reaksi dari sang suami.

Terus gimana dong?

Umi Nadi kesal dan berdiri pergi dari ruang keluarga di susul Zahra yang sedari tadi ingin bicara.

"Mi" panggil Zahra.

"Iya" jawab sang umi singkat.

"Tadi ada costumer cari umi" ucapan Zahra membuat sang umi mengernyit.

"Kenapa? Dia protes dengan pelayanan kita?" Tanya Nadin yang nampak badmood.

"Bukan mi, suka suudzon ih umi" cibir Zahra tak suka.

"Terus apa?"

"Bentar mi, aku tadi dikasih ibu itu kartu nama" Zahra pergi ke kamar dan mengambil sesuatu di tasnya lalu ia kembali lagi.

"Ini mi, mungkin umi kenal?" Sodor Zahra dengan kartu nama itu. Nadin nampak mengernyit dengan nama yang nampak familiar.

"Owalah, Si Arum toh ternyata. Gelarnya membuatku pangling" secercah senyum mengambang di bibir Umi Zahra.

"Siapa mi?"

"Arum. Dia itu teman dekat umi atau bisa dibilang sahabat dari SMP, umi kaget dia ke butik tiba-tiba. Dia bicara apa?" Antusias Umi Nadin.

"Dia cuma memberi kartu namanya dan akan ke butik lain kali" jelas Zahra.

"Gitu ya? Yaudah umi mau ke kamar dulu, mau kontakan sama dia. Hihii" Umi Nadi tertawa ceria dan pergi meninggalkan Zahra yang terpaku sendiri.

"Aku terbiasa ditinggalin kok mi" batin Zahra dramatis.

Zahra beranjak pergi ke kamarnya, dia bosan tak memiliki pekerjaan setelah lulus wisuda. Ia cuma tidur, makan, tidur, makan. Hal itu membuatnya tak enak pada keluarganya yang sudah menyekolahkannya tinggi-tinggi, di sekolah mahal pula. Huft.

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang