Lead To You | 23

4.3K 319 13
                                    

#123 IN GENERAL FICTION (9/2/18) - 12.30 PM

Edited : 11/3/18 - #52

Repost 22/3/19

******

BUTUH SUPPORT KAMU TERUS, DONT FORGET TO VOTE AND COMMENT TO INSPIRE ME ALWAYS!

LTY MASUK RANK #52 DARI 11/3/18😊 HAPPY? YES! ALL B'COZ OF YOU GUYS!! 

THANKS FOR ALWAYS SUPPORTING ME AND INSPIRE ME!😘

THANKS FOR ALWAYS SUPPORTING ME AND INSPIRE ME!😘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


LEAD TO YOU – PART 23

******

Gundukan tanah yang masih basah itu membuatku teringat ibuku. Perangai ayah mulai berubah saat ibu pergi meninggalkan kami delapan tahun yang lalu. Ibu beruntung tidak tahu apa yang dilakukan ayah selama ini. Ibu hanya tahu, ayah adalah suami yang baik. Air mataku kembali menggenang, Dinar akan sakit hati mengetahui perbuatan ayahnya, itu pasti. Dia sama sepertiku.

..

Akhirnya aku kembali ke rumah Alghaz, yang menurut Omar adalah rumahku juga, karena aku adalah istrinya. Alghaz sudah tiga hari juga tidak pulang ke rumah, menurut Omar, ia tidak akan pulang sebelum aku ditemukan atau pulang. Aku tersenyum dalam hati.

Betapa terkejutnya aku ketika membuka pintu dan mendapati Bu Ami menghambur memelukku, dan di belakang Bu Ami ada sosok yang selama ini diam-diam kurindukan. Alghaz berdiri dengan ekspresi sendu, wajah tampannya yang berlesung pipi terlihat layu dan lelah, lingkar matanya cekung dan gelap. Ia benar-benar kelihatan kurang istirahat dan tidur.

Rahangnya mengeras dan mata coklatnya menatapku intens, ia berjalan menghampiriku dengan gerakan lambat, Sedangkan aku bergeming di tempatku, menelan ludah dengan jantung berdebaran. Mataku mulai panas melihatnya bergerak menghampiriku, penampilannya benar-benar kacau, tapi ia masih terlihat sangat tampan, tentu saja. Mata coklatnya nampak berkilauan, apa itu karenamatanya juga berkaca-kaca?

"Gadis..." ia meraih tanganku, "Gadis, maafkan aku..." lirihnya, dan kilauan di sudut matanya menetes begitu saja. Alghaz menangis? Ia buru-buru menyeka matanya.

Aku menggeleng, "Tidak Al, aku yang minta maaf..." sahutku sambil menghambur ke pelukannya. Aku tidak tahan lagi menahan rinduku untuk berada dalam pelukan hangatnya. Alghaz balas memelukku dengan erat dan mencium puncak kepalaku, lama. Aku terisak di dadanya, menumpahkan kerinduan yang tertahan selama ini. "Maafkan aku, Al. Seharusnya aku tidak lari meninggalkanmu"

Alghaz menggeleng, kedua tangannya menangkup wajahku, "Aku bersikap tidak adil padamu, maafkan aku, Gadis" ulangnya.

Kali ini aku mengangguk, "Ya, tapi aku mengerti sekarang."

Alghaz ikut mengangguk sambil tersenyum, kemudian ia merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah benda yang pernah kutinggalkan di meja kerjanya. Cincin pernikahanku. Alghaz meraih tanganku dan menyematkan cincinnya di jari manisku lagi. "Ini milikmu, selamanya akan jadi milikmu" ujarnya membuat air mataku berjatuhan lagi karena terharu. Alghaz menarik tanganku ke bibirnya dan menciumnya.

..

Alghaz masih menggenggam tanganku ketika Omar bercerita bahwa aku bertemu dengan Max hari ini. Genggaman tangannya semakin erat ketika ia tahu Max sempat tahu bahwa hubunganku dengannya buruk saat itu. Max sangat senang tentu saja. Ia juga terus menerus menatapku, seolah-olah aku akan menghilang begitu saja kalau ia memalingkan pandangannya dariku. Aku tidak percaya mendapati cinta Alghaz sedemikian besar padaku, ia berusaha menghilangkan bayangan buruknya dengan terus menerus melihatku, berusaha tidak mengingat masa lalunya ketika ia melihatku. Alghaz sedang berusaha untuk berdamai dengan masa lalunya dan aku berjanji akan membantunya.

Satu hal yang masih belum kuceritakan pada Alghaz adalah dugaanku tentang Amber, yang ternyata adalah keponakan dari Max. Karena ini baru dugaanku saja, bisa saja hanya namanya yang sama.

Omar dan Lidya sudah pulang, dan Alghaz mengajakku ke kamar. "Kau tahu aku juga sudah tiga hari tidak masuk kamar ini, kamar kita" ujarnya seraya memelukku dari belakang dan berjalan maju masuk dalam kamar.

Aku mengangguk, "Ya, Omar tadi mengatakannya padaku" aku menyentuh tangannya di pinggangku.

"Aku seperti ikan yang dikeluarkan dari air, ketika sadar kau pergi meninggalkanku, Dis" katanya dengan menyandarkan dagunya di pundakku, "aku tidak tahu caranya bernapas.".

"Maafkan aku..." lirihku.

"Tidak, aku mungkin melakukan hal yang sama kalau diperlakukan seperti aku memperlakukanmu kemarin. Maafkan aku, aku tidak tahu bagaimana menyampaikan padamu perasaanku waktu itu"

Aku memutar tubuhku, menatap matanya, menyentuh pipinya yang bolong dengan kedua tanganku, meraba celung matanya yang menghitam, "Aku tahu, seharusnya aku tahu..." sahutku dan mendekatkan wajahku padanya, merindukan hangat dan kelembutan bibirnya. Alghaz menyambutku dengan meraih jilbabku dan membukanya.

"Aku tidak akan menyakitimu lagi, Dis, aku berjanji..." ujarnya.

Aku mengangguk pelan dan menerima sentuhan Alghaz yang penuh dengan kerinduan.

..

"Aku turut berduka atas meninggalnya ayahmu" ujarnya, aku menoleh ke arahnya dan dia memiringkan tubuhnya menghadapku. Aku tidak mengharapkan simpatinya pada ayahku, sungguh, tapi ia mengucapkannya dengan tulus, aku menghargainya.

"Terima kasih, Al. Allah tahu yang terbaik untuk ayahku dan kita" sahutku.

"Aku tidak pernah mengharapkan kematiannya, sungguh" balasnya, "aku sempat menemuinya, saat aku putus asa mencarimu, aku datang padanya, sebelum ia meninggal..."

Mataku melebar dan menatapnya, "Benarkah? Apakah dia meminta maaf langsung padamu?"

Alghaz mengangguk, dan aku menghela napas lega, sudut mataku kembali menjatuhkan hujan kecil, "Alhamdulillah..." gumamku sambil menyeka air mataku.

"Ya, ayahmu meminta maaf padaku, dan sekaligus menitipkanmu padaku, memintaku menjagamu dari Max. Ironis bukan?" katanya, tapi ia buru-buru meralat ketika melihatku menghela napas, "bukan itu maksudku, aku tidak bermaksud buruk, Dis" lanjutnya.

Aku menoleh lagi padanya, "Aku tahu, Al" cetusku sambil menyentuh pipinya. "Sepertinya kau harus banyak tidur, lingkar hitam di matamu terlalu jelas," kataku.

Ia menyentuh tanganku di pipinya, "Karena kamu..." lirihnya. "Aku hanya bisa tidur nyenyak dipelukanmu."

Aku tersenyum dan menarik kepalanya ke dadaku, mendekapnya erat dan membelai lembut rambutnya. "Kalau begitu aku akan memelukmu terus" jawabku dan Alghaz mengangguk sambil menyampirkan tangannya di pinggangku.

 "Kalau begitu aku akan memelukmu terus" jawabku dan Alghaz mengangguk sambil menyampirkan tangannya di pinggangku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vote dan komennya donk...makasiih yaa yang tayang Alghaz....kecups!




LEAD TO YOU (Sudah Terbit-Repost-Completed)😍Where stories live. Discover now