Lead To You | 17

5K 335 4
                                    

#267 In General Fictions (5/2/18) - 11.52 PM

Edited 10/3/18 #138

-----------------------
MAILAF! MINTA VOTE NYA YAAH....😙😙

LEAD TO YOU – PART 17

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

LEAD TO YOU – PART 17

*****

Pertemuan dijadwalkan di tempat yang sama, Aku tinggal di kamar bersama Lidya dan dua orang bodyguard di luar kamar. Aku berdoa semoga Alghaz bisa menahan emosinya. Aku dan Lidya terlalu gelisah berada di dalam kamar berjam-jam. Baru saja kami akan keluar kamar, Alghaz dan Omar masuk ke dalam ruangan.

Ekspresi Alghaz sangatlah kesal, "Kurang ajar! Bangsat! Bajingan!" maki Alghaz terus menerus sambil membuka jasnya dan melemparkannya dengan sekuat tenaga ke arah sofa. Omar duduk sambil menghela napas dan membuka kancing kemejanya, ekspresinya kurang lebih sama dengan Alghaz.

Ada apakah gerangan?

"Max tidak bisa diremehkan, penandatanganan perjanjian terpaksa ditunda karena keinginannya terlibat dalam semua pengambilan keputusan dalam proyek Grand Metier ini!"

Grand Metier adalah nama proyek Alghaz dan Adam ini. "Tentu saja aku tidak setuju, aku dan Adam sebagai pengambil keputusan utama! Untuk apa dia ikut-ikut?" Alghaz mendengus, "Aku tidak akan menandatangani perjanjian apapun dengannya, kau dengar itu Omar!---Perintahkan detektif Baldi di Indonesia untuk mencari ayah Gadis, SEKARANG!!" perintahnya keras. Aku dan Lidya hampir melonjak karena kaget mendengar suaranya.

Omar dengan sigap langsung menggunakan ponselnya untuk menelepon.

"Gadis, siapa nama ayahmu? Informasikan pada Omar! Aku ingin hasilnya malam ini juga! Jadi besok aku tidak perlu menahan diri untuk tidak menghajar bajingan tua itu!" katanya.

Aku merasa tertusuk oleh kata-kata Alghaz barusan. Semua kekacauan ini baru awalnya, karena keberadaanku di sampingnya. Max menggunakan Alghaz untuk membalasku, dan menggunakan ayahku untuk membuatku dan Alghaz tidak berkutik sekarang. Mungkin seharusnya Alghaz tidak harus sepeduli ini pada ayahku.

"Alghaz, maafkan aku. Aku---"

"Harusnya kau juga tidak usah perduli pada ayahmu yang sudah menjualmu pada manusia bangsat itu!! Dia saja tidak perduli padamu!" bentaknya, membuatku syok. Alghaz sedang marah besar. Lidya meremas bahuku, memintaku bersabar.

Omar juga menghampiri Alghaz dan memegang bahunya. Tapi Alghaz menepisnya dan berjalan kasar menuju kamar mandi. Sepertinya ia memang marah besar karena menunda perjanjian berarti menunda pelaksanaannya. Omar mendekatiku dan memberikan penjelasan bahwa pertemuan tadi memang berjalan sangat menegangkan dan membuat emosi Alghaz pecah di sini. Karena ia tidak bisa melampiaskannya di ruangan tadi, itu semua karena ia memikirkan keselamatan ayahku. Ya Allah Alghaz.

Aku mengangguk ketika Omar dan Lidya pamit, setelah sebelumnya Omar bertanya tentang nama ayahku dan tempat tinggalku, untuk memudahkan pencarian. Omar menanyakan tentang foto ayahku, tapi aku tidak punya.

Aku menelan ludah ketika Alghaz keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan jubah mandinya, ia berjalan keluar balkon. Aku memberanikan diri menghampirinya, dan memeluknya dari belakang. Alghaz memegang tanganku yang melingkar di pinggangnya. Aku menyandarkan kepalaku di punggungnya, mendengarkan ritme jantungnya.

Kami tetap seperti itu selama beberapa saat.

Aku menangis di punggung Alghaz, merasa bingung dengan situasi yang terjadi sekarang. Alghaz membalik tubuhnya dan memelukku, tangannya menangkup pipiku, aku senang Alghaz selalu melakukan ini padaku. Aku merasa aman berada dalam genggamannya. Tangannya yang besar dan kuat seakan bisa mencakupku, melindungiku dari apapun. "Maafkan aku sayang, aku sudah membuatmu takut" katanya.

Aku menggeleng, "Aku yang harusnya minta maaf, ini semua terjadi karena masalahku. Mungkin seharusnya aku tidak perduli lagi pada ayahku. Tapi aku tidak bisa melakukan itu Al, malah sebaliknya, mungkin aku harus berterima kasih padanya, karena perbuatannyalah, sekarang aku berada dalam pelukanmu. Aku bertemu denganmu karena ayah menjualku ke Max dan aku melarikan diri. Allah menuntunku padamu, Allah mengirimmu untuk menjadi pelindungku. Haruskah aku marah padanya kalau aku sekarang bahagia bertemu denganmu dan menjadi milikmu?" Aku menyentuh tangan-tangan Alghaz di pipiku.

Senyum Alghaz mengembang dengan lesung pipinya yang dalam, mata coklatnya menatapku intens dan jarinya bergerak-gerak mengusap pipiku. "Ya sayang, maafkan aku" ia memelukku, "kita akan dapatkan ayahmu, dan aku akan menghajar pria brengsek itu karena berani mendekatimu!" geramnya.

Aku mengangguk di dadanya.

..

Malamnya, Alghaz mendapatkan kabar ayahku berhasil ditemukan dan diselamatkan. Kondisinya sangat membutuhkan perawatan rumah sakit. Aku lega dan sedih sekaligus, kejadian yang menimpanya ini mungkin menjadi penggugur dosa baginya. Alghaz pun lebih lega, dan besok adalah penentuan baginya untuk menentang Max dan mengibarkan bendera perang padanya!

"Tetap saja aku ingin kamu berhati-hati menghadapi Max, Al"

Alghaz mengangguk setuju.

..

Kami kembali ke Indonesia besoknya, setelah kesepakatan dilakukan, tanpa Max. Karena Mr. Jonathan sendiri tidak hadir di pertemuan hari ini dan tanpa kabar apapun. Tentu saja itu membuatku legaPerjalanan berjam-jam membuatku memilih lebih banyak memejamkan mata dalam pelukan suamiku, Alghaz.

Alghaz menautkan jari-jarinya pada jemariku ketika pilot mengumumkan bahwa pesawat akan landing beberapa detik lagi. Pegangan tanganku semakin erat seiring dengan bersentuhannya roda pesawat dengan landasan. Pada saat pesawat sudah berhenti, ponsel Alghaz berbunyi notifikasi pesan masuk. Alghaz memeriksanya saat sudah berada dalam mobil. Sebuah pesan yang sepertinya Alghaz coba sembunyikan dariku. Aku hanya mendengarnya memaki pelan. Namun kuperhatikan raut wajahnya berubah setelah itu. Ia juga lebih banyak diam dan terkesan menghindariku.

Bu Ati dan Bu Ami menyambut kami dengan gembira. Tapi ada yang aneh dengan Alghaz semenjak turun dari mobil tadi. Ia sibuk terus dengan ponselnya, menggeser-geser layarnya, mengirim pesan ke beberapa orang, menelepon dan bicara dalam bahasa yang tidak aku mengerti sama sekali. Dan terakhir tadi ia bicara pada Omar dengan sangat serius. Sejak itu pula dia tidak bicara padaku atau menyentuhku.

*****


Nah kenapa deh tuh Alghaz?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nah kenapa deh tuh Alghaz?

Makasih yang udah vote dan komen

Terlebih makasih yang udah nagih lanjutannya!, kalian memecut diriku biar semangat!

Thanks yah mailaf!😙😙

LEAD TO YOU (Sudah Terbit-Repost-Completed)😍Where stories live. Discover now