Pemuda dan Setangkai Mawar

129 9 0
                                    

"Aku masih belum menjadi apa apa dimata banyak manusia"

"Aku merasa kalaupun aku meninggal besok,
Semenit kemudian dunia akan bersorak kembali, sibuk pada urusannya masing-masing lagi dan lupa. Hanya beberapa orang saja yang menangis meratapi" ucapku di tepian danau sembari melempar batu kecil

Lalu seorang pemuda datang,
Rupanya ia mendengarkan keluhan ku tadi
Lalu memberi setangkai mawar,
Menyuruhku menanamnya di ladang sebelah

Katanya, kalau sudah mulai tumbuh
Panggil ia kembali
Aku menuruti perintahnya

Berhari-hari ku siram perlahan
Semakin lama, satu persatu kelopaknya berguguran
Padahal ketika aku menanamnya, ia utuh
Namun ketika ku siram, ia malah membusuk dan berguguran

Ku temui lagi si pemuda itu
Kubilang, tangkainya mati
Lebih baik dibuang saja

Ia melarang, menyuruhku kembali ke ladang
"Yang mati bukan tangkai. Hanya bunga yang gugur. Kau siramlah lagi" ucapnya
Aku menurut

Lalu baru kusadari di hari ke 27, tangkai bunga yang gugur bertambah menjadi tangkai baru yang mulai tumbuh
Membentuk tangkai kecil namun lebih hijau

Aku penasaran, tak berhenti ku siram setiap pagi

Lalu pemuda itu datang ke ladang
Ia bertanya bagaimana kabar mawar

Kubilang, tumbuh beberapa kuncup kecil
Mungkin sebentar lagi bermekaran

Pemuda itu tersenyum, lalu pergi

Aku seperti diberi harapan
Ku lanjutkan menyiram hingga hari ke 41
Beberapa bunga telah bermekaran
Ia harum, mataku berbinar

Setiap melihat siapapun, ku ajak dia untuk bermain ke ladang
Memamerkan mawar indah
Mereka menyukainya, sama bahagianya denganku

Lalu beberapa dari mereka meminta izin untuk memetik tangkainya sedikit, ingin melakukan hal yang sama seperti yang ku lakukan di awal

Aku setuju, karena tangkai yang ku tanam waktu itu sudah berubah menjadi pohon berukuran cukup besar

Lalu ku berlari meninggalkan ladang
Mencari pemuda itu, ingin memberi kabar ini
Kutemui ia di danau, sedang duduk sendirian
Aku berkata bahwa mawar itu tumbuh, lalu tangkainya dipetik untuk kuberikan pada beberapa orang yang memintanya

"Lanjutkan dan kembalilah di hari ke 50" kata si pemuda sambil tersenyum

Aku bingung, segera pulang untuk kembali mencium harum mawar
Aku mulai sangat menyukainya

Aku mulai heran, bagaimana mungkin satu tangkai bunga menghasilkan beberapa kuncup dan membesar menghasilkan bunga-bunga baru?

Sampai di hari ke 50, hal yang kulihat kali ini berbeda, semua bunga yang telah mekar sempurna, mulai gugur dan tidak lagi harum

Aku protes pada Si Pemuda
Mengapa hal yang sama terulang lagi?

Lalu lagi-lagi ia tersenyum
"Apa yang terjadi bila kau tidak menanam satu tangkai yang ku berikan dulu? Ia akan gugur lalu membusuk, bukan?"

Kujawab "iya. Tapi ketika ku tanam, bunga yang tumbuh di pohon mawar itu juga membusuk. sama saja"

"Membusuk lalu gugur semuanya, atau tumbuh tangkai baru?" Tanya si pemuda

"Tumbuh tangkai baru."

Pemuda itu berkata "Jawabannya sudah kau katakan sendiri, meskipun hal yang sama terulang lagi, dan bunga itu gugur lagi, tangkai yang dulunya kau tanam akan tetap menghasilkan bunga baru lagi. Bahkan tangkai yang sempat kau berikan pada temanmu, hari ini pasti ia sedang bermekaran, bukan?"

Aku terdiam, meresapi kalimatnya
Ia benar, aku tertunduk malu

"Apakah hasilnya akan sama jika seandainya kau tidak menuruti perintahku saat itu, dan hanya membiarkan satu tangkai gugur tanpa kau tanam?" Lanjut pemuda itu

Kubilang, "tidak"

"Kau sudah paham jawabannya. Ibarat mawar pertama pada tangkai itu. Jika manusia tetap diam tanpa usaha, ia akan gugur tanpa nama. Tanpa cerita. Gugur, ya gugur saja. Berbeda jika ditanam, tetap disiram meski perubahan baru terlihat di hari ke 27. Dan baru terlihat hasil indahnya di hari ke 41. Semua orang menikmati indahnya, bukan? Meski mawar pertama (yang membuat mawar kedua, ketiga dan seterusnya ada) telah gugur terlebih dulu, namun tangkai yang telah menjalar masih terus menghasilkan bibit-bibit baru. Harapan-harapan baru yang keindahannya dinikmati banyak orang"

Aku terdiam, tersenyum dan kembali ke ladang setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih pada pemuda itu.

Aku belajar banyak hal dari setangkai mawar. Seperti manusia yang diberi banyak energi baru untuk melanjutkan hidup dengan versi lebih baik.

Kini setangkai mawar itu telah banyak menghasilkan bunga baru.

Temanku yang meminta tangkai mawar bercerita padaku, bahwa ia menjadi lebih sering bangun pagi untuk melihat mawar saat masih dibasahi embun. Atau memperhatikan langit jingga di sore hari sambil menyirami mawar.

Sekali lagi, aku berterima kasih kepada pemuda baik itu. Namun sayangnya, aku tidak pernah menemukannya lagi, baik di danau ataupun pada ladang yang hari ini telah ditumbuhi 11 pohon mawar.

Aku berbaik sangka bahwa mungkin, ia sedang berkelana lagi untuk membagikan tangkai mawar, lebih dari itu, memberikan semangat hidup pada manusia lain yang sedang putus asa dan merasa tidak berguna sepertiku saat pertama kali bertemu pemuda itu.













Aku dan Kapal KaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang