Malu Pada Semut

152 10 0
                                    


Ia berjalan dengan ransel besar
Sesekali ditawari bunga mawar utuh
Lalu ia memilih satu diantara beberapa penjual bunga, bertanya bunga mana yang paling segar dan baru dipetik

Lalu gadis itu berjalan lagi, mencari satu nama

Setelah ditemukan, ia duduk di samping nisan
Berdoa sendirian, lalu menarik nafas panjang

Langit mulai berubah jingga

Sirnaraga, Bandung
Hanya berjarak setengah kilometer dari bandara Husein Sastranegara
Dalam satu jam, ia hitung ada delapan pesawat yang berlalu lalang

Kadang membuatnya kesal, karena bisingnya mesin pesawat, lagi-lagi ia harus mengulang kembali kalimat yang diucapkan di sebelah nisan, Khawatir ceritanya tadi tidak terdengar  oleh ibu saat pesawat melintas diatas kepalanya

"Ibu, kemarin ada yang ingin melamar ku" ucap nya sambil meletakkan bunga mawar di salah satu sudut makam

"Menurut ibu, bagaimana?" Lanjutnya

Ia diam sejenak, mengusap pipi yang basah

"Seharusnya, ini di diskusikan bersama kan, Bu? Aku hanya bingung lari pada siapa"

"Pundak ayah juga jauh, aku jadi bingung bersandar pada siapa"

Lalu gadis itu tiba-tiba menepuk kakinya, meringis kesakitan akibat gigitan semut merah

Seakan akan semut itu mewakili ibu untuk menegur nya

Mengapa harus bingung lari pada siapa sementara semasa hidupnya, ibu selalu marah bila anak-anaknya tidak melibatkan Allah dalam setiap perkara.

"Jangan minta pada ibu kalau kau tahu Allah Maha mempunyai segalanya. Kalau di hatimu tertanam cinta pada Rabb-Mu, maka kata "Mengapa" tidak akan pernah keluar dari lisanmu"

Mengapa harus bertanya 'pada siapa?'

Teringat semua kalimat ibunya
Gadis itu menunduk,
Hormat pada semut, malu ia
Lalu beranjak setelah mencium nisan ibunya

"Aku pamit pergi lagi, Ibu. Terimakasih atas pelajaran hebatnya" ucap gadis itu, mengangkat ransel ke punggung lalu melanjutkan perjalanan menuju stasiun kereta

Aku dan Kapal KaramWhere stories live. Discover now