Piatu dan Sakit Ibu

286 19 3
                                    

Ibu terbaring, terlihat lebih tenang setelah beberapa menit yang lalu berperang dengan rasa sakit hebat

Aku berdiri memegang rambut ibu
Perlahan menuangkan air, Lalu ku basuh hidungnya, masih penuh dengan darah

"Cepat sedikit ya, tubuhnya sudah semakin kaku." Bisik seorang kerabat dengan halus, tangannya memegang pundak ku, dengan isyarat menguatkan

Kalimat itu membawaku kembali pada beberapa jam lalu ketika tubuh ibu masih separuh hangat, namun separuh lagi telah dingin membiru

Aku menggesekkan tangan pada kaki ibu Berharap kakinya akan kembali hangat

Kerongkongan ku dingin
Perih di dada menjalar ke kepala
Lalu terpejam sebentar untuk lebih sadar

Cahaya apa itu, Bu?
Aku ingin diangkat seperti itu juga

Saat itu matamu belum tertutup sempurna
Ku bersihkan dulu darah pada bagian dahi mu
Bajumu telah basah berlumuran darah

Lalu aku melafalkan istirja, berbisik sendirian
Ku dekatkan bibir ke telingamu sambil menahan diri untuk tidak teriak,
Aku hanya bergetar hebat

Lalu beberapa orang datang,
Semua diam sejenak melihat kami berdua,
Sebagian mendekat, ada yang berteriak
sebagian lagi tidak kuat, menjauh sambil meringis

"Sudah, aku sudah ikhlas" parau suara ku pada mereka, menarik nafas lebih panjang

Lalu kami berangkulan di dalam ambulans, Telingaku menangkap bunyi sirine, namun suara ibu tetap memenuhi seluruh tubuh ini
Aku menarik nafas perih

"Kuat, Nak? Perlu berapa kain kasa lagi?" Ucap seorang lansia dengan hati-hati

Aku tersadar, kembali fokus pada jasad ibu dengan kain kasa yang masih ku genggam
Kembali disadarkan bahwa ibu telah tiada

Lalu derita ini menjadi sepuluh kali lebih parah

Kupercepat sedikit,
Mengusap darah kering di kuku ibu
Sesekali juga sibuk menanggah, berkali-kali mengusap mata yang semakin basah
Berusaha agar tidak ada satu tetes pun air mata yang jatuh ke tubuh ibu
Mereka bilang jika sampai jatuh, ibu akan sakit

Ibu, sudah, ya?
Ibu sudah sangat cantik
Maaf, usahaku kurang semua
Maaf, banyak pahit yang kau telan sendirian

Kalau ku berjalan mundur sedikit, aku ingin memeluk mu lagi dengan tenang, tidak terlalu erat agar kau tidak merasa sesak kesakitan

Ibu, cepat sekali ya?
Malam ini ibu sudah hangat dipeluk bumi

-Fathiya Hanifa

Berdasarkan pengalaman pribadi,

Tulisan ini kupersembahkan untuk Alm. ibu
Pada hari tepat dimana 2 tahun kepulangannya

Al-Fatihah




Aku dan Kapal KaramWhere stories live. Discover now