• Artha #52 •

239K 28.6K 2.9K
                                    

Keinginanku sangat sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keinginanku sangat sederhana. Hanya ingin memilikimu untuk waktu yang lama, lalu menikmati tiap kisah cinta kita.

***

Samudra baru saja duduk di sofa ruang tengah dan mengembuskan napas perlahan saat Lalisa ikut duduk di sampingnya dan menyodorkan segelas air putih padanya. Samudra tersenyum, ia menerima gelas itu dan meminumnya. "Thanks, sweetheart."

Lalisa mengangguk, beralih menarik kedua sudut bibirnya ke atas kala Samudra menggenggam dan mencium tangannya. "Aku nggak pernah nggak bersyukur memiliki kamu."

Kontan Lalisa mendengus, tetapi diam-diam dia merasa senang. "Jangan bicara yang nggak-nggak." Samudra mengerutkan kening. "Aku serius."

"Aku tau kamu serius, Sam. Tapi, jantungku terlalu lemah untuk menerima ucapan-ucapan manis kamu." Samudra tertawa lepas, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan bertahun-tahun selain di depan Lalisa dan anak-anaknya. "You're a cute wife."

Lalisa mencubit hidung mancung Samudra. "And you're a perfect husband."

"But i'm not perfect without you." Samudra mendekatkan wajahnya ke wajah Lalisa, lalu mengecup sekilas bibir wanitanya itu. "Tanpa kalian, aku bukan apa-apa."

"Stop being loveable man. Kadang, aku pengin benci agar aku nggak terlalu terikat. Tapi, sulit."

"Yeah, Samudra, is the best lover. Ever." Lalisa mencebik. "Over confident."

Samudra tersenyum, menarik Lalisa ke dalam sebuah ciuman sebelum ia menyeringai. "But you love this over confident man, right?" Lalisa mengusap pipi Samudra. "Masih perlu ditanya?"

Samudra menghapus jarak antara dirinya dan Lalisa, ia memeluk Lalisa dari samping tanpa bicara apa-apa. Selama beberapa saat, keadaan menjadi hening. Hanya batin mereka yang saling meneriakkan rasa dalam keheningan yang berkuasa.

Sesaat kemudian, ponsel Samudra berdering, membuat si empunya mengerutkan kening tidak suka sebab merasa waktunya terganggu. Lalisa mengusap tangan Samudra, yang seketika mengikis ekspresi keruh Samudra. "Angkat, Sam."

Meski tidak rela, Samudra mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja. Ia sempat bingung begitu melihat siapa yang meneleponnya, sesaat Samudra menoleh ke arah Lalisa dan menyebut nama Arkan tanpa suara. Setelahnya, ia mengangkat telepon tersebut.

"What's wrong, beautiful boy?"

Di seberang, terdengar decakan sebal seseorang.

"Aku lagi nggak mood bercanda. Please, ini genting."

Salah satu alis Samudra terangkat naik. "Ada apa?"

Lalisa mendekatkan diri ke ponsel yang menempel di telinga Samudra, bermaksud menguping pembicaraan. Samudra yang mengerti pun memilih opsi loudspeaker.

Artha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang