• Artha #41 •

235K 26.7K 3.2K
                                    

Dear, anak ayam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dear, anak ayam. Stay with me.


***

Perjalanan dari rumahnya menuju tujuan yang entah di mana Arkan akan membawanya terasa begitu panjang. Dan selama itu, Agatha hanya memeluk Arkan begitu erat dari belakang, menumpahkan tangisnya, tanpa isakan.

Apa Arkan akan membawanya ke sekolah? Tidak, Agatha tidak yakin. Ia saja belum berganti pakaian, sehingga dia tidak mungkin melakukan itu.

Atau kembali ke rumah Arkan? Di mana ada Lalisa, ada kehangatan keluarga, ada sesuatu yang sangat ia inginkan sejak lama.

"Arkan," panggil Agatha, setengah merengek.

"Udah diem," balas cowok itu tegas.

"Nggak bisa. Makasih ya, cabe man."

Agatha tahu Arkan tidak mengerti dengan apa yang diucapkannya, sebab dia memperlambat laju motor begitu melewati jalan kecil yang hanya satu atau dua motor lain yang lewat.

"Boleh ya gue panggil begitu? Soalnya mulut lo kayak cabe, pedes."

Arkan mendengus, tetapi diam-diam menarik senyum tipis yang tidak begitu jelas. Tentu saja tidak dapat dilihat Agatha, sebab cowok itu memakai helm.

"Berarti boleh." Agatha mengeratkan pelukannya. "Makasih ya udah nyelametin gue dari nenek sihir sama genderuwo tadi."

Arkan tidak merespon, tetap fokus mengendarai motornya menuju rumah. Setidaknya ia harus menempatkan Agatha di tempat yang aman dulu, sekaligus menenangkan cewek itu.

Arkan tidak berniat bertanya. Sebab ia tahu jika seseorang dalam keadaan sedih dan diberikan sebuah pertanyaan, bukannya menjawab, dia malah akan menangis. Dan Arkan tidak mau melihat Agatha meneteskan air mata untuk saat ini.

Tepat ketika mereka masuk ke halaman rumah, Lalisa keluar sambil membawa pot tanaman kecil untuk diletakkan di atas meja teras.

Lalisa mengernyit, menatap Arkan dan Agatha yang kembali ke rumah masih dengan pakaian yang sama seperti mereka pergi tadi.

"Ada yang ketinggalan?" tanya Lalisa.

Arkan menggeleng, tetapi dia menggenggam tangan Agatha dan memintanya untuk berdiri di samping Lalisa.

Agatha menurut, menunduk dan mendekati Lalisa yang masih kebingungan.

"Kenapa?" tanyanya.

"Agatha di sini dulu, dia bisa jelasin ke Mama nanti," ucap Arkan.

Artha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang