• Artha #43 •

243K 27K 2.7K
                                    

A negative mind will never give you a positive life

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A negative mind will never give you a positive life.

Arkan Alano Navvare.

***

Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Agatha menggigit bibir bawahnya tanpa sadar, benar-benar bingung dengan apa yang harus ia lakukan kini.

Agatha yakin bahwa seseorang yang mengikuti mereka lewat motor di belakang adalah ayahnya, ia hafal dari plat nomor motornya.

Mengapa juga dia harus mengikutinya? Seharusnya, ayah Agatha membiarkannya pergi. Toh dengan hal itu bisa mengurangi bebannya soal jumlah penghuni di rumah.

Namun, Agatha menyadari sesuatu. Dia membutuhkannya untuk donor darah kepada Sherin. Ya, ia hanya berfungsi seperti sapi perah yang ada hanya untuk dimanfaatkan saja.

Agatha tentu tidak menyukai hal itu. Siapa yang ingin hidup untuk orang lain sepenuhnya? Agatha juga ingin merasa egois sedikit saja, sebentar saja, sekejap saja.

"Arkan."

Arkan yang samar-samar mendengar Agatha memanggil namanya segera memperlambat laju motor. "Kenapa?"

"Kayaknya ada yang ngikutin kita, dan itu ayah aku."

Tiba-tiba Arkan merasa tegang setelah Agatha mengucapkan dugaannya, tetapi sedetik kemudian Arkan bersikap seolah tidak mendengar apa-apa.

"Sekarang gimana?" tanya Agatha kalut. Saat ini kepalanya seperti kosong, seperti tak bekerja saking kacaunya.

"Dia bener ayah lo?" tanya Arkan balik.

"Gue yakin iya."

"Kita pastiin dulu bener atau nggaknya."

Arkan kembali melajukan motornya ke kecepatan semula, sembari diam-diam mengawasi motor yang Agatha maksud dengan sekali menengok ke belakang dengan kedok melihat keadaan Agatha.

Tetapi apa yang dikatakan Agatha ternyata benar, motor berwarna putih biru itu senantiasa mengikuti dengan jarak yang tetap, beberapa kali kali diam saat Arkan menolehkan ke belakang.

"Sialan," umpat Arkan kesal.

"Terus kita harus gimana?"

Arkan tidak menjawab, tetapi dia menambah kecepatan motornya, membuat Agatha refleks memeluk cowok itu dari belakang.

Agatha mengernyit saat Arkan tidak membawanya ke jalan di mana menuju rumah Arkan, melainkan tetap lurus dengan tujuan yang entah kemana.

"Kemana?"

"Udah diem."

Ucapan ketus Arkan membuat Agatha bungkam, lebih baik ia menurut saja dan mengikuti apa yang Arkan pikirkan.

Artha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang