Bab 20 - Selamat Datang di Keluarga Bradford

1.7K 138 13
                                    

Rae menggigit sedotan susu kotaknya sampai gepeng. Seth melarangnya minum kopi sebelum pertandingan final siang itu, maka mau tak mau ia menggantinya dengan susu kotak. Ternyata susu membuatnya lebih mual dari pada kopi. Ia menyesal.

"Kau sudah pernah melawannya tahun lalu, Rae. Jadi tenang saja," Walden menepuk bahunya.

"Tenang bagaimana? Berapa bulan aku nggak latihan gara-gara kebanyakan main sama kalian, hah?!"

"Dan pertunanganmu."

"Dan pertunanganku—"

Rae menjitak kepala Seth dan memaksanya untuk kembali fokus pada pertandingan.

Tapi rasanya mereka semua setuju pada satu hal: kalau Chloe, calon lawan Rae nanti, berkembang pesat dibanding tahun lalu. Cewek itu pasti latihan mati-matian untuk turnamen ini. Sedangkan Rae? Bukannya latihan, malah membuat kekacauan dan berakhir terkurung di villa di pulau terpencil. Kalau dihitung-hitung, mungkin sudah sebulan ia tak menyentuh foil-nya sama sekali. Dan karena turnamen kali ini adalah turnamen skala nasional, tekanannya berkali-kali lipat. Menang, menang, dan menang. Pejabat kampus manapun yang ia temui, semua berpesan seperti itu.

Kemudian Rae melirik kesal pada Seth yang duduk berselonjor kaki sambil tertawa-tawa bermain Minion Rush di tabletnya. Iri rasanya melihat Seth yang sudah tenang karena cowok itu sekarang sudah resmi mempertahankan gelar juaranya untuk tahun ini. Seluruh sisa beban sekarang rasanya menumpuk di pundaknya.

"Lawan saja seperti kau melawan Arvin tempo lalu."

Rae memutar mata mendengar saran Perry itu. "Kau mau aku menghajar wajahnya maksudmu?"

"Bukan, maksudku—"

Perry berhenti bicara dan matanya membesar dua kali lipat. "Guys..." Kebalikan dari matanya, suaranya justru mengecil dan berubah jadi seperti cicitan. Tak lama, suasana di lorong itu menjadi hening. Ketika Rae menoleh, jantung Rae seakan berhenti berdetak. Keluarganya dan keluarga Seth sedang berdiri di sana, berhadapan tanpa bicara, terutama kedua ibu mereka. Seth, walaupun tidak bersuara, tapi Rae bisa melihatnya menelan ludah beberapa kali—tandanya ia gugup luar biasa.

"Rae sayang, selamat bertanding," Ibunya tiba-tiba memeluknya, dengan mata yang masih memicing memandang Mrs. Bradford penuh kebencian. Rae mendesis. Betapa tidak tulusnya ucapan ibunya tadi.

"Seth, jangan kalah ya." Ibu Seth tak mau kalah dan memeluk anak bungsunya itu.

"Err...kalian tahu kan kalau aku dan Rae satu tim? Maksudku, kita nggak akan saling melawan satu sama lain lho. Dan aku sudah selesai bertanding, Mom."

Mengabaikan ucapan Seth, kedua wanita itu lanjut berjalan berlawanan arah tanpa satu kata pun. Lebih baik sih, dari pada mereka mengeluarkan kata-kata berbisa mereka yang biasanya mereka ucapkan kalau tak sengaja bertemu.

"Hey, selamat bertanding ya."

Ucapan dan pelukan dari Mr. Bradford itu membuatnya terkejut. Kemudian ayahnya, Sawyer, dan Nolan bergantian memberinya pelukan semangat. Ayahnya benar, masalah sebenarnya hanya ada di antara para wanita kedua keluarga itu.

Saat memasuki arena pertandingan, Rae mematung melihat apa yang ada di sekelilingnya. Tahun lalu, penonton tak sebanyak ini. Ini pasti selain karena perpaduan antara kepopuleran anggar yang meroket tahun ini dan kepopulerannya yang kabur dari pesta pertunangannya sendiri. Cih, Rae jadi rindu kondisi tahun lalu.

"Hai, Rae! Kita bertemu lagi. Bagaimana kabar tunanganmu yang kau tinggal minggu lalu?" Chloe terkikik meledeknya.

Oh oke, pikir Rae. Ia tak lagi perlu mengasihani cewek ini. Tapi Rae jadi bertanya-tanya beginikah akhir kisahnya? Apa seisi dunia kini iba pada Arvin karena Rae meninggalkannya begitu saja saat pesta pertunangan mereka? Rae menggeleng mencoba menepis pikiran-pikiran tak berguna itu. Kali ini ia harus benar-benar fokus atau harga dirinya akan hancur—tidak hanya di hadapan keluarganya dan keluarga Bradford, tapi juga seluruh negeri ini.

En Garde!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang