Bab 4 - Mendapatkan Rae

1.1K 114 0
                                    

"Rae!"

Mendengar suara itu, Rae tetap melangkah menyusuri lorong kampus. Ia bahkan tak tertarik untuk menoleh.

"Aku mau minta tolong dong!"

Tuh kan. Rae memutar matanya sambil lanjut masuk ke ruang klub anggar. Hanya ada Walden di ruangan itu dan laki-laki menoleh saat Seth mengatakan, "Tolongtolongtolongtolong..." dengan nada cepat.

"Apa?" Akhirnya Rae berbalik menghadapi Seth dan bocah itu memandanginya dengan mata berbinar, persis seperti anjingnya, Doug, kalau sedang memohon diberikan snack.

"Tolong belikan Melanie hadiah ulang tahun dong. Tolongtolongtolongtolong..."

"BERHENTILAH BILANG 'TOLONG' BERKALI-KALI SEPERTI ITU!" teriak Rae kesal. "Suaramu kedengarannya seperti mainan rusak tau!"

"Tolong..." Seth nyengir sangat lebar. Sekarang wajahnya terlihat seperti kucing Chesire di Alice in Wonderland.

"Oke, jadi apa yang paling Melanie perlukan saat ini?"

Hening.

Seth masih tersenyum lebar tapi matanya memutar, mencoba mengingat-ingat.

"KAU BAHKAN NGGAK TAHU?!"

"Err... Aku berharap kau lebih tahu sih..."

"MEMANGNYA DIA PACAR SIAPA?!"

Walden menyingkir ke sudut, mencoba menghindari benda-benda apapun yang akan segera berterbangan.

Rae menarik dan menghembuskan napas beberapa kali, mencoba menimbun kekesalan di dadanya. "Oke, aku tanya lagi, benda apa yang paling ia butuhkan saat ini?"

"Kondom?"

"Kuhajar kau..."

"Seth, Seth. Ngomong-ngomong Melanie, kayaknya dia nyariin kamu tadi," Walden buru-buru mendorong tubuh Seth ke pintu.

"Oh ya? Di mana?"

"Kantin."

"Tadi aku dari kantin—"

"Cepat! Nanti dia marah!"

Ditakut-takuti seperti itu, Seth langsung menghambur pergi. Mereka semua tahu bagaimana Melanie kalau marah. Kalau Rae hanya pernah sebatas mengancam saja, Melanie pernah benar-benar melempar mereka dengan high heel-nya dan jidat Walden adalah korbannya.

"Bocah itu..." gerutu Rae geram.

"Sudah, sudah," Walden memijat-mijat kecil bahu Rae, mencoba membuatnya tenang. Cowok itu sudah terbiasa dengan kegaduhan Rae dan Seth dari awal Rae setuju untuk masuk klub anggar. Kebetulan dia juga ada di Westcoustine Tea Party dan menyaksikan bagaimana Rae mempecundangi Seth. Harus Walden akui, Rae adalah salah satu pemain anggar terbaik yang pernah ia temui.

"Aku harus dapat gadis itu!"

Walden ingat sekali bagaimana lima tahun lalu Seth menghambur masuk ke dalam kamarnya siang hari itu dan langsung melompat naik ke kasurnya. Menghambur masuk ke kamar orang sembarangan adalah kebiasaan buruk Seth dari SD. Sudah ratusan kali Walden memarahinya, tapi Seth tetap bebal. Pernah satu kali Seth menghambur masuk saat Walden dan Anita, pacarnya waktu SMA, sedang berciuman di atas tempat tidur. Anita sampai menjerit, tapi Seth tetap saja memanjat naik dan duduk di atas tempat tidur bersama mereka—seakan-akan tak terjadi apa-apa. Pernah juga Seth masuk saat Walden menonton film porno. Saking kagetnya, Walden sampai menumpahkan kopinya ke atas laptopnya dan alhasil laptop itu wafat. Kini Walden sudah tak peduli lagi kapan Seth masuk dan apa yang laki-laki itu lakukan di kamarnya. Mengharapkan Seth berubah adalah seperti mengharapkan salju saat musim panas.

En Garde!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang