Bab 10 - Ciuman yang Mengubah Segalanya

1.2K 105 2
                                    

"Aku benci social climber," Walden mendesis sambil menatap penuh rasa tidak suka pada sosok Erica yang sibuk menyiapkan handuk untuk Seth pada sesi latihan kali itu. "Apa?" Walden mempertanyakan tatapan Rae. "Keliatan banget kan gadis itu seorang social climber? Di gala dinner waktu ini dia kesana-kemari menjabat tangan semua orang memperkenalkan dirinya sebagai pacar Seth, seakan-akan dia benar-benar akan menikahi anak bodoh itu."

"Kau juga sadar kan, Rae?"

Awal-awal Rae masih mengira ia hanya berprasangka buruk terhadap Erica, sampai ia mendengar Walden berkata seperti itu. Walden bukanlah orang yang suka menghina atau cepat membenci seseorang. Kalau ia sampai berkata seperti itu, berarti ia benar-benar membenci orang itu.

Minggu lalu Rae mengajak Erica ke rumahnya untuk memilih gaun yang akan ia pinjamkan seperti permintaan Seth. Gadis itu bereaksi sedikit berlebihan terhadap foto keluarganya. Dia bahkan hafal semua nama anggota keluarga Rae dan silsilahnya. Hal itu agak sedikit...mengerikan.

"Ini semua koleksi gaunmu?"

Rae bisa melihat binar kekaguman di kedua mata gadis itu, tapi Rae tidak pernah merasa tersanjung sedikit pun. Semua gaun itu adalah gaun pemberian ibunya dan orang-orang yang tak bisa Rae ingat satu per satu dan Rae tak pernah memakainya lebih dari satu kali. Kemudian pandangan gadis itu tertancap di sebuah gaun yang tergantung di luar lemari. Gaun itu baru tiba kemarin, dikirimkan oleh ibunya dan ia belum sempat memasukkannya ke lemari. Dan sebenarnya Rae masih ingat betul bagaimana ibunya berpesan di telepon agar memakai gaun itu ke Santorio Gala.

"Itu...aku boleh...aku boleh pakai yang itu...?" suara Erica bergetar bersemangat. Rae mengangguk perlahan—tak tahu harus menolak bagaimana.

"Marissa, mobilku sudah keluar bengkelkah?" tanya Rae saat mereka berdua menuruni tangga rumahnya dan berjalan menuju ruang tamu.

"Sudah. Sudah ada di garasi."

"Trims," Rae mengambil kunci dari jari-jari gemuk Marissa.

"Kau, Marissa kan namamu?" Erica memanggil Marissa. "Buatkan aku ice lemon tea dong. Rasanya cukup gerah di sini."

Rae dan Marissa bertukar pandang sesaat lalu Rae berkata, "Umm...sebenarnya Marissa itu kepala pelayan dan pengasuhku dan Sawyer dari kecil, dan kita nggak pernah minta dia membuatkan minum—"

"Rae," Marissa menyentuh lengan Rae dan tersenyum, "tidak apa-apa."

"Marissa, biar aku yang buatkan," Rae mengikuti Marissa ke dapur.

"Itu lebih gila lagi," Marissa mencubit pipi Rae sambil tangan satunya mengambil gelas. Rae membuka kulkas lalu mengambil sebotol jus jeruk, menuangkannya ke gelas, lalu duduk di kursi bar yang ada di dapur sambil memperhatikan wanita itu menyiapkan ice lemon tea untuk tamunya. "Sudah sini aku yang bawa. Kau kan harus menyiapkan kamar Ibu."

Marissa meletakkan gelas itu di atas meja tapi tak melepaskan tangannya ketika Rae hendak mengambilnya. "Aku punya firasat buruk terhadap gadis itu," Marissa memandang kedua mata Rae seakan mencoba memperingatkan Rae. Setelah kejadian di Gala, ucapan Marissa terus menggema di pikiran Rae.

Social climber adalah sebutan dari orang-orang yang melakukan segala cara untuk menaikkan status sosial mereka. Di lingkungan mereka, social climber adalah tipe manusia yang paling mereka benci. Melihat orang-orang itu menjilat, bermuka dua, menghasut, dan mengadu domba sangat memuakkan. Ayahnya dari kecil sudah mewanti-wantinya agar selalu waspada terhadap orang-orang seperti itu. Dan kini orang itu ada di depan batang hidungnya tapi ia tak bisa melakukan apapun kecuali bungkam dan menjaga jarak. Ia bisa mendengar pikirannya menertawai hatinya karena sepengecut itu.

En Garde!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang