Bab 3 - Bradford dan Milan

1.1K 122 5
                                    

13 April empat tahun lalu, Seth berdiri di tengah-tengah kebun belakang rumahnya yang kini sudah disulap untuk pesta pertunangan kakaknya. Ia memperhatikan dalam diam semua orang yang ada di sana. Tukang bunga itu menggeser tatanan bunga besar di pintu masuk hampir ke sepuluh kalinya. Seorang pria sedang memasang hiasan kristal di setiap meja dengan tangan gemetar. Event organizer-nya berlarian panik, seperti dunia akan kiamat besok. Semuanya setelah ibunya memarahi semua orang, hanya berawal dari serbet yang seharusnya berwarna champagne, malah datang berwarna putih. 

Andai saja mereka tahu kalau ibunya lebih murka pada Seth hanya karena berniat main basket sebentar dengan teman-temannya sebelum pesta itu dimulai. Bukannya apa-apa, Seth terlalu takut ada di sana karena ia tak bisa berhenti membayangkan pesta pertunangannya nanti. Kakaknya mungkin terlihat tenang dan tersenyum pada semua orang selama persiapan acara ini, tapi Seth adalah satu-satunya orang yang tahu betapa kacaunya pria itu menjelang hari ini. Selesai Homecoming Party di sekolahnya, kakaknya tak pulang semalaman. Paginya Seth menemukannya tertidur di ruang tengah dengan tubuh bau alkohol. Beberapa kali Seth memergokinya minum anggur seorang diri di ruang bacanya, kadang dengan pecahan gelas atau botol berserakan di sekitarnya. Pernah juga Seth diajak ke arena menembak dan Nolan menembaki sasarannya sampai hancur. Tapi sekacau apapun pikirannya, Nolan selalu sempat mengingatkan Seth untuk tetap tenang menikmati hidupnya.

Kalau orang-orang biasa akan melewati fase pacaran dulu sebelum bertunangan dan menikah, untuk orang-orang seperti Seth, mereka justru harus bertunangan dulu, kemudian (mencoba) pacaran lalu menikah. Semakin kaya seseorang, semakin cepat ia akan dipaksa untuk bertunangan. Oh dan tentu saja mereka tak bisa memilih calon mereka. Dari kecil mereka sudah tahu hal itu dan memaksakan diri untuk hidup dengan kenyataan itu.

Calon mereka akan ditentukan oleh strategi perusahaan mereka, tergantung ke arah mana perusahaan itu ingin bergerak. Perusahaan keluarganya memerlukan ekspansi ke bisnis perhotelan, maka Nolan pun dijodohkan dengan Shania Milan, anak pemilik jaringan hotel Milan yang menguasai Amerika, Eropa dan sebagian Asia. Jaringan usaha keluarga Bradford memiliki posisi yang kuat di Asia sehingga kondisi itu dipandang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Terang saja ibunya stres mempersiapkan pesta ini. Semua media bisnis akan hadir. Semua mitra bisnis penting kedua keluarga itu juga akan hadir. Pesta ini sekaligus sebagai sebuah pernyataan bagi dunia bahwa Bradford & Milan akan menancapkan cakarnya lebih dalam lagi di Asia.

Masalahnya adalah Nolan tak pernah menyukai Shania. Nolan bisa menghadapi siapapun, kecuali Shania. Gadis itu sepertinya adalah gadis dengan perilaku terburuk yang pernah kakaknya temui—manja, jahat, keras kepala, angkuh, dan bodoh. Nolan pernah hampir meninggalkan wanita itu di pinggir jalan tol, kalau saja ibunya tidak menelepon dan mengingatkannya. Belum pernah Seth melihat Nolan habis kesabaran seperti itu.

"Seth, kau pakai jasmu sendiri atau jas kakekmu?"

Seperti terpanggil, wanita itu tiba-tiba muncul di belakang Seth dan yang paling pertama dilakukannya adalah menghina pakaian Seth. Saking malasnya, Seth langsung melengos pergi tanpa membalas omongan wanita itu sedikitpun.

"Hey, ada apa?" tanya Nolan bingung melihat wajah kesal adiknya. Mungkin dia pikir seharusnya ekspresi itu terpasang di mukanya.

"Calon tunanganmu baru datang dan langsung mencela jasku."

Nolan tertawa. "Kau tahu dia bagaimana kan? Jadi jangan diambil hati."

"Menyebalkan," desis Seth sambil melirik kesal pada Shania yang mulai ikut mencampuri tatanan pesta itu. "Aku menunggu dia sampai mengganti bunga mawar di meja-meja tamu. Mom pasti akan membunuhnya."

Sayangnya hal itu tak kunjung terjadi.

"Oh, ngomong-ngomong nanti Sawyer akan datang bersama Rae. Jangan bertindak bodoh, oke?"

En Garde!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang