Bab 19 - A Father's Wish

Start from the beginning
                                    

"Helikopter. Punya kakakmu," pria itu terkekeh. "Kau tahu, idenya untuk beli helikopter ternyata bukan ide yang buruk. Aku bisa sampai ke sini hanya dalam waktu 30 menit dan tidak usah menyebrangi lautan—kau tahu kan bagaimana aku membenci transportasi air?"

Rae mengangguk. Bagaimana ia bisa melupakan ayahnya yang hanya makan dan tidur saat mereka berlibur dengan kapal pesiar? Sungguh liburan yang sia-sia. "Apa yang membuatmu sampai ke sini?" akhirnya Rae menyudahi basa-basi itu. Ia tahu ayahnya ke sini karena kekacauan yang ia dan Seth sebabkan di hari pertunangannya. Seharusnya hari itu menjadi hari yang membahagiakan kakaknya karena ia baru saja menikahi gadis yang dicintainya, tapi ia dan Seth malah merusaknya. Rae menunggu ayahnya dengan dada berdengup kencang. Sejujurnya Rae belum siap kalau ayahnya memintanya pulang dan meninggalkan Seth hari itu juga.

Namun lagi-lagi ayahnya terkekeh. "Kau harus lihat bagaimana kakakmu memarahiku dan ibumu habis-habisan."

Rae membelalak. Sawyer? Memarahi ayah dan ibunya? Setahu Rae, dibanding dirinya, Sawyer adalah anak yang lebih patuh pada orang tua.

"Aku belum pernah melihatnya semarah itu. Kurasa kita sama-sama setuju kalau kakakmu sudah berubah jadi pria sejati, eh?" Ayahnya mengeluarkan sebuah permen karet mint dan mengunyahnya untuk mengalihkan keinginan merokoknya. "'Kalian orang tua egois! Kapan kalian mau mulai memikirkan kebahagiaan Rae?' Kira-kira begitulah intinya. Menurutmu aku ini orang tua yang egois?"

Rae mengangkat bahu. "Aku nggak pernah tahu bagaimana seharusnya orang tua yang benar. Kurasa kita nggak akan pernah tahu kan? Karena Kakek pasti membesarkanmu juga seperti itu."

"Kalau menurutku, iya. Aku ini ayah yang egois. Bisa-bisanya aku memutuskan untuk nggak hadir di pernikahan kakakmu."

Iya sih, kalau bagian itu Rae setuju ayahnya sudah keterlaluan.

"Aku sudah salah, mengabaikan tugasku sebagai seorang ayah. Aku menyerahkan tugas itu sepenuhnya pada ibumu. Melihatmu dan Sawyer tumbuh jadi anak-anak yang baik, aku merasa ibumu sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Maka, saat ibumu mengatakan akan menjodohkanmu dengan Arvin, aku nggak bisa berkata apa-apa. Aku merasa nggak punya hak untuk melarangnya karena aku sendiri nggak tahu apa yang terbaik untukmu."

"Jangan salahkan ibumu, kumohon. Ia hanya ingin yang terbaik untuk keluarga kita. Berkoalisi dengan keluarga Ashcroft memang bisa membuat kita menjadi yang terkuat di dunia bisnis, tapi mungkin ia lupa kalau ia juga adalah seorang ibu untukmu. Ambisinya untuk mengalahkan keluarga Bradford sudah membuatnya lupa."

Rae menunduk menatap kakinya yang mengayun. Ia teringat bagaimana ibunya menelponnya di hari ia menginap di kamar hotel itu dengan Seth. Dunianya serasa berakhir saat itu juga, tapi ia tahu ia tak punya suara untuk menolaknya.

"Kau tahu, kau bisa bilang 'tidak' untuk setiap permintaan kami," ujar ayahnya seakan-akan bisa membaca pikirannya. "Selama ini kau sudah terlalu banyak menurut pada kami dan tak pernah memikirkan tentang keinginanmu sendiri. Aku senang punya anak sepertimu, tapi aku pun ingin kau mengingatkan kapan kami sudah terlalu jauh mengintervensi kebahagianmu."

Rae masih menunduk saat ayahnya mengacak-acak rambutnya dengan lembut. Ia sangat bahagia mengetahui bahwa ayahnya hanya ingin ia bahagia. Ia sangat bahagia sampai-sampai air matanya hampir menetes. Ia tak menyangka kata-kata itu meluncur dari mulut seorang Christopher Harrison, salah satu sosok yang paling ditakuti oleh semua pebisnis. Di balik predikatnya yang mengerikan itu, ternyata ia tetap hanya sesosok ayah yang ingin membahagiakan keluarganya.

"Ngomong-ngomong soal bahagia, apa kau bahagia dengan cowok itu?" Ayahnya mengedik ke arah villa. Tentu saja maksudnya adalah Seth.

"Yah, gimana ya..." Rae menghela napas. "Dia sering menyebalkan sih, tapi kalau kau tanya apa aku bahagia dengannya, kurasa jawabannya iya."

Kening ayahnya kemudian mengerut. "Awalnya kukira kakaknya yang ingin mendekatimu. Saat Westcoustine Tea Party, Nolan tak berhenti memandangimu. Tapi kau sibuk menghajar adiknya saat pertandingan anggar."

Rae terkejut mendengar ucapan ayahnya. "Kau tahu itu aku?!"

Ayahnya mendecak. "Aku ini ayahmu, ingat? Aku yang mengenalkanmu pada anggar. Aku bisa mengenali gerakan-gerakanmu dengan mudah. Tapi sangat puas rasanya kau mempermalukannya seperti itu." Rae dan ayahnya tak bisa menahan tawa mereka saat mengingat masa-masa itu. Kalau saja Seth ada di sini, pasti ia sudah terjun ke air saking malunya. "Kalian akan menorehkan sejarah. Sudah saatnya Harrison dan Bradford akur."

"Ngomong-ngomong soal itu," tiba-tiba pertanyaan yang sudah lama ingin ia tanyakan terlintas di kepalanya, "kenapa sih Harrison dan Bradford nggak pernah akur? Apa kau dan Mr. Bradford juga saling benci?"

"Aku dan Travis? Kami malah bermain golf bersama sebulan sekali—tapi jangan bilang-bilang ibumu." Ayahnya menghela napas lalu mengingat-ingat sejak kapan perseteruan antar dua keluarga itu, kemudian ia menggeleng. "Aku tak ingat apa yang terjadi pada kakek-nenek kalian dan moyang-moyang kalian. Tapi aku sih merasa Travis dan aku baik-baik saja. Sialnya adalah kami berdua punya istri yang ternyata sudah bermusuhan dari SMA. Jadi yah, nggak akan akur."

Saat matahari terbenam, ayahnya mengucapkan perpisahan pada Rae dan Seth. Walaupun jarang melihat ayahnya, tapi melihat ayahnya pergi meninggalkannya ternyata masih membuat Rae sedih seperti saat ia masih kecil dulu.

"Ayahmu memintamu pulang?" tanya Seth saaat mereka sudah kembali ke villa itu. Rae menggeleng. "Dia cuma bilang kalau kondisi sudah cukup kondusif kalau kita berdua ingin pulang. Tapi dia nggak mau memaksa kapan kita harus pulang."

Seth bernapas lega. Sepertinya dia masih belum siap untuk pulang.

"Oh, dan dia juga bilang kelima belas anjingmu entah kenapa bisa ada di rumahku."

Seth menepuk wajahnya sambil mengutuki Deion dalam hati karena tidak membawa anjing-anjing itu kembali ke rumahnya. Itu berarti ia tak hanya harus segera pulang, tapi juga ke rumah Rae untuk menjemput anjing-anjingnya. Ia masih tak tahu bagaimana harus menghadapi Saywer serta ayah dan ibu Rae sekaligus.

Lebih baik ia ditelan bumi saja.


Jangan lupa vomentnyaaa :D

En Garde!Where stories live. Discover now