Jian Gui terkekeh pelan. Ia mendesah. "Sejujurnya aku masih tidak percaya jika kaisarmu menjatuhkan pilihannya pada adikku—Chao Xing," katanya. Tatapannya kembali menerawang. "Chao Xing tidak seperti para putri lainnya. Dia sangat, hm... sangat—"

"Spesial," lanjut Yao Zu. "Putri Chao Xing sangat spesial, Pangeran Jian Gui karenanya beliau berhasil menaklukkan hati Kaisar Long Wei yang terkenal sangat dingin."

Jian Gui tertawa renyah. "Kau benar. Adikku itu memang sangat spesial, dan aku akan pastikan tidak ada satu orang pun yang akan memandangnya sebelah mata," tekadnya. "Aku akan kembali merebut apa yang menjadi hak keturuan Raja Jian Guo, dan Chao Xing akan kembali mendapatkan kedudukan dan kehormatannya sebagai Putri Kerajaan Angin."

***

Matahari sudah berada tepat di puncak kepala saat rombongan Jenderal Fang tiba di kediamannya. Kediaman sang jenderal begitu luas dengan warna merah yang mendominasi setiap jengkal bangunannya.

Dua buah patung Kirin menjadi hiasan di sisi kanan dan kiri pintu ganda halaman rumahnya yang kokoh.

Kedatangan rombongan sang jenderal besar disambut gembira oleh penghuni rumah. Senyum bahagia menghiasi wajah para pelayang yang datang berbondong-bondong untuk menyambut kedatangan tuan besarnya.

"Dimana Nyonya besar?" tanya Jenderal Fang pada kepala pelayan kediamannya. Sang pelayan tidak langsung menjawab. Tubuhnya sudah sedikit membungkuk karena faktor usia tapi pria tua itu berkeras menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada keluarga sang jenderal.

"Lapor, Tuan, sejak tadi pagi Nyonya keluar rumah. Beliau berkunjung ke Kediaman Pejabat Ma," jawab kepala pelayan penuh hormat.

Sang jenderal hanya mengangguk samar. Tatapannya kemudian teralih pada Jian Qiang yang berdiri dengan punggung tegak di sisi kanan kuda tunggangannya. "Aku membawa tukang kuda baru," katanya. Kepala pelayan mengikuti arah pandangan sang jenderal. Mata tuanya yang jeli mengerjap kaget. Dia memperlihatkan ekspresi tidak percaya hingga sang jenderal tertawa renyah karenanya, "Dia tidak terlihat seperti tukang kuda, bukan?"

Kepala pelayan itu mengangguk kecil.

"Yulan, kemari!" panggil sang jenderal.

Jian Qiang berjalan dengan langkah tertata. Ekspresinya datar seperti biasa.

"Siapkan sebuah kamar untuknya," perintah Jenderal Fang pada kepala pelayan. "Dia kepala pelayanku," ujarnya pada Qiang sesaat setelah pria tua di hadapannya mengangguk paham. "Kau bisa mengatakan kebutuhanmu padanya."

Jian Qiang memberi hormat dan menjawab dengan suara beratnya yang khas, "Terima kasih untuk kebaikan Tuan Besar."

Jenderal Fang terlihat senang melihat sikap sopan dan tutur bahasa sopan yang diperlihatkan oleh Jian Qiang. Jenderal besar itu bahkan menepuk-nepuk pelan bahu Qiang hingga beberapa kali. "Bekerjalah dengan baik, mungkin nasibmu akan beruntung dan kau bisa naik jabatan dengan cepat."

"Hamba mengerti," jawab Qiang sopan.

Jenderal Fang masih tertawa penuh kebanggaan saat berjalan meninggalkan rombongannya dan para pelayan untuk masuk ke dalam kediamannya sementara Chunhua yang sedari tadi berdiri tanpa mengatakan apa pun langsung bergerak menghampiri Qiang.

Putri keluarga Fang itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau pasti terkejut melihat besar dan megahnya kediamanku, kan?"

Qiang tidak menjawab. Dia bahkan tidak memperlihatkan ekspresi apa pun hingga membuat Chunhua berdesis tidak suka. "Kau ini hanya seorang pemuda desa tapi sikapmu benar-benar sangat sombong. Kau lebih sombong dari Putra Mahkota Kerajaan Lang," cibirnya. "Lihat saja, aku pasti akan membuatmu tahu dimana harus menempatkan diri," ancamnya sebelum menghentakkan kaki dan melenggang pergi.

TAMAT - Magnolia SecretsWhere stories live. Discover now