DuapuluhSatu 🍁 Perpisahan.

Начните с самого начала
                                    

Flashback.

Seorang gadis tengah terduduk dibangku taman sendiri. Tiba-tiba saja datang seorang lelaki duduk disampingnya.

“Kok sendirian? Gak takut.”

“Ngapain takut.” Sahut perempuan berambut pendek.

“Nama lo siapa?”

“Sheila.” Sahut sheila dengan sangat singkat, tanpa menatap kearah orang yang tengah mengajak nya mengobrol.

“Oh, gue fero. Btw gue pergi dulu ye.”

Entah kenapa pertemuan singkat itu, seiring berjalan nya waktu sheila dan fero semakin akrab dan manjadi seorang sahabat.

Terkadang pertemuan sering berakhir dengan perkenalan lalu setelah itu mereka pasti tak saling kenal, berbeda dengan sheila dan fero. Mereka berakhir dengan menjadi seorang sahabat yang memendam rasanya masing-masing.

Flashback end.

“Kita ketemu gak jelas bangetnya fer. Tapi kalo di inget-inget kangen juga.”

“Gue gak mau berlarut dalam kesedihan tapi gue bingung harus bersikap gimana saat lo gak bakal disisi gue lagi selamanya.”

“Gue tahu setiap makhluk yang hidup akan mati, nanti mungkin gue juga bakal mati. Tapi bisakah lo kasih gue satu kesempatan lagi buat nebus kesalahan gue sama lo fer!”

“Gue emang bego fer, gue salah. Gue salah, gue minta maaf fer, maafin gue, maafin gue.”

“Gue kaya orang gila fer ngomong sendiri, apa emang gue udah gila kali ya fer.”

“Ah gue jadi kangen, padahal beberapa jam yang lalu kita ketemu buat terakhir kalinya.”

Sheila menatap langit yang semakin malam, sheila memutuskan untuk pergi dari taman dan pulang. Kepalanya semakin sakit, mengingat semuanya.

***

Pagi sudah menyapa dengan hangat, Gadis yang sedari tadi masih terjaga menatap kearah luar jendela. Ya semalam sheila terbangun, dan memtuskan untuk tidak tertidur lagi. Niatnya ingin tertidur namun ia terbangun akibat mimpi yang sangat nyata baginya.

' sheila bermimpi diatas rerumputan yang sangat luas. Seperti lapangan namun sangat luas. Ia bingung, mengapa dirinya berada disini. Apa dia sudah mati? Namun tiba-tiba ada yang menepuk bahu nya ia menengok kebelakang. Mendapati sosok yang sangat ia kenali tengah tersenyum kearahnya.

“Fero! Lo, ah fero jangan pergi. Gue gk bisa hidup tanpa lo.” Isak sheila. Fero tak menjawab malah tersenyum dan mengelus pucuk kepala sheila. Dan menghilang saat tiba-tiba angin datang dan menerpa dirinya. '

“Ah fer kenapa gue mimpi lo sih! Jadi kangen lagi kan.”

Sheila mengambil ponsel nya yang dicash dan menghidupkan nya, banyak notif yang masuk. Ternyata para sahabatnya sudah tahu tentang fero.

Dilihat jam yang tertera di dinding kamar sheila, jam lima. Sheila memutuskan sholat, sehabis itu dirinya berangkat menuju rumah fero.

Belum terlalu ramai karena memang keadaan masih sangat pagi. Dilihatnya mbak yumi tengah menyapu halaman yang berantakan akibat dedaunan yang terus berjatuhan.

“Assalamualaikum bi yumi,” Sapa gue sambil tersenyum kearahnya.

“Loh non sheila, Pagi-pagi sudah datang kesini?”

“Iya bi, mau bantuin tante dian.”

“Yaudah ayo non masuk,”

“Loh sheila kamu sudah datang?”

“Iya tan, Tan ini aku yang bereskan ya.”

Dian hanya mengangguk, dilihatnya foto keluarga fero. Mereka sangat bahagia sheila tersenyum melihat wajah fero yang sangat tenang. Sheila terus menatap wajah fero.

Saat tengah membereskan meja sheila melihat ponsel fero, yang retak dibagian depan. Mungkin karena terlempar bekas kejadiaan tadi malam. Dengan sangat penasaran sheila menghidupkan ponsel milik fero, namun tiba-tiba saja seperti ada yang berbisik ' jangan kepo shel, nanti ponselnya terbang sendiri loh' Setelah itu pun sheila langsung menaruh kembali ponsel milik fero.

Namun seketika bisikan itu datang lagi 'bercanda, buka aja shel. Lo bakal tau suatu rahasia'. Sheila merasa bingung karena bisikan itu seperti fero yang tengah memberitahu kepada dirinya. Akhirnya sheila membuka lockscreen ponselnya. Pertama kali sheila lihat adalah wallpaper handphone fero itu foto dirinya bersama fero.

Sheila menahan untuk tidak menangis, Namun tangan sheila entah kenapa malah menuju pesan. Biasanya pesan itu privasi orang, tapi entah keberanian darimana sheila penasaran ingin melihatnya.

Sesaat sheila seperti mengenal nomor tersebut, dan ternyata benar. Itu nomor sheila, jadi selama ini pesan misterius itu pengirim nya adalah fero. Namun kenapa saat sheila balas, fero tak membalasnya.

Dilihat galeri photo, Sheila sangat terkejut. Pasalnya seluruh isi galeri adalah fotonya yang lebih dominan, tapi foto dia dan juga fero ada. Matanya sudah berkaca-kaca sekali ia mengedipkan matanya mungkin sudah terjatuh air matanya.

Setelah semua sudah selesai, fero sudah dikafankan dan segera menuju ke pemakaman tempat peristirahatan fero untuk terakhir kalinya. Sheila kembali menangis saat fero dimasukan kelubang liang lahat, setelah tanah menguburkan dirinya. Semua orang mulai pergi dan pulang, namun tidak dengan sheila. Dirinya masih tetap memeluk batu nisan milik fero. Ia melihat nanar batu nisan tersebut. Air mata sheila sudah sangat terkuras.

“Fer, yang tenang ya disana. G-gue hikss maafin hikss gue fer.”

“Gue janji bakal selalu pakai kalung ini, jangan gentayangin gue ya fer. Nanti gue jadi takut sama lo hahaha.”

“Tuh kan kaya orang gila gue ketawa-tawa sendiri, ngomong sendiri.”

“Gue pamit ya fer, gue bakal terus doain buat lo fer. Gue bakal sering kesini fer. Loveyou.” Ucap sheila sambil mencium batu nisan milik fero. Sheila pun melangkah meninggalkan pemakaman.

Disisi lain seorang lelaki memakai baju serba putih tersenyum kearah sheila, dengan hembusan angin tubuhnya ikut terbawa.

★★★

Semoga suka dengan part ini yah,❤❤🙏

Maaf ya kalau alur nya gak jelas, atau bikin kalian kesal karena ini emang ide yang muncul dari otak ku.

Beberapa part lagi sheila bakalan tamat.

Enggak kok' masih lama😂✌

See you next chapter.........................

SHEILA 🌷Место, где живут истории. Откройте их для себя