Elfarga | Thirty Six

22K 1.3K 403
                                    

Vote dan komentar ya❤️

***

Hanya menatap dirinya di depan cermin dengan tatapan kosong adalah kegiatan Felli sejak pulang sekolah hingga malam hampir tiba. Ia juga tidak mengganti seragamnya, padahal sudah dua jam lebih ia sampai di rumahnya. Ia menatap telapak tangannya yang sedang mengepal. Tatapannya sendu, seolah sedang memikirkan sesuatu.

Sejak kejadian sepulang sekolah tadi, dimana ia baru saja terlibat perkelahian dengan kakak kelasnya yang terkenal hingga di luar sekolah, Felli terus saja memikirkan tentang itu. Ia masih terbayang bagaimana kerasnya ia mendaratkan tinju tepat ke arah pipi Cinta yang baru saja ditendangnya hingga terlempar.

"Kok gue bisa kelepasan sih? Harusnya nggak boleh," ucapnya penuh penyesalan. Bagaimana pun juga, ia seorang ahli dalam beladiri taekwondo. Tidak diperbolehkan melakukan tindakan seperti itu tanpa alasan yang jelas. "Tapi 'kan tadi dia bahaya banget, sampe mukul gue duluan. Bodo amat, yang penting dia duluan yang ngusik gue," ujarnya sewot.

Felli bangkit dari kasurnya, kemudian merenggangkan badannya yang terasa pegal. Ia berjalan menuju jendela kamarnya yang berhadapan langsung dengan rumah di depannya, alias rumah Mark. Lampu kamar Mark tampak menyala, tandanya cowok itu sedang berada di rumah. Lama berdiri disana, menatap kosong keluar jendela, Felli tersentak ketika ponselnya berbunyi nyaring.

Ada panggilan masuk. Felli bergegas menghampiri kasur, meraih ponsel berwarna rose-gold.

MarqoRdr...

"Halo, Mark?"

"LO DIMANA SEKARANG?!"

Felli reflek menjauhkan telinganya dari ponselnya ketika dari seberang, Mark tiba-tiba ngegas tanpa aba-aba.

"Nggak usah ngegas juga kali. Gue di rumah, kenapa emang?" Tanya Felli. Ia berjalan menghampiri cermin, lalu kembali memperhatikan dirinya sendiri sambil menelepon.

"Lo bikin masalah sama Cinta? Kok bisa gitu sih, Fel?"

Felli menghela napas. Ternyata Mark membahas tentang itu.

"Dia duluan yang gangguin gue, masa gue diem aja?" Suara Felli terdengar menahan kesal.

"Dia gangguin lo lagi? Kenapa nggak lapor ke gue?"

Felli memejamkan matanya, mengontrol emosinya sendiri. Pertanyaan-pertanyaan Mark kembali mengingatkannya dengan kejadian tadi, dan itu membuat Felli kembali ingin mengacak-ngacak muka Cinta saking kesalnya. Felli benci hidupnya yang tenang diusik.

"Lo kira sempat gitu gue ngelapor ke lo? Cinta langsung dateng ke kelas gue, maki gue, sampai nampar gue. Sempat gitu gue lari nyariin lo?"

Suara Felli meninggi. Matanya berkaca-kaca. Ia merasa Mark menyalahkan dirinya sepenuhnya disini, padahal Mark sama sekali belum tahu bagaimana kejadian sebenarnya.

Terdengar helaan napas panjang dari Mark diseberang telepon.

"Fel, lo tahu nggak, Cinta sekarang masuk rumah sakit. Dia ngalamin cedera karena dipukul sama lo. Lo apain sih sebenernya tuh anak?"

"Gue apain? Harusnya lo nanya dulu, dia apain gue sampe-sampe gue pukulin dia kaya gitu! Lo tahu nggak sih, disini tuh lo kaya nyalahin gue?"

Felli benci dirinya sendiri yang jika berdebat dengan seseorang, air matanya tidak bisa ditahan dan ujung-ujungnya akan menangis. Felli tidak bisa bertengkar dengan bicara. Ia lebih senang baku hantam langsung, dengan begitu ia bisa melepaskan bebannya tanpa banyak berbicara.

ELFARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang