Elfarga | Nineteen

27.8K 1.2K 48
                                    

Dipagi yang tidak cerah-cerah amat ini, Felli memaksakan matanya untuk bangun. Matanya rasanya berat karena semalaman begadang. Felli dan Mark baru pulang dari rumah Fikri jam dua malam. Sebenarnya, kata Mark, kalau tidak ada Felli, dia mungkin akan menginap di rumah Fikri. Tapi karena ada Felli, Mark tidak jadi menginap.

Felli mengulet sebentar di atas kasur, kemudian langsung turun dan ke kamar mandi. Terhitung, Felli tidur hanya tiga jam setengah. Ia masih berusaha untuk tidak terlambat karena ia bersekolah di SMA Pancasila belum seminggu. Hari ini, ia akan ke sekolah sendirian karena Mark izin untuk mengantar Fikri ke bandara. Katanya mereka akan sekolah saat jam istirahat. Hebat, 'kan? Iya, karena mereka murid kesayangan guru. Jadi jika mau izin apa-apa, langsung diizinkan.

Karena Felli belum bisa mengendarai motor, dan Mark tidak ada, ia akhirnya msmutuskan untuk naik angkot. Ini pertama kalinya Felli naik angkot di Jakarta. Semoga saja ada angkot yang lewat dan Felli tidak telat. Setelah pakai sepatu, ia mengunci rumah dan langsung jalan kaki sampai ke gerbang. Suasana lingkungan rumahnya yang sekarang lebih tenang dibanding dengan di Bandung. Mungkin orang-orang disana rata-rata orang yang sibuk dengan pekerjaan.

Biasanya, kalau pagi-pagi begini, di Bandung banyak orang jogging. Apalagi disekitaran komplek. Tetapi di lingkungan baru Felli tidak ada. Apa belum ya? Felli tidak tahu. Rumah mereka juga belum terbuka semua.

Felli berjalan santai saja karena masih jam enam. Masih ada waktu tiga puluh menit. Sambil melihat kesana-kemari untuk mengamati lingkungan barunya, tidak terasa Felli sudah sampai di depan gerbang. Ada Pak Satpam yang sepertinya sedang jaga.

"Pagi, Pak!" Sapa Felli dengan semangat. Di Bandung dulu, Felli memang dekat dengan Pak Satpam di perumahannya dan tidak ada yang tidak kenal sama Felli.

Pak Satpam yang umurnya kira-kira tiga puluhan itu langsung tersenyum cerah. "Pagi juga. Orang baru, ya?" Tanya Pak Satpam.

"Iya, Pak," jawabnya sambil mengangguk.

"Oh gitu. Kalo mau nunggu angkot di depan situ aja, Neng. Biasanya berhenti disitu," kata Pak Satpam memberitahu.

"Iya, Pak. Makasih, Pak." Felli tersenyum, kemudian lanjut berjalan lagi sampai ia benar-benar sudah keluar dari perumahan. Felli memperhatikan sekeliling, dan mendapati ada anak sekolahan yang sepertinya sedang menunggu angkot juga. Tetapi, seragamnya berbeda dengan seragam yang Felli pakai sekarang. Mungkin beda sekolah.

Sambil menunggu angkot yang tidak tahu datangnya kapan, Felli mengotak-atik ponsel supaya tidak gabut. Ternyata ada pesan Mark yang baru masuk.

MarqoRdr
Lo udah ke skolah?
Mau gue anter dulu?
Gue belom ke bandara.

Felli menggeleng sambil senyum tipis. Felli senang karena bisa kenal dengan Mark yang orangnya sangat peduli dengannya. Meskipun baru beberapa hari kenal dengan Mark, tapi ia sudah memperhatikan Felli seperti adiknya sendiri. Felli cepat-cepat membalas pesan Mark.

Fellicyars
Iya udah.
Lagi diangkot sekarang.

Bohong. Iya, Felli bohong. Ia tidak mau merepotkan Mark untuk hari ini. Masa Mark mau mengantarnya ke sekolah padahal Mark tidak sekolah? Andai saja sekolahnya cuma berjarak berapa meter, ya tidak masalah. Tapi sekolah mereka lumayan jauh dan Mark akan ke bandara jam tujuh. Kalau Felli nebeng sih tidak merepotkan. 'Kan Mark juga sekolah.

ELFARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang