dimulai lagi

3.8K 130 1
                                    

Aku bangun lebih pagi dari biasanya. Tujuanku jelas, kebangunanku untuk melanjutkan kisahku. Aku penasaran bagaimana selanjutnya kisah ini berjalan. Hidupku yang sudah mengenal hampa. Kini, terguyur kembali dengan kebahagiaan yang kelana.

Aku Amelia Putri, siap menjalankan takdir cinta bersamanya kembali. 16 tahun aku menunggu apa itu rasa. Kini aku tau segalanya karenanya.

Jika perbuatanku merupakan kesalahan,Maka aku sungguh tidak malu melakukan kesalahan itu. Aku berani mencintainya sampai waktu tidak berani mencegahnya. Soal hatinya padaku, aku serahkan semuanya pada takdir.

Menit demi jam berlalu begitu saja. Namun, panggilan telfon darinya belum juga muncul. Ingin sekali aku memulainya. Tapi perasaan canggungku melarangnya.

Jadi, aku hanya bisa menggenggam benda kotak itu sambil menunggu dering darinya.

Nada dering yang kutunggu pun bunyi. Jantungku hampir pisah dengan tubuhku. Mukaku begitu merah saat melihat namanya di layar.

"Hallo mel" suaranya memecahkan keheningan.

"Iya ka kenapa?"

"Udah bangun?"tanyanya seakan akan  bingung mau berbincang apa.

"Udah dari tadi ko ka, kalo aku belom bangun aku gamungkin ngobrol sama kaka sekarang".

"Oh iya ya" kurasa ia mati kutu dengan pernyataanku.

"Btw kenapa ka nelpon pagi buta gini?"

"Aku gabisa nahan rindu lagi Mel"
Sebuah kalimat spontan yang berjuta makna.

"Seberapa berat sih rindunya?hehehe" candaku dengan kekepoan yang tinggi.

"Rindunya gabisa diitung, soalnya lebih dari yang kamu kira"

"Udah ah kasian si rindu diomongin terus" ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Btw kapan balik Mel?" tanyanya.

"Maunya sih dari kemarin kemarin ka, tapi kondisinya gabisa ngedukung"

"Nanti aku omelin deh kondisinya biar ngedukung kamu terus. Masa mau ketemu pangeran gaboleh terus"

"Lah pangeran? Siapa?"

"Masa gatau, ini yang lagi kamu ajak ngobrol siapasih?" ucapannya seakan akan aku juga menganggapnya pangeran.

"Iyain aja deh ya umur gaada yang tau"

"Ih jangan gitu dong, kan kita belom bangun masa depan" katanya membuat pipiku semakin merah.

"Masa kini aja belom dibangun apalagi masa depan" jawabku dengan penuh keberanian.

"Yaudah yuk bangun dari sekarang"

"Eh udah dulu ya ka, kayanya ada tamu deh. Sampai nanti ka Fachri" tutupku mengabaikan ucapannya yang membuatku kembali berharap.

Sambungan telfonnya terputus. Harapanku muncul lagi. Ekspetasinya, aku bisa melupakannya dan bahagia tanpanya. Realitanya, aku masih terus berharap akan cintanya yang pernah sirna.

Aku membuka aplikasi sosmed berlogo kotak berwarna pink.
'Kaget!'. Ya itulah perasaanku saat membuka aplikasi tersebut. Saat aku melihat ka Fachri memposting foto aku dan dia. Yang pernah kita abadikan dulu saat bersama.

Gifahri_ hari ini dan seterusnya sama saja. Sama" membahas rindu"

179like 16comments
Rahmaad26 balikan udah Ri
Gaby.and gausah dibahas rindu mah

Hanya 2 orang komentar yang aku lihat. Aku malu membacanya. Aku memutuskan untuk memulai chat dengannya. Display namenya masih sama.

Gifahri Akbar

Ka,itu foto maksudnya
Apa ya?

Akhirnya di chat
Ga maksud apa"ko
Masih punya kontak
Aku ternyata ya


Aku hanya membacanya saja. Aku bingung mau membalas dengan kata apa. Mungkin bisa dibilang, itu adalah awal chat selama aku tidak berhubungan dengannya. Rasanya begitu kaku. Seperti aku baru mengenalnya yang tidak tau harus melanjutkan chat seperti apa.

Aku pergi ke dapur untung mengambil minum. Padahal, pembicaraan aku dengannya tidak terlalu panjang. Tapi entah kenapa dahaga itu datang.

"Cie yang dikangenin orang indonesia" suara ka Zidhan meledekku.

"Orang Indonesia?" tanyaku dengan wajah bingung.

"Iya si Fachri, siapa lagi coba yang mau kangenin kamu" ledekannya begitu tajam.

"Oh gitu, yaudah awas aja kalo sampe kaka kangen sama aku" dengan memsang wajah jutek dan bergegas ke kamar.

"Dih ngambek, kaya bocah nih"

"Bodo" jawabku cetus.

"Yaudah minum dulu, dari pada nyesel balik ke kamar belum minum" ia menyodorkan gelas berisi air bening berembun.

Aku hampir lupa kalo aku belum minum. Tapi, karena kekesalanku akhirnya aku menolaknya.

"Gaperlu" jawabku singkat dan kembali ke kamar.

"Yaudah kaka aja yang minum" air itu diminum olehnya.

Kesal sekali aku melihatnya. Namun mau bagaimana lagi. Aku langsung lari ke kamar dan menggeletakan tubuhku di kasur.
Beberapa menit kemudian, ketukan pintu kamarku berbunyi. Sudah jelas itu pasti ka Zidhan.

"Dek, jangan marah dong nih minumnya kaka bawain" dia datang dengan membawa minuman berwarna pink serta coklat batang kegemaranku.

Mana mungkin aku menolak itu semua. Dengan cepat aku mengambilnya tanpa basa basi.

"Dasar ya, cewe tuh kalo disogok juga ngambeknya ilang" kata ka Zidhan.

"Engga juga ah" jawabku sambil membuka coklat.

"Bisa bangkrut kaka kalo kamu ngambek mulu"

"Bukan kaka yang bangkrut, tapi papa" jawabku.

"Oh iya" jawabnya sambil tertawa kecil.

"Ka, kita kapan balik ke Indonesia sih?" tanyaku.

"Gatau, emang kenapa? Kangen ya sama Fachri?".

"Apasi engga nanya aja, sok tau banget sih kaka"

"Kayanya sih 2 minggu lagi, Kayanya ya kayanya" jawabnya dengan memperjelas kata KAYANYA.

" Yang bener dong, aku capek di phpin mulu"

"Yaudah sabar aja nanti kalo udah waktunya juga pulang"

"Gasabar tapi ka"

"Ya sabarin aja, udah ah kaka mau main ps" jawabnya sambil berdiri dan bergegas keluar kamarku.

"Ih dasar, yaudah sana deh" kataku dengan kesal.

Aku terus memperhatikan tanggalan. Sesungguhnya aku bosen sekali disini. Aku rindu tanah airku. Tanah yang mana aku dilahirkan. Jika, beberapa orang ingin ke sini. Justru aku ingin sekali pergi ke Indonesia.
Senyaman nyamannya negeri orang, lebih baik tinggal di negeri sendiri.

Its HurtWhere stories live. Discover now