berbeda

4.4K 157 0
                                    

Fachri thor

Kini, sudah seminggu aku membaca selembar kertas darinya. Sulit untuk dilupakan, tapi aku harus melupakannya. Ternyata, kehilangan itu hampa. Aku bagai hidup didunia yang tak ada kehidupan.
Bagiku, kini bumi tidak bulat melainkan datar. Tak ada pelangi maupun masalah yang aku alami saat ini.

Seminggu ini aku hanya melakukan aktivitas sebisaku saja tidak lebih.

"Jadi, kita mau bikin proker apa nih di akhir jabatan?" suara  Rahma yang memecahkan pikiranku.

" Tau nih Ri, lo jangan bengong terus dong. Buktiin kalo lo bisa, jangan jadi lemah kek gini" kata Ferdy menasihatiku.

"Bukan gitu Fer,lo itu gangerti yang gue rasain" ucapku membuat Ferdy terdiam dari suaranya.

"Yaelah Ri, gue juga ngerasain kali. Gue jauh lebih sakit dari lo. Tapi gue gaselemah lo. Lo itu ketos, mikirin juga organisasi ini dong" suara Gaby dengan nada tinggi.

"Yaudah kalo lo pada mau bikin proker, bikin aja. Percuma, gue cuma ketos yang gaguna. Yang lemah kalo udah kenal masalah. Kalian bikin aja" ucapku terpotong dengan nafas yang panjang aku melanjutkannya.

"Tanpa gue...." Lanjutku dengan suara pelan.

Aku meninggalkan mereka yang terdiam melihat kelakuanku saat ini.

"Ko lo jadi egois gini sih" bantah Yusuf sambil terdiri dari bangkunya.

"Inget janji lo di OSIS, lebih mentingin organisasi woiii pengecut lo bego" teriak Ferdy sambil menggebrak mejanya.

Suasana ruang OSIS hening. Semuanya berfikir memecahkan masalah tanpa emosi. Namun, perlakuanku membuat mereka emosi.

Aku pergi kekelas dan mengambil secarik kertas serta benda bertinta.

Sedikit demi sedikit aku merangkai acaraku di akhir jabatan ini. Kuhilangkan rasa egoisku jauh-jauh. Walaupun itu sangat sulit sekali.
Perlahan-lahan aku membuat proker yang sangat menarik. Walaupun membutuhkan dana yang begitu besar.

"Nah gitu dong Ri, kan enak diliatnya. Ketos yang berguna" suara Gaby mengagetkanku dari belakang sambil mengambil kertas yang sedang kuisi.

"Makin cintahh deh aku Ri" ucap Ferdy sambil menggenggam tanganku.

"Paansih lo alay lo ah,lenjeh banget" jawabku melepaskan tanganku dari cowo setengah salmon itu.

"Wih gila keren nih proker, lo yakin bakal ngejalanin ini? Dananya dari mana woiii. Sekolah kita aja lagi krisis" tanya Gaby.

"Santuy udah ini bisa kita lewatin bareng-bareng" jawabku.

"Kayanya omongan lo yang di ruang OSIS salah deh Ri, kita gabisa jalanin proker ini tanpa lo. Yang ada kita bener- bener butuh lo" sambung Rahma.

"Ah kalian mah dateng ke dede kalo butuhnya aja" jawabku dengan candaan karena wajah mereka yang begitu menegang.

"Ahhhh seneng deh gue akhirnya Fachri balik lagi" ucap Gaby.

"Iyein aja Ri, umur gada yang tau " kata Ferdy yang membuat muka Gaby menjadi kesal.

"Udah udah sana balik ke kelas udah ada guru tuh kelas gue" usirku dengan halus.

"Siap bosq" jawab mereka dengan bersamaan.

Mereka kembali kekelasnya masing-masing dan aku melanjutkan pelajaran di hari ini.

-----------------------

Amelia thor

"Dek, bajunya keren banget deh liat ini" suara ka Zidhan dari arah kananku sambil memperlihatkan gambar dan ponselnya.

"Iya, besok kesana yukk. Aku juga dari kemarin mau kesana. Katanya bagus-bagus modelnya" ajakku.

"Boleh deh, abis kamu kontrol aja oke" ucapnya.

"Iyalah pasti" jawabku.

Kini, aku berada dirumahku yang dibeli papah 3 hari yang lalu setelah aku keluar dari rumah sakit. Aku harus tetap ada di Singapura, sampai benar-benar sehat. Karena, setiap bulan aku harus kontrol keadaanku.

Hari-hariku hanya kuhabiskan bersama ka Zidhan dan Mamah saja. Sementara papahku, sudah kembali ke Indonesia untuk melanjutkan aktivitasnya.

Soal ka Fachri, aku sudah berusaha melupakannya.
Mungkin, ia sudah lebih bahagia tanpa aku disana.

Ekspetasinya, aku bisa mengikhlaskan kebahagiaannya. Nyatanya aku keliru, semua itu tidak semudah yang kurencanakan. Semuanya berjalan seperti biasanya, namun hatiku tidak bisa berjalan darinya.

Aku sering memperhatikan kesehariannya melalui Instagram. Namun, tidak ada pesan apapun darinya. Padahal, pesan darinya adalah prioritasku. Berhari-hari aku menunggu pesan darinya. Namun, menunggu adalah hal yang salah.

Aku kira, setelah kukirim surat itu. Ia bisa lebih menghargaiku. Namun, dugaanku sangat salah.

Aku yakin beribu yakin, ia telah bahagia disana tanpa memikirkanku.

*********
Maaf ya baru muncul lagi hehehe. Diriku sangat sibuk. Buat yang masih baca cerita ini, gue sangat berterima kasih yang sebesar-besarnya semoga kalian senang. Kebahagiaan kalian adalah semangat gue❤❤❤❤

Vote and comment yaa semuanya😊😊😊

Its HurtWhere stories live. Discover now