Elfarga | Thirty Two

Start from the beginning
                                    

"Mau pulang 'kan?" Tanya Danendra.

"Iya," jawab Felli disertai anggukan kecil.

"Gue anter kalo gitu."

Dahi Felli berkerut samar. "Em-nggak usah. Gue mau ke suatu tempat." Felli mencoba menolak secara halus. Bukan karena ia tidak mau pulang diantar oleh Danendra, tetapi karena ia memang harus pergi membayar token.

"Bayar token listrik 'kan?"

Bukan hanya Felli yang terkejut. Rini dan Nisa juga. Kenapa cowok ini bisa tahu?

"Fel, gue sama Rini balik duluan, ya. Udah ada angkot. Bye!"

Belum mendapat persetujuan dari Felli, Nisa langsung menarik tangan Rini keluar dari area sekolah. Memang, angkot sudah datang. Namun, ada alasan lain lagi. Nisa mengerti kalau Felli ada urusan dengan Danendra dan ia tidak berhak mengetahuinya sendiri. Lebih baik Felli yang menceritakannya nanti. Rini berdecak tak terima ketika Nisa langsung membawanya pergi begitu saja.

Felli ingin menahan kedua temannya itu dengan cara memprotes, tapi entah mengapa, hati kecilnya merasa tidak enak karena Danendra sedang berada di hadapannya. Setelah menghela napas panjang, Felli menatap Danendra.

"Kok tahu, gue mau bayar token?"

"Daritadi gue jalan di belakang kalian. Nggak nyadar, ya?" Danendra terkekeh, membuat Felli lagi-lagi terperangah dengan kemanisan cowok itu ketika tertawa maupun tersenyum.

"Oh gitu."

"Ayo balik, gue anter bayar token sekalian."

Tidak ada alasan bagi Felli untuk menolak tawaran baik Danendra lagi. Cowok itu memang tulus ingin membantu, terlihat jelas dari sorot matanya.

"Enggak ngerepotin 'kan?"

"Gue udah pernah bilang, lo nggak akan pernah ngerepotin. Ayo!"

***

Felli mengambil helm yang Danendra sodorkan untuknya. Setelah membeli token listrik, dimana Danendra hanya menunggu dirinya di atas motor, Felli kembali dengan senyum cerah menghiasi wajahnya. Akhirnya pikiran was-was jika lampunya padam pada malam hari sudah hilang, meluap begitu saja.

"Mau langsung balik atau kemana? Mau makan dulu nggak?"
Felli tidak bisa menolak karena memang perutnya sudah keroncongan. Pelajaran terakhir tadi menguras habis tenaga sehingga perutnya terasa lapar.

"Boleh."

"Oke. Gue tunjukkin tempat makan langganan gue. Helmnya dipake, utamakan safety." Danendra tersenyum.

Felli baru tersadar, cowok ini memiliki lesung pipi yang dalam. Memberi kesan manis. Apalagi kulitnya tidak terlalu putih, namun tidak hitam juga. Sawo matang. Felli harus mengontrol dirinya. Lama-lama berada di dekat Danendra membuat jantungnya tidak sehat juga. Danendra benar-benar paham memperlakukan seorang perempuan.

Felli mengamati bangunan-bangunan yang mereka lewati ketika menuju tempat makan yang Danendra rekomendasikan. Di atas motor, mereka tidak banyak bicara karena Danendra tampak fokus dengan jalanan di depannya. Felli malah senang. Tandanya Danendra adalah orang yang hati-hati.

ELFARGAWhere stories live. Discover now