38 - Maaf

333 58 2
                                    

Eunji

Sepatu yang gue pakai rasanya gak nyaman. Banget.

Ibu bilang gue harus pakai ini biar bagus. Hal ini menimbulkan tanya buat gue. Haruskah seseorang terlihat bagus meski merasa gak nyaman?

"Senyum, jangan cemberut terus!"

"Hm,"

Ibu gue selalu punya sejuta alasan kalau gue mengeluh. Bukan cuma bilang kalau gue gak bersyukur. Tapi Ibu selalu punya deretan alasan lain biar gue gak ngeluh. Karena hal itu, kadang gue jadi malas cerita. Kayak sekarang, ketika kaki gue rasanya sakit.

Ini cuma sepatu slips on yang ukurannya sebenarnya pas sama kaki gue. Tapi saking pas-nya, kaki gue jadi lebih rentan tergores. Dan belum lama gue pakai, gue udah merasa cukup sakit. Gak tahan lagi. Pengen gue lepas dan nyeker aja. Tapi gak mungkin, bisa-bisa gue diusir karena dikira anak ilang nyasar.

"Kenapa kaki lo? Kutu air?" tanya Chanyeol yang duduk tepat di sebelah gue.

Mungkin dia lihat kalau gue menggerakkan kaki gue gak nyaman. Karena ini terasa sangat tidak nyaman. Perih. Seperti membiarkan kulit gue dikelupas.

"Enak aja! Kaki gue nih lecet. Sepatu gue ngepas banget,",

"Kenapa dipakai?"

"Karena ini sepatu cewek yang gue punya. Satu-satunya,"

Chanyeol berdecih.

Baekhyun dan keluarganya datang dengan riuh membahana. Membuat suasana yang tadinya terasa dingin dan sepi jadi menghangat dan ceria.

"Weh, aing mah nteu mau lagi diajak kesini lagi," bisik Baekhyun pada gue.

Gue mengernyit, memberi isyarat kalau gue bertanya, kenapa?

"Lesehan is the best for me. Makan teh pake tangan wae ah, ini teh meuni ribet pake garpu segala,"

Gue mengangguk setuju. "Memang siapa yang usul disini?"

"Aing sih hehe,"

Dasar aneh.

Makanan pesanan kami mulai datang, dan kami mulai makan sambil mengobrol.

"Sudah lama tidak bertemu Eunji. Ummi, Eunji makin cantik saja, bukan?"

Abi Baekhyun berusaha keras untuk bicara sesuai tatanan bahasa sejak dulu. Karena pekerjaan memaksanya begitu. Itu makanya, meskipun sedang mengobrol dengan teman atau keluarga sekalipun, beliau selalu berkata dengan sangat tersusun.

Begitulah yang tadi Baekhyun kasih tahu ke gue.

Gue tersenyum mendengar ucapan Abi Baekhyun.

"Iya dong, Abi. Apa kita jodohkan saja dengan Baekhyun?"

"Uhuk!" Chanyeol tiba-tiba tersedak. Bukan tersedak biasa, karena ia sampai terbatuk dan kesulitan untuk minum.

"Ummi. Mana bisa?" Baekhyun memprotes.

Ayah gue tertawa. Ibu gue juga. Begitu  juga dengan orang tua Chanyeol. Sementara Chanyeol sendiri masih berusaha meredakan batuknya.

Gue? Gue cuma nyengir kaku karena gak tahu harus bereaksi gimana.

Ummi Baekhyun tertawa. "Bercanda. Ummi sudah tahu lah," katanya sambil melirik gue dan Chanyeol bergantian.

Gue menelan ludah. Entah mengapa, gue merasa kalau suasana berubah jadi canggung. Dan gue butuh udara.

Sing For YouOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz