26 - Tamu

342 48 3
                                    

Ada hal yang boleh dikatakan terang-terangan, ada juga yang sebaiknya disimpan saja.

Menjaga hati seseorang itu...juga penting.

Kau bisa mengkritik seseorang sesuka hati kalian. Tetapi mungkin, ada beberapa yang sebaiknya tidak dikatakan terlalu keras.

Sesuatu yang tidak kau suka bukan berarti itu hal yang buruk atau jelek. Kadang, itu bisa jadi hanya persepsi kau saja yang menganggap hal itu tidak bagus.

Tidak ada kebenaran yang absolut. Begitu juga dengan hal yang bagus.

Intinya, kau bisa memikirkan jutaan prasangka jelek tentang seseorang. Tapi, pilihan untuk membiarkan prasangka jelek itu tetap berada di kepala mungkin lebih baik.

Meski mungkin...lebih baik tidak usah berprasangka.

Air di sungai mengalir deras, bahkan suaranya seperti seseorang yang tengah berkejaran. Sahut-sahutan. Deras. Tidak mau berhenti.

Udaranya tercium lebih nikmat dari secangkir kopi atau teh. Segar. Sejuk. Dan menenangkan.

Gue dan Krystal berdiri memandangi aliran deras air sungai dengan pikiran masing-masing. Krystal terlihat bagai patung yang tatapannya kosong. Gue harap, gue tahu apa yang dia pikirkan. Lalu menampar dia dan bilang kalau...semuanya bakal baik-baik aja. Eh, tapi kan gue gak tahu dia lagi mikirin apa. Bisa jadi juga, dia gak memikirkan apapun.

"Lucu ya, hidup bisa berubah dari senang lalu dalam sekejap, bisa jadi sedih," Krystal membuka suaranya, tatapannya masih sama kosong. Masih menatap aliran sungai.

Gue menatapnya, tanpa tahu harus menanggapi seperti apa.

"dan sekarang gue gak tahu harus sedih atau senang," tambahnya lagi lalu menghela napas panjang.

Gue mengambil sebuah batu kerikil kecil, lalu melemparkannya ke sungai. Hilang.

"Lupain. Kaya batu tadi, mungkin keras, tapi kalau lo jadi sungainya, lo telan semua batu itu dan membuatnya hilang," lenyap dan terlupakan.

"I know right," dia terkekeh. "Balik yuk, mau ujan," ajaknya lalu beranjak pergi.

Itu pasti gak semudah itu untuk ngelupain.

**

Saudara kita dari Solo ternyata udah dateng saat kita balik dari rumah pakde Seju

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saudara kita dari Solo ternyata udah dateng saat kita balik dari rumah pakde Seju. Lalu sekarang, semuanya berkumpul di depan televisi layar cembung yang sudah lama tak diganti. Alasannya karena teve-nya masih bisa dipakai. Makanya eyang melarang siapapun yang akan mengganti teve ini. Karena ini adalah hasil jerih payahnya eyang.

Hujan turun tepat ketika gue dan Krystal baru saja sampai di rumah eyang. Suasananya jadi terasa dingin dan hangat disaat yang sama. Dingin karena hujan, namun hangat karena kita bersama-sama.

Gorengan dan juga teh hangat tersaji di tengah-tengah kita. Tadinya banyak, tapi karena anggota keluarganya juga banyak, ya sudah, selesai dalam waktu tidak. Tontonan televisi tidak lain adalah Upin dan Ipin. Percayalah, semua akan kalah sama anak kecil kalau soal beginian. Ya, tentu saja pemenangnya adalah Mark dan jajaran cucu eyang yang masih kecil. Gue juga masih kecil. Hehe.

Sing For YouWhere stories live. Discover now