18 - Teman Kecil

357 58 3
                                    

Eunji

"Ji, pulang bareng gue yuk," ajak Chanyeol setelah kami selesai piket.

"Yok!" Gue menerima ajakkannya dengan mudah. Gue udah capek banget karena bersihin kelas harus lebih ekstra. Kela lebih berantakkan dari hari yang lainnya. Banyak meses yang bertebaran di sepanjang lantai. Tepung juga. Ini semua akibat peperangan yang terjadi setelah praktek masak. Gila. Habis praktek masak bukannya pada makan malah perang tepung. Dan hal itu mengakibatkan kelas jadi macam keturunan salju dari langit, bedanya yang ini nggak dingin. Dan semua iti gue sama Chanyeol doang yang bersihin.

"Woy! Jangan lemes gitu dong mukanya." Kata Chanyeol setelah menepuk pundak gue cukup keras.

"Sakit!"

"Hehe, sorry,"

"Gue bingung ya sama anak-anak. Demeeeeen banget bikin kelas jadi taman bermain. Dan parahnya lagi, mereka gak mau tanggung jawab ngeberesin!" Kata gue dengan nada kesal, lelah, dan menderita. Gue bener-bener capek. Habis praktek masak, terus langsung bersih-bersih kelas yang berantakannya ngelebihin ruang praktek tadi.

Oke. Sekarang masalahnya bukan lagi karena gue harus piket sama Chanyeol. Tapi karena gue harus piket ngebersihin pasar. Karena cyin, kelas gue tadi udah kayak pasar becek.

Chanyeol ngerangkul gue dengan tangannya yang besar. "Udaaah. Ikhlasin aja. Kali aja jadi pahala," katanya dengan enteng.

Gue mengela napas. Berusaha mengikhlaskan seperti kata Chanyeol barusan. Kadang-kadang Chanyeol bener juga. Meskipun banyakan nyebelinnya.

"Makan es krim yok!" ajak Chanyeol tiba-tiba jadi semangat. Tangannya masih di bahu gue dan kita malah jadi deket banget gini. Tapi gue gak menghindar. Karena ada perasaan aman dan nyaman. Eh apaansi.

Gue yang denger Chanyeol berkata begitu dengan semangat jadi ikutan semangat. "Ayok!!"

Dan berangkatlah kita ke minimarket depan sekolah untuk beli es krim. Kita beli yang ukuran besar dengan tiga varian rasa; coklat, vanila, dan stroberi. Setelah beli es krim tersebut, kita langsung pulang ke rumah dan berniat mengerjekan tugasnya pak Heechul yang kita pending mulu ngerjainnya.

"Assalamualaikum..." seru gue ketika di depan pintu rumah. Gue sama Chanyeol langsung masuk dan disambut Ibu gue yang lagi masak di dapur.

"Loh! Ada Chanyeol?" Kata Ibu gue kaget.

"Iya bu, dia mah udah ada sejak 17 tahun yang lalu," sahut gue lalu duduk di sofa yang ada di depan teve. "Duduk lo!" Titah gue pada Chanyeol.

Chanyeol langsung duduk juga di sofa.

"Kalian udah temenan lagi?" tanya Ibu gue membawakan segelas air yang ditunjukkannya untuk Chanyeol.

"Lagi?" Gue bertanya heran, tapi gak peduli juga sebenarnya. Karena ya Ibu gue emang rada aneh kadang-kadang. But, I love her so much.

"Iya, lagi," kata Ibu gue menyahuti. Kali ini Ibu berhasil bikin gue bingung beneran.

"Emang kita pernah temenan terus musuhan gitu? Temenan aja baru," gue menyahut sembari meraih remot teve yang ada di atas meja. Berusaha mengacuhkan perkataan Ibu gue yang aneh-aneh.

Ibu gue sudah kembali ke dapur. Namun suaranya masih bisa kami dengar dengan jelas. "Lupa tuh dia, Chanyeol,"

Chanyeol tertawa setelah mendengar kata-kata Ibu gue barusan.

Sing For YouWhere stories live. Discover now