PART 20

18.3K 1.1K 25
                                    

Prissy menatap cemas pintu rumah yang tertutup dan belum ada tanda-tanda jika sang suami belum datang juga. Padahal Jam sudah menunjukan Jam 09 Malam harusnya Digo sudah tiba di rumah.

Tadi sore Digo menghubungi nya dan mengatakan jika Ia akan pulang telat di karenakan Pria itu tengah mengajar Jam malam menggantikan Seorang Dosen yang berhalangan hadir.

Di luar tengah terjadi hujan lebat dan suara petir yang  bersahutan menambah seram suasana di dalam rumah besar tersebut. Pasalnya para pelayan dalam rumah besar ini sudah di kamar mereka masing-masing.

Prissy tidak takut akan suana sepi ataupun mencekam. Ia juga tidak takut dengan hujan dan petir yang menggelegar di langit biru, karena sejujurnya belum ada yang bisa membuat Prissy takut di dunia ini.
Hanya satu yang Prissy takuti yaitu Allah.

Ia bahkan tidak takut akan kematian karena menurut nya kematian adalah ajal dari seseorang dan penghentian seseorang untuk berbuat dosa.

"Abang kemana yah kok belum pulang juga?, " tanya nya pada dirinya sendiri.

"Mana ujan nya lebet lagi. Duhhh, " oceh nya mondar-mandir di ruang tamu.

Sementara Tomy dan Dina sedang tidak ada dirumah. Kedua mertua nya tengah menginap di Bandung menghadiri sebuah acara Baksos yang di adakan di kota Bandung .

"Telpon aja dehh, "

Sambungan telepon tersambung, 

Cttaaarrrrrr

Suara petir mengejutkan nya membuat Ia mengelus dada,
"Oi~ Petir, Kalo mau bunyi jangan sekarang yah soalnya gue mau nelpon My Beloved Laki gue yang Nama nya Treandigo Jarec Constantia. jadi loe diem dulu yah, " ucap nya menatap langit dari jendela. Terlihat di luar sana kilat-kilat petir di langit hitam tanpa bintang.

"Hallo.  Abang dimana kok belum pulang juga?, " tanya nya saat sambungan telepon sudah terjawab.

"Abang lagi di jalan Ssy. Mobil Abang mogok, " jawab Digo dari seberang telepon membuat Prissy cemas.

"Abang emang lagi di daerah mana?, "

"Udah mau deket Rumah. Di pertigaan mau masuk ke kompleks, Mobil Abang enggak bisa bergerak. "

Tanpa aba-aba Prissy mematikan sambungan telepon nya dan mengambil payung berukuran besar yang terletak di Samping pintu keluar.

Prissy menggoes sepeda nya dengan pelan jika tidak maka gagang payung yang Ia jepit di antara pundak dan leher nya akan terbang sapu angin atau paling tidak payung tersebut akan jatuh dan hal tersebut akan menghambat perjalanan nya.

Prissy terus memacu sepeda nya dengan santai tanpa terburu-buru di tengah hujan yang semakin lebat dan petir yang dengan riang nya bernyanyi di antara awan hitam di langit.

Entah mengapa Prissy jadi teringat dengan lagu yang di nyanyikan oleh Seorang artis Dangdut.  Jika Ia tidak salah ingat begyround lagu tersebut ada suara hujan dan juga petir nya.

Prissy jadi ingin menyanyikan lagu tersebut apalagi dengan cuaca yang pas,  HUJAN dan PETIR.

        Badai bencana,,,,,,
Yang melanda,,,
Setelah ku ,,
dengar keputusan mu,,,,

      
        Hiiikkk,, kejjaaaammm,,,

Payung hitam yang menjadi saksi,,
Setiap hari
diri ku menanti,,
Tak perduli hujan turun,
Petir menghalangi,,
Ku tetap bertahan
Walau air hujan membasahi badan~~~

"Gue perduli kok ,buktinya gue pake payung karna gue enggak mau kena air tapi payung gue juga warna nya Merah bukan hitam.  Basah coyy nanti sakit, " celoteh Prissy di sela-sela goesan nya.

PENGANTIN BAJAKAN [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang