PART 25

11K 809 29
                                    

Malam ini Digo baru saja tiba di rumahnya tepat pada pukul 9 Malam.
Ia baru saja pulang dari seminar di sebuah hotel tempat perkumpulan para dosen.

"Kamu baru pulang Digo?" tanya Dina lembut.

Digo mencium punggung tangan Mamanya dan tersenyum kecil ia menjawab, "Iya Ma, aku habis seminar."

"Ya sudah kamu mandi dulu. Kamu sudah makan?"

"Udah di hotel tadi Ma. Kalau begitu aku ke kamar dulu," ujarnya Pada  wanita yang melahirkan dan membesar kannya.

"Digo tunggu!" Digo menghentikan langkahnya saat suara Dina menginterupsinya.

"Ya Ma?"

"Mama cuma mau kasih tau kalau tadi keluarga besar kita kumpul," beritahu Dina dengan nada hati-hati. Ia harus memberitahu Digo tentang kejadian sore tadi, karena bagaimana pun Digo adalah suami Prissy dan Digo mungkin tidak tahu apa yang terjadi pada Istrinya.

Digo baru saja keluar dari kamar Mandi terlihat ia tengah menggosok kepalanya dengan handuk agar tidak basah saat ia membenamkan kepalanya di bantal.

Pandangan Digo terpaku pada sang istri yang tertidur pulas dengan memeluk gulingnya.
Prissy memang tidak memunggunginya saat tidur tetapi, Prissy justru memberi pembatas guling di tengah-tengah tempat tidur mereka.

Prissy memang mengerti jika meski pun tengah bertengkar dengan suami,  maka tidak baik untuk tidur memunggungi suami dan tidak baik juga untuk mengabaikan suami.
Prissy memang tidak mengabaikannya, tetapi, Digo merasa jika Prissy sedikit menjauh darinya.

Dengan pelan Digo naik ke atas tempat tidur takut membangunkan istrinya yang tampak terlelap.

Digo sudah mendengar semua cerita tentang Prissy hari ini dari mamanya.
Digo bukannya malu, ia justru bangga dengan istrinya yang meskipun ia adalah orang yang berkecukupan tetapi tidak malu untuk membantu orang-orang yang sedang kesusahan. Bahkan ia tidak malu untuk mengamen di pinggir jalan.

Menarik pelan guling yang di peluk sang istri, Digo memindahkan guling tersebut ke belakang tubuh Prissy. Ia mendekatkan diri pada tubuh Prissy dengan sangat pelan dan hati-hati agar tidak membangunkan sang istri yang tengah terlelap dengan mimpi-mimpinya.

Digo mendekatkan dirinya pada tubuh Prissy dengan perlahan, lalu tangannya menyusup ke balik pinggang ramping sang istri yang tidak terusik sedikitpun.

Digo menatap mata sang isteri yang masih terpejam Dengan tenang, wajah polosnya yang terkena cahaya dari lampu tidur  membuat jantungnya berpacu begitu cepat.

Digo tahu jika dirinya sudah jatuh pada pesona Istrinya. Dengan kesederhanaan dan keceriaan Prissy mampu membuat hidup Digo lebih berwarna.
Digo seharusnya bersyukur memiliki istri yang meskipun memiliki segudang aktivitas di luar rumah tetapi, Prissy tidak pernah lalai dalam mengurus semua keperluannya.

Harusnya ia bersyukur karena meskipun Prissy masih marah padanya, tapi Prissy masih peduli pada Digo. dan harusnya ia tak membentak Prissy malam itu.

Digo memindahkan kepalanya ke atas bantal Prissy dan jadilah dua kepala dalam satu bantal lebih baik dan nyaman, pikirnya senang.

Mencium kening Prissy dengan lembut sembari membisikan kata Maaf dalam hati Digo akhirnya menyusul Prissy ke dalam mimpi yang mungkin saat Prissy berada di dalam mimpi juga tengah menunggunya disana.
Dan Digo berharap ia dapat bertemu dengan Prissy di dalam alam bawah sadar, alam mimpi.

Prissy merasakan kehangatan dalam tubuhnya. Ia merasa jika  di luar sana sedang turun hujan lebat dan memang benar hujan turun dengan lebat mengguyur Kota tempat ia tinggal.

PENGANTIN BAJAKAN [SUDAH TERBIT] Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum