LAVINE SISTERS (REVISED)

16.4K 1K 4
                                    

LAVINE SISTERS

*-*-*

Kris terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Jennie kepadanya. Setelah sekian lama menghilang dan mendadak kembali. Ia tidak menyangka jika ibu kandung dari putri kesayangannya akan meminta hal seperti itu padanya. Namun Kris sudah bertekad dalam hatinya. Ia memang menerima takdir jika Jennie adalah ibu kandung dari Sophia, tapi tidak menjadi ibu kandung dari anak-anaknya kelak. Hanya satu orang yang selalu Kris bayangkan dalam rumah tangganya mendatang.

" Aku pikir perkataanku kemarin sudah jelas. Bukan kau yang aku butuhkan. Tapi Krystal. " ujar Kris, tegas dan tak terbantahkan.

" Tapi aku ibu dari Sophia. " Jennie tetap memaksa.

" Ibu dari Sophia bukan berarti akan menjadi ibu bagi anak-anakku selanjutnya. Jika aku mau membawa hal ini kedalam pengadilanpun, aku yakin kau pasti kalah! Aku tidak pernah melupakan bagaimana kau menyerahkan Sophia begitu saja padaku hanya karna karirmu. " tutur Kris sinis.

Jennie terpaku ditempatnya. Omongan Kris membuatnya begitu menyesali apa yang sudah ia lakukan selama ini kepada Kris dan Sophia. Hingga ketika ia kembali, sudah tidak ada lagi ruang untuk ditempati.

" Aku harap pembicaraan memgenai hal ini cukup sampai disini. Jangan sampai aku benar-benar membawanya kepengadilan dan kau tidak bisa lagi seenaknya bertemu dengan Sophia. Sekarang bawa Sophia pulang. Dia harus istirahat! " titah Kris.

Jennie memandangi Kris yamg tengah mengucapkan beberapa kata pada Sophia disusul oleh pelukan singkat dan kecupan di kening. Jennie paham mengapa ia begitu merasa asing saat ini. Secara biologis, memang ia adalah ibu kandung Sophia. Tapi ia tak pernah mendapat tempat diantara Kris dan Sophia. Dunia dihadapannya saat ini hanya ada dunia ayah dan anak. Bukan ayah, ibu, dan anak. Dan satu-satunya jalan agar ia bisa terus bertemu dengan Sophia adalah mengikhlaskan jika ia dan Kris tidak mungkin bersama.

*-*-*

Krystal mendatangi taman yang sudah amat sangat lama tak pernah ia kunjungi. Taman rahasia dimana ia menghabiskan waktu bermainnya dengan sang kakak. Taman dimana Krystal membagikan keluh kesahnya pada angin yang berhembus. Taman yang menjadi satu satunya tempat yang boleh ia dan sang kakak kunjungi selain dirumahnya.

Taman ini tidak berubah. Sama sekali tidak. Semuanya yang ada ditaman benar-benar sama seperti beberapa tahun yang lalu dimana Krystal dan sang kakak bermain kemari untuk yang terakhir kalinya. Rasa rindu menyeruak dari dalam hatinya. Menimbulkan senyum getir dan genangan air di pelupuk mata.

" Kau kah itu ? "

Sebuah suara dari arah belakang membuat Krystal sedikit terkejut. Ia membalikkan tubuhnya dan menemukan seorang wanita cantik berdiri dihadapannya dengan tatapan penuh kerinduan.

" Krystal Lavine, kau kah itu ? " ulang wanita itu kali ini disertai oleb menyebutkan nama Krystal

" K-k-kau Jessica Lavine ? " Krystal balik bertanya. Berharap jawaban yang ia terima adalah jawaban yang sesuai dengan keinginannya. Dan jawaban yang Krystal terima bukanlah perkataan, melainkan melalui pelukan yang penuh kehangatan. Pelukan yang amat sangat dirindukan oleh Krystal sejak bertahun-tahun lamanya.

" Sic. Kau Sica! Kau kakakku! " seru Krystal yang membalas pelukkan Jessica tak kalah erat.

" Aku merindukanmu, Klee. Sangat merindukanmu. " ujar Jessica.

" Me too. I miss you so much Sic. " aku Krystal.

" Dasar anak nakal! Kau main terlalu lama! Kau tidak ingat jalan pulang eoh ?!! Nakal! Anak nakal! " seru Jessica sembari memukul-mukul pelan punggung Krystal. Sedangkan Krystal masih terus memeluk sang kakak sambil menangis tersedu.

STAY [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang