PROLOG

4.4K 431 353
                                    


BARU dua jam berlalu sejak Kim Tae Hyung menginjakkan kaki di Seoul setelah perjalanan udara yang panjang dari London, pesan singkat berisi ajakan yang sebetulnya tidak terlalu diharapkan muncul di layar ponsel. Jika pencetus pesta-lajang-sebelum-jadi-pria-membosankan itu bukan sahabatnya sedari kecil, dia tidak akan pernah merepotkan diri untuk datang.

Masih dibawah efek jetlag yang memusingkan kepalanya, Taehyung terpaksa mendatangi kelab mewah di Gangnam-gu dengan bantuan supir pribadi. Dia masih cukup sadar akan kapasitas mengemudi setelah menempuh dua belas jam perjalanan udara, butuh waktu dua puluh menit untuk sampai di depan kelab Hotel Parkheur Paradise.

Sesampainya di sana, dia langsung disambut oleh seorang pria yang cengar cengir sambil menepuk-nepuk bahunya.

"Aku pikir, kau tidak akan datang," kata Jimin, sabahat Taehyung yang tadi sempat disinggung di narasi awal.

"Ah, baiklah, aku pulang sekarang," ujar Taehyung, tapi Jimin buru-buru mengapit lengannya dan membawa mereka menelusuri lobi hotel menuju lift.

Di bawah lampu lift yang terang benderang, kulit Taehyung tampak berpendar keperakan. Mimik wajahnya yang selalu terkesan datar dan dingin memerhatikan Jimin, temannya itu tengah memandanginya dengan cara yang aneh.

"Kau seperti ingin membunuhku," kata Taehyung, merujuk pada tatapan Jimin yang memicing tajam.

"Maaf, aku sempat tidak percaya padamu." Jimin mulai bicara. "Ah, akhirnya kau menikah dengan Sera, gadis itu akan jadi adik iparku. Lucu juga." Jimin terkekeh geli

Taehyung tidak berkata apa-apa.

Pintu lift terbuka di lantai dua belas, suara bising menyambut mereka. Dentuman bas yang dalam tiada henti, memacu detak jantung. Seketika tempurung kepala Taehyung serasa dipukuli bola tenis berkali-kali. Kemeriahan di dekat panggung panjang dengan tiang-tiang penyangga kian semarak, lima penari striptis keluar dari ujung meja bar yang penuh.

"Bukan private party?" tanya Taehyung dengan muka masam.

"Maunya privat, ya? Bisa sih, nanti kita pindah ke ruang VVIP!" jawab Jimin setengah berteriak, suaranya nyaris hilang ditengah kebisingan.

Jimin membawa Taehyung membelah kerumunan yang sesak dengan langkah panjang dan cepat, tenggelam jauh ke dalam kelab. Dia melambaikan tangan pada dua orang teman mereka, duduk di sofa bundar dengan meja kaca.

"Eyy brow ... akhirnya kalian sampai juga." Kepulan asap putih dari gulungan tembakau menguar dari bibir tebal pria itu yang lalu menawarkan bir pada Jimin.

"Jim, kau tidak mengundang semua orang 'kan?" tanya Taehyung pada Jimin, lalu duduk di depan Seokjin.

"Tentu saja tidak, hanya squad kita saja, empat orang. Taehyung pengin yang privat," tambah Jimin pada Seokjin.

"Lebih seru di sini," jawab Seokjin, si pemilik hotel. "Tapi kalau mau pindah juga tidak masalah, semuanya gratis untuk sahabatku."

"Tidak perlu sok kaya begitu di depanku!" Wajah Taehyung kian datar, mengerjap lebih sering, dia pening.

"Wuah cowok kalau sudah mau nikahan seram juga ya." Seokjin cekikikan sambil menyesap cerutunya dalam-dalam.

"Jadi pindah?" Jimin menawarkan tapi Taehyung menggeleng pelan.

"Beneran yakin nih, mau mengabiskan sisa umur hanya dengan Sera saja?" kata Jungkook. Teman dekat Jimin sejak duduk di bangku sekolah, salah satu model paling terkenal di Korea. Baru-baru ini Jungkook didapuk menjadi ambassador mobil Hyundai untuk skala global.

Love Is Not OverWhere stories live. Discover now