5

1.3K 242 146
                                    

Note:
Part ini agak ... panjang
Silakan siapkan camilan biar tidak bosan, he he he

--

--


Sera memandangi ponselnya untuk dua detik setelah Taehyung mengakhiri panggilan, lalu dia tersentak karena ponselnya sekarang bergetar. Ada satu pesan singkat dari Nana, isi pesan itu membuat Sera meragu dalam tarikan napas panjang berulang-ulang. Apa Nana lupa dengan kejadian itu? Pikirnya.


Sera, tolong ambilkan makananku di loker ya, ak lupa buang, trims.


Loker khusus karyawan ada di lorong paling ujung di lantai tujuh, dekat ruangan isolasi yang jarang dipakai. Sera tidak pernah lagi menyambangi loker karyawan sejak malam itu, di mana dia ketakutan sampai nyaris tidak bisa bernapas karena ruangan begitu sunyi dan kosong. Dokter Junhan kemudian menyediakan satu loker khusus di ruang kerja mereka untuknya, membuang sekat ruangan sehingga dia tidak lagi merasa sendirian dan cemas.

Tapi itu dulu, Sera bahkan sudah terapi untuk mengatasi kecemasanya jauh sebelum kejadian itu, bertahun-tahun lalu. Sekarang dokter Arin bilang semuanya sudah terkendali. Tidak ada yang akan menyakitimu Sera, kau hanya perlu mengambil barang itu dan membuangnya, pikirnya, cuma dua menit. Akhirnya Sera naik lift ke lantai tujuh, menarik napas panjang-panjang saat menelusuri koridor yang sunyi meski terang benderang.

Dia melirik deretan loker dan berjingkat oleh langkah kakinya sendiri yang bergema, mencari nomor ID Nana, cepat-cepat membukanya lalu membuang sebungkus kimbab basi ke dalam tong sampah di ujung ruangan. Ada bunyi asing yang tertangkap pendengarannya ketika dia menutup loker, dia menoleh ke belakang, seperti yang diperkirakan—tidak ada siapa-siapa, tetapi kecemasan sudah terlanjur menyergapnya.

Sera buru-buru keluar, berjalan cepat nyaris berlari mencapai lift. Sekarang dia merasa ada seseorang yang mengikutinya di belakang. Sera menekan tombol turun berkali-kali tapi lift masih di lantai 15, napasnya mulai berat dan keringat dingin kini melembabkan wajahnya yang pucat. Di tengah kecemasan yang mengigitnya begitu hebat, hanya ada satu nama yang terlintas dalam benak. Dia merogoh ponsel dari saku mantel, geragapan, lalu menggulir daftar kontak, mencari-cari nama Taehyung yang entah kenapa jadi sulit ditemukan.

Denting pintu lift yang terbuka dan sosok pemuda tanggung berdiri dalam elevator membuatnya berteriak, mereka berdua sama-sama terkejut.

"Astaga... Nuna, kau membuatku serangan jantung," kata lelaki itu, mengusap dadanya naik turun, dia mengeser posisi berdiri saat Sera masuk ke dalam lift. "Apa yang Nuna lakukan di ruangan loker malam-malam begini?"

"Oh... Yeonjun, kau belum pulang?" Sera melirik ponselnya, dia berhasil menemukan nama Taehyung dan menekan tombol panggil tapi panggilannya tidak diangkat. "Ada barang yang tertinggal di loker."

"Kenapa tidak minta bantuanku?"

Sera menyandarkan tubuhnya yang gemetar pada dinding lift, mencoba mencari ketenangan di bawah tatapan prihatin Yeonjun kepadanya. Dia harus tenang, ada Yeonjun, tidak apa-apa, pikirnya, memupuk kepercayaan dalam otaknya yang berdenyut.

"Aku tidak apa-apa."

"Tetap saja, Nuna, tidak boleh sendirian lagi di ruangan itu. Besok-besok telepon aku, masih simpan nomorku 'kan?"

Sera mengangguk seraya tersenyum pada lelaki muda yang dulu pernah menolongnya di malam menakutkan di ruang loker, seorang petugas kebersihan yang menemukannya nyaris pingsan dengan napas tersengal-sengal. Sejak kejadian itu, Junhan meminta Yeonjun membantu Sera jika harus pergi ke ruangan yang jauh dari ruang radiologi di jam jaga malam.

Love Is Not OverWhere stories live. Discover now