3

1.1K 247 108
                                    


Hari ini Lena memulai aktivitas dengan sepenggal kalimat janggal yang mengganggu pikiran, sudah lewat tiga hari sejak kejadian dia mabuk di jalanan tapi kata-kata itu masih tersangkut di kepalanya. Dia penasaran, sebenarnya apa yang sudah dia bicarakan dengan Taehyung?—atau, bagaimana Taehyung bisa menemukannya di jalan malam itu?

Dia tidak ingin berpikir kalau Taehyung membuntutinya selepas meninggalkan restoran, tetapi lebih tidak masuk akal lagi kalau Namjoon meminta bantuan pada Taehyung untuk mengurusnya. Kedua pria itu memang tidak bermusuhan, tetapi Lena masih ingat betapa kesalnya Taehyung, ketika Namjoon memilih menikah dengan Soyoung.

Lena memutuskan untuk menyingkirkan sejenak pikiran anehnya itu, toh tidak penting juga. Urusannya dengan Taehyung sudah selesai, syal sudah dikembalikan, dia juga mentransfer sejumlah uang pada Taehyung—terserah diterima atau tidak, Lena tidak mau berhutang apa pun pada mantan pacarnya itu.

Dia masuk ke ruang kerja dan tidak menemukan Seokjin, tumben, biasanya bos-nya yang super cerewet itu selalu datang lebih dulu. Lena memulai jam kerjanya dengan menyeduh teh lemon, lalu menyusun kontrak kerjasama yang akan ditanda tangani Seokjin hari ini. Dering telepon di meja membuatnya berdecak, kesal tiap kali ada yang mengintrupsi konsentrasinya dalam bekerja.

"Kau sudah sampai kantor?"

"Oppa?" Lena mengernyit, tidak paham kenapa Seokjin menelepon ke nomor kantor alih-alih ke nomor ponselnya.

"Ponselku lowbet."

"Kau di mana?"

"Di rumah sakit," jawab Seokjin, singkat.

"Siapa yang sakit—? Oh, Reeya?"

"Ya, semalam telinganya tiba-tiba bengkak, Jiyeon tidak sengaja memberinya seafood. Ah!—bisa-bisanya dia lupa—"

"Bagaimana keadaan Reeya sekarang?" Lena menyela, tidak ingin terlibat lebih jauh di antara masalah rumah tangga Seokjin.

"Buruk, sepertinya jadwal operasi yang sudah ditetapkan harus diundur lagi." Jeda sebentar. "Tolong wakilkan aku ketemu klien kita, kontraknya harus di sign hari ini. Akan kukirimkan surat kuasa resmi, aku bisa mengandalkanmu, 'kan?"

"Tentu," kata Lena cepat. "Pulang kerja aku akan mampir ke rumah sakit."

"Terima kasih."

Sambungan itu diputus sepihak, Lena menarik napas panjang-panjang sebelum meletakkan kembali gagang telepon ke tempatnya. Dia merasa prihatin akan kondisi Reeya, gadis kecil itu lahir dengan kondisi telinga kanan yang berbeda dan Seokjin harus mengurusnya seorang diri. Satu surel dari Seokjin mengalihkan perhatian Lena ke layar komputer, mengeceknya sebentar dan mem-forward email itu ke klien yang tadi mereka bicarakan.

Butuh tiga puluh lima menit baginya merapikan kontrak dan bersiap, dia menelepon supir kantor saat di dalam lift. Ada satu pesan muncul di layar saat dia sudah duduk di dalam mobil, dari nomor tidak dikenal. Lena mengabaikan pesan itu, tapi pesan lain dari nomor yang sama kembali masuk ke ponselnya.

Dibacanya pesan itu, dia mengernyit nyaris mengumpat, tetapi kemudian ada dorongan lain yang membuatnya tersenyum samar sebelum menyimpan ponselnya ke dalam tas.

--

--


Taehyung memutar-mutar pulpen di tangan kanan, sambil memandangi layar ponsel di tangan yang lain, berharap ada telepon atau sekedar pesan singkat dari Sera. Sejak pesta ulang tahun Reeya tempo hari, mereka belum berkomunikasi lagi. Selain karena memang sibuk mengurus dua kasus sekaligus, dia berharap Sera berinisiatif menghubunginya lebih dulu.

Love Is Not OverWhere stories live. Discover now