1

1.3K 220 101
                                    


"Aku mencintai tunanganku, kami akan menikah."


Sudah berlalu satu minggu, tapi kalimat Taehyung masih terus melingkupi pikiran Lena saat dia bangun pagi di apartemennya. Sang mantan kekasih bahkan rela mengeluarkan uang sampai 100 juta, hanya untuk membuatnya tutup mulut. Lena jadi berpikir, apa yang sudah Sera berikan pada Taehyung, sampai bisa membuat pria brengsek itu begitu mencintainya.

"Ini urusan kita berdua, tidak ada hubungannya dengan Sera. Jadi tolong, jangan pernah mengganggunya." Itu yang Taehyung katakan, setelah mentransfer uang perjanjian.

Lena bisa melihat bola mata Taehyung mengilap lebih terang ketika mengucapkan nama tunangannya, dia bisa merasakan kecemasan pada nada suara Taehyung waktu memberinya peringatan untuk tidak menyentuh Sera.

Sebesar itu 'kah rasa cinta Taehyung pada Cho Sera, padahal hubungan keduanya baru hitungan bulan? Memikirkan itu jantungnya seraya tidak berfungsi, ngilu, sakit, sampai tidak bisa dijabarkan meski dengan kata makian.

Lena menghempaskan tubuhnya kembali di ranjang lalu memejam, berusaha sekuat tenaga menyamankan diri sembari mengusir bayangan Taehyung dalam benak. Hubungan mereka telah berakhir, walau dia sempat berpikir Taehyung akan kembali kepadanya seperti yang sudah-sudah. Ya, mereka selalu bisa mengatasi perpisahan dan memperbaiki semuanya.

Dia rela bekerja pada aktor Jung Hoseok dan membantu rencana Mirae, menawarkan pada Hoseok untuk memakai jasa Taehyung sebagai pengacara demi bisa bertemu lagi, berpikir hubungan itu akan kembali baik-baik saja. Tetapi Lena tidak pernah menyangka Taehyung sudah punya tunangan, selama ini yang dia tahu dari Seokjin, Taehyung selalu mengacaukan acara perjodohan dari sang ibu.

Lantas kenapa dengan Sera, Taehyung memilih untuk serius?

Sejak kapan Taehyung memikirkan pernikahan lebih penting dibanding pekerjaan?

Lena ingat, dulu, Taehyung menawarkan untuk tinggal bersama di London, tanpa pernah membicarakan tentang pernikahan. Dia hafal kalau Taehyung lebih rela memangkas jatah berkunjung demi panggilan kasus dan meninggalkannya begitu saja. Atau Taehyung tidak menghubunginya berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, demi karir advokat yang tengah dirintis kala itu. Taehyung yang tidak mau terikat dengan status pernikahan—

Tidak mungkin dia berubah secepat itu—pikir Lena, kesal bukan kepalang tanggung.

"Dasar berengsek!" Lena memaki, mengusap wajahnya berkali-kali.

Dia terlonjak waktu ponsel di nakas bergetar. Panggilan dari pria yang kadang membuatnya kesal sekaligus kasihan, atasannya, Kim Seokjin.

"Hai, Lena sayang," kata suara di seberang sambungan, terdengar jengkel sekali.

"Apa sih? Ini masih terlalu pagi untuk ngomel-ngomel," kata Lena tanpa basa basi.

"Ini sudah siang!"

"Baru setengah tujuh dan aku mulai kerja jam sembilan."

"Sekarang sudah jam sembilan kurang tujuh menit dan kau ada deadline! Cepat ke kantor sekarang juga, kalau terlambat gajimu aku potong. Paham?!"

Lena terkesiap lalu memaki, buru-buru ganti baju. Tidak sempat mandi. Lena berlari dari apartemen setelah menyambar dua lembar roti tawar di meja dan sekotak susu dingin. Hari ini ada proposal yang harus diserahkan ke klien. Untuk pertama kali di sepanjang Lena bekerja sebagai sekretaris Seokjin, dia berharap Seokjin memarahinya seharian, sehingga bisa menyita seluruh memori buruk tentang apa yang sudah dilakukannya pada Taehyung.

Love Is Not OverWhere stories live. Discover now