6

1.2K 230 134
                                    


"Sepertinya ibu sudah tidur," kata Taehyung, dia menekan kode angka di pintu rumahnya.

Sementara Sera masih memerhatikan pintu pagar yang tertutup otomatis di belakangnya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, pikirnya. Rumah Taehyung dilengkapi keamanan canggih sejak di pintu gerbang utama perumahan, bahkan sosok pria yang kini membawanya masuk ke dalam rumah, menjadi satu-satunya orang yang membuatnya yakin; dia akan baik-baik saja.

Entah sejak kapan, ada dorongan samar baginya untuk berpikir; Kim Taehyung adalah tempat teraman yang dia punya.

"Ada yang ingin kutunjukkan padamu," Taehyung tersenyum saat menaiki anak tangga menuju kamar tamu—kamar Sera, yang sudah didekor lebih cantik dari sebelumnya.

Temboknya sekarang dicat warna ungu pastel, hordeng abu-abu diganti sewarna madu, meja rias lengkap dengan kaca setinggi badan. Sera tidak ingat kalau ada lemari dinding besar di sebelah pintu kamar mandi, termasuk karpet bulu di bawah ranjang dan kursi santai pakai sandaran kaki dekat jendela.

"Beomgyu bilang kau suka warna ungu."

"A-apa?"

"Ibu sudah menyiapkan banyak pakaian untukmu." Taehyung membuka pintu geser lemari, deretan baju tertata rapi di sana. Juga sepatu dan tas, disusun di rak bagian kanan dan kiri.

Sera terkejut sampai tidak bisa berkata apa-apa.

"Kamis ini aku akan berangkat ke London, ada undangan pernikahan Mr. Stone, dosenku. Apa kau bisa izin kerja sekitar tiga atau lima hari?"

"Rumah sakit tidak akan mengeluarkan izin dadakan, kecuali keadaan darurat."

"Sudah kuduga," Taehyung menghela napas agak panjang. "Kalau begitu mulai malam ini sampai aku kembali, kau tinggal di sini saja dengan ibu."

Sera bergeming, menatap Taehyung dengan pandangan yang menurut Taehyung terlalu datar.

"Ayy... jangan melihatku begitu," Taehyung memasang tampang kesal tapi Sera tetap tidak mengubah ekspresinya, gadis itu seolah-olah tidak minat dengan apa pun yang dia katakan. "Aku sudah membicarakannya dengan ibumu dan beliau setuju."

"Kapan?"

"Sebelum menjemputmu tadi, aku sudah menduga kau tidak bisa ikut ke London," jawab Taehyung.

Sera tidak berkomentar apa-apa.

"Besok berangkat kerja jam berapa?"

"Delapan."

"Okay, aku antar," Taehyung mendaratkan kecupan singkat di puncak kepala Sera. "Istirahatlah," katanya, lalu keluar dari kamar.

Sera berdiam diri untuk dua detik penuh di kamar barunya sebelum mengeluarkan boneka beruang kecilnya dari tas dan diletakkan atas ranjang, memilah piyama tidur dalam lemari, lalu bergegas ke kamar mandi. Sera butuh mandi supaya tidurnya lebih nyenyak, tapi setelah mandi bukannya ngantuk dia justru merasa lapar.

Sambil mengeringkan rambut dengan hair dryer di depan meja rias, Sera menimbang untuk mengajak Taehyung makan. Apakah itu sopan dan diperbolehkan? Pikirnya, mengingat sekarang sudah jam satu kurang dua belas menit. Akan tetapi mulut dan perutnya justru tidak tahu diri, bersekongkol dengan otak dan berhasil menghasutnya.

"Aku harus makan," gumam Sera.

Dengan keyakinan seadanya Sera mengetuk pintu kamar Taehyung yang ada di sebelah kamarnya tapi tidak ada jawaban.

"Taehyung?" sapanya sepelan mungkin, takut kalau Taehyung sudah tidur.

Setengah sadar Sera memutar knop pintu yang ternyata tidak terkunci, lalu masuk ke dalam kamar tanpa dia sempat menyadarinya. Pintu di belakangnya tertutup. Sera berdiri geming, mulutnya agak ternganga, sejenak mengalami momen keterpukauan.

Love Is Not OverWhere stories live. Discover now