Entah apa yang di pikirkan Adnan, dia  langsung setuju begitu saja. Tanpa memikirkan hal-hal yang buruk dan baik.

Dengan persetujuan Adnan, Zahira menutup mata Adnan dan mengikat  tangannya. Zahira menuntun Adnan memasuki mobil. Mobil melesat di keramaian kota.

Zahira dan Adnan tidak sadar kalau Radit mengikuti mereka.
Sepanjang perjalanan tangan Adnan di ikat, matanya pun juga di tutup.
Hingga sampai di sebuah tempat. Zahira masih menuntun Adnan dengan mata yang tertutup.

Tibalah mereka di sebuah rungan yang cukup gelap karena tidak ada cahaya yang masuk. Zahira membuka penutup mata Adnan dan juga ikatan dintangannya.

Kanaya yang duduk di atas kursi dengan tangan yang terikat. Kondisinya begitu memprihatinkan. Wajah yang pucat pasi, bekas air mata di pipinya. Di tambah dengan luka lebam di wajah. Mungkin Kanaya begitu kesakitan hingga ia tak sadarkan diri. Lemas tak berdaya tanpa perlawanan.

Adnan mengahampiri Kanaya dengan tangisnya yang pecah. Ia jatuh tertunduk di depan Kanaya dengan menggenggam tangan Kanaya erat. Air matanya terus membanjiri pipinya saat melihat Kanaya yang masih diam membisu dalam ketidak berdayaannya.

"Bagaimana Altha? Apakah sekarang kamu mau menikah denganku?"

"Baiklah Zahira, baiklah. Aku akan menikahimu asalkan kau melepaskan Kanaya dan membiarkannya hidup. Biarkan aku bersama Kanaya sampai anakku lahir!"

"Tidak bisa Altha, saat kau sudah menikahiku baru aku akan melepaskan wanita brengsek itu!"

"Baiklah, kita akan menikah sekarang!"

Pikiran Adnan sudah kalut. Tidak ada yang bisa ia pikirkan selain keselamatan Kanaya. Bahkan Adnan tidak berpikir akan hal yang baik ataupun yang buruk.

Zahira tertawa menang. Sementara Adnan merutuki keputusan yang ia ambil. Apapun yang Adnan putuskan saat ini adalah hal yang sangat menyakiti Kanaya. Tapi itu semua tidak berarti dari pada melihat Kanaya dan anak yang ia kandung meninggal.

Zahira berbicara kepada anak buahnya untuk menyiapkan pernikahan secepatnya. Adnan menyela pembicaraan itu dan meminta waktu dua hari untuk memghabiskan waktu-waktu terakhir bersama istri dan anaknya. Zahira menyetujui permintaan itu.

***

Di sisi lain Radit menyusun rencana untuk menyelamatkan Kanaya dan Adnan dari kejahatan Zahira. Setiap hal-hal kecil Radit perhitungkan agar tidak terjadi kesalahan. Di hari pertama Radit meminta ke beberapa temannya yang jago beladiri. Selain itu Radit juga meminta Anisya dan teman-teman  Kanaya untuk menemaninya. Mereka juga menelfon polisi untuk berjaga-jaga.

Semua rencana telah tersusun Radit dan teman-temannya mulai menyusup ke rumah tua dan menjalankan misi. Mereka tidak ingin keributan. Radit hanya ingin membebaskan Kanaya dan Adnan tanpa sepengetahuan Zahira.

Radit dan Anisya yang masuk ke sehuah ruangan di mana Kanaya dan Adnan di sekap. Di sana terlihat Kanaya yang duduk dengan tangan di sekap, dan keadaannya benar-benar buruk. Sedangkan Adnan duduk di depan Kanaya dengan meletakkan kepalanya di atas pangkuan Kanaya.

Radit dan Anisya segera bergerak cepat . Kebetulan yang lain sedang mengalihkan penjaga ke luar ruangan. Ini kesempatan mereka.

Radit segera berlari menuju kakaknya sementara Anisya berjaga di belakang Radit.

"Kak, ayo kita harus cepat pergi sini, sebelum Zahira mengetahui segalanya!" Radit segera melepaskan ikatan Kanaya. Mata Kanaya masih terbuka, tapi ia sudah tidak punya tenaga untuk sekedar bersuara.

Adnan langsung berdiri dan mengusap air mata Kanaya yang menetes di pipi dan menggendong Kanaya. Mereka segera berlari menuju ke pintu belakang. Di sana sudah ada mobil yang menunggu mereka.

Dooor door door.

Suara tembakan melesat. Adnan, Radit, Anisya menoleh ke belakang. Ternyata itu Zahira yang memegang senjata. Dan didepan mereka ada beberapa anak buah Zahira. Sekarang mereka terkepung. Entah di mana teman-teman yang lainnya. Sampai saat ini polisi juga belum datang.

"Mau kemana kalian?" Raut wajah Zahira berubah merah padam. Suaranya menggelegar seisi ruangan yang lumayan luas.

"Kamu atasi Zahira, aku atasi anak buahnya!" Anisya berbisik memerintah Radit. Anisya mulai berkelahi, sementara Radit mencoba mengalihkan pembicaraan untuk mengulur waktu sampai polisi datang. Dan Adnan masih tetap berdiri di tempat yang sama dengan menggendong Kanaya.

Perkelahian begitu sengit. Bahkan Zahira tidak bisa di bohongi. Radit berusaha mengambil pistol yang Zahira bawa. Adegan tarik menarik terus terjadi. Teman-temannya yang lain mulai datang membantu Anisya dan Radit. Tangan Radit terlepas dari tangan Zahira saat Zahira menggigit tangannya.

"Dooor."

Seperkian detik setelah Radit melepas tangannya. Suara tembakan terdengar begitu nyaring. Tembakan itu tepat  mengarah ke Kaki Adnan. Adnan langsung terjatuh tak sadarkan diri dan melepaskan gendongannya. Kanaya juga terjatuh dari gendongan.

Suara jeritan Zahira terdengar menggelegar saat melihat orang yang di cintainya tertembak oleh tangannya sendiri. Radit dan Anisya berlari ke arah Kanaya. Tangis Kanaya pecah membanjiri pipinya.

Kanaya merangkak ke arah Adnan yang terjatuh tidak jauh darinya. Sembari menahan perutnya yang begitu sakit. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kanaya.

Tak berselang lama polisi datang dan menangkap Zahira beserta anak buahnya. Radit langsung menelepon Ambulance dan membawa mereka berdua ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Adnan langsung dibawa ke ruang operasi sementara Kanaya duduk di atas kursi roda dengan di dorong Anisya.

Operasi Adnan berjalan lancar. Kanaya mulai merasakan sakit di perutnya seperti beberapa waktu lalu. Belum sempat Kanaya melihat Adnan tersadar, ia malah jatuh pingsan. Kanaya segera di bawa ke ruang pemeriksaan.

Keluarga Adnan dan Kanaya berdatangan ke rumah sakit. Setelah 5 menit  pemeriksaan seorang dokter keluar dengan membawa kabar buruk.

"Maaf, keadaan ibu Kanaya kritis. Saya hanya bisa menyelamatkan satu nyawa. Entah ibunya atau anak yang sedang ia kandung.  Segera beri persetujuan atau tidak keduanya tidak akan selamat.

Tangis keluarga Adnan pecah saat mendengar itu. Mau tidak mau ayah Adnan menandatangani surat persetujuan. Tak ada lagi yang bisa mereka perbuat selain berserah dan berdoa.


Sedih akutu bikin part ini.

Segini aja ya. Besok lanjut lagi.

Thank kyu.

Salam manis.

_Karina_

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang