33. Ujian

13.8K 517 44
                                    

Adnan yang mendapat ancaman dari Zahira begitu panik. Ia melaporkan kepada pihak kepolisian. Tapi nihil, sinyal handphone Zahira tidak bisa dilacak.  Pencarian yang di lakukan polisi sama sekali tidak memberikan hasil.

Adnan semakin frustasi. Keluarganya dan keluarga Kanaya terus mendesak Adnan agar segera menemukan Kanaya. Berkali-kali ibu Kanaya memarahi Adnan bahkan Riris juga tidak mau berbicara dengan Adnan sebelum kakaknya ditemukan.

Jalan pikiran Adnan semakin buntu. Ia tidak bisa berpikir jernih lagi. Mungkin jalan keluar terbaik adalah Adnan menikahi Zahira. Seperti apa yang di inginkan Zahira.

Tapi bagaimana ia bisa melakukannya sementara Adnan tidak tahu di mana keberadaan Zahira sekarang. Bahkan nomor handphone Zahira juga tidak bisa dihubungi. Adnan mengusap wajahnya kasar dan terus mondar-mandir mencari jalan keluar.  Bahkan Adnan tidak menyadari saat Radit masuk ke rumahnya.

"Kak apakah kakak sudah mengetahui keberadaan Zahira?" tanya Radit.

Adnan hanya menggelengkan kepala dengan tatapan mata yang sendu.

"Kamu sendiri apakah sudah menemukan jalan keluar?" Adnan bertanya balik.

"Aku sudah menemukan cara, tapi itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Setidaknya seminggu. Temanku hanya bisa melacaknya dalam waktu seminggu!"

Adnan saling bekerja sama, saling bahu-membahu untuk menemukan Kanaya dan Zahira. Dua hari sudah berlalu semenjak pesan dari Zahira. Dan beberapa jam kemudian keberadaannya tidak di ketahui.

"Aku yakin dalam waktu dekat ini Zahira akan menghubungimu lagi!" Radit berbicara kepada Adnan dengan menyentuh bahunya. Wajah Adnan sudah benar-benar kusut. Itu semua karena ia tidak tidur selama dua hari terakhir.

Malam berlalu berganti pagi. Apa yang di katakan Radit benar. Ada sepucuk surat yang tergeletak di depan pintu Adnan. Tapi saat di lihat dari cctv yang mengantarkan surat adalah seorang lelaki yang memakai pakaian tertutup. Celana panjang hitam, jaket abu-abu beserta topi yang menutupi separuh wajahnya. Lelaki itu hanya meletakkan surat kemudian pergi.

Temui aku di tempat kita biasa bertemu. Jangan bawa siapapun bersamamu. Jika kamu menelpon polisi akan ku lenyapkan Kanaya.

LOVE YOU

_Zr_

Adnan langsung meremas surat itu dan membuangnya. 'Aku harus selamatkan Kanaya bagaimanapun keadaannya,' batin Adnan.

"Ada apa kak, kenapa kakak buang suratnya?" Radit bersuara saat melihat gelagat Adnan yang aneh dan langsung membuang surat yang baru ia baca.

"Tidak Radit, itu hanya surat tidak penting. Sudahlah, aku mau istirahat dulu!" Adnan langsung bergegas masuk ke dalam kamar dan mengunci kamarnya. Adnan pergi menemui Zahira lewat jendela. Karena kalau dia lewat depan pasti Radit akan tahu.  Semenjak Kanaya menhilang Radit-lah yang selalu menemaninya.

Sesampainya di sebuah taman yang lumayan sepi. Itu karena tempatnya yang berada di daerah pedesaan dan juga waktu yang sudah malam. Adnan mencari-cari keberadaan Zahira.

"Hai Altha, kamu pasti merindukanku!" Zahira langsung menghampiri  bersuara saat melihat Adnan datang. 

"Di mana Kanaya?" emosi Adnan meluap-luap.Tidak perduli dengan Zahira yang ada di pikirannya hanyalah Kanaya.

"Ou, ou, ou, santai aja sayang. Kamu mau bertemu Kanaya?" ujar Zahira

"Please bawa aku ke Kanaya!" Adnan memohon kepada Zahira dengan air mata yang menetes.

"Ok, tapi kamu harus ikuti aturanku. Kamu akan ikut denganku menemui Kanaya, tapi dengan mata aku tutup! Bagaimana?"

"Ok, aku setuju!"

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang