24. Biarlah Mengalir

15.3K 681 28
                                    

Sebuah hubungan tidak selalu di mulai dari cinta.
Bahkan saat suatu hubungan diawali dengan pertemanan akan membuat kita memahami satu sama lain.

****

Sekarang Kanaya dan Adnan sudah menjadi teman. Tak ada hubungan spesial di antara mereka. Meski satu kamar mereka tidak tidur satu ranjang. Terkadang Kanaya yang tidur di kasur dan Adnan tidur di sofa panjang yang berada di dalam kamar. Terkadang malah sebaliknya.

Tapi meski begitu Kanaya masih tetap menjalankan kewajibannya. Kanaya masih tetap menyiapkan seluruh kebutuhan Adnan. Dan Adnan selalu mengantar jemput Kanaya ke sekolah.


Seperti pagi ini, Adnan mengantar Kanaya ke sekolah sebelum ia mampir ke beberapa restoran yang ia punya.
Adnan sibuk menyetir dan Kanaya lebih memilih memandang jalanan di luar jendela.

"Mas hari ini aku pulang cepat, mungkin jam 11 siang. Apa mas bisa jemput aku?" ujar Kanaya.

"Bisa Kanaya, nanti mas jemput dech," sahut Adnan.

Kanaya tersenyum mendengar jawaban Adnan. Setiap harinya mereka berdua jarang bicara bila tidak ada sesuatu yang penting. Tak pernah ada pembicaraan di luar kepentingan.

Mereka sudah sampai di sekolah. Kanaya dan Adnan turun dari mobil. Kanaya mencium telapak tangan Adnan. Dan Adnan mengelus pucuk kepalanya. Setelah itu Adnan pergi dari sekolah, sedangkan Kanaya melambaikan tangan dan menunggu Adnan hilang dari jalanan.

Setelah Adnan mengantar Kanaya ia pergi ke restoran miliknya dan mengecek keadaan di sana. Sebelumnya Adnan hanya memiliki satu restoran. Tapi sekarang ia sudah mempunyai tiga restoran di beberapa kota berbeda.

Jam masih menunjukkan jam 09.00 pagi. Adnan langsung pergi ke Apartement Radit. Sekarang Radit memang tinggal di Apartemen yang ia miliki. Alasannya adalah Radit tidak mau membuat hubungan kakaknya dan Kanaya memburuk karena masalalunya dengan Kanaya.

Adnan sampai di Apartemen Radit. Mereka saling bertanya kabar masing-masing. Mereka bercerita berbagai hal. Hingga Radit bertanya soal hubungan Adnan dan Kanaya.

"Kak, bagaimana dengan istri kakak?"

"Apakah dia bahagia bersama kakak?"

"Apakah kakak benar-benar mencintai dia?"

Radit bertanya tanpa henti kepada Adnan. Sedangkan Adnan merasa aneh kepada adiknya itu.

"Hey, kamu ini kenapa? tanya seperti orang yang sedang di kejar-kejar hantu," ujar Adnan dengan menepuk bahu Radit.

"Eh, iit ... ittu kak !"

Radit kegalapan atas tingkah dan pertayaannya sendiri. Bahkan sekarang ia bingung harus jawab apa.

"Sudahlah dek, santai aja," ujar Adnan.

"Heeemm."

Radit hanya berdehem mendengar ucapan kakaknya. Ia tak mau bertanya lagi. Radit takut kalau ia salah bicara dan akan menyakiti hati banyak orang.

Beberapa saat suasana menjadi hening. Seperti ada kecanggungan antara mereka. Mereka berdua sama-sama bergulat dengan pikiran masing-masing. Hingga akhirnya Adnan memulai pembicaraan.

"Sebenarnya aku ingin menceritakan sesuatu, karena aku tidak tahu harus bercerita kepada siapa!" ujar Adnan.

"Cerita soal apa kak?" sahut Radit.

"Soal Kanaya," ujar Adnan.

"Ada apa dengan Kanaya?"

"Apa dia sedang sakit?"

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang