8. Raditya

16.4K 691 19
                                    

Uhuuk ...uhuuuk ....

"Ayah sakit ya!" pekik Kanaya saat mendengar ayahnya batuk.

"Tidak sayang, ayah hanya kecapean, kamu tenang aja ya," pekik ayah Kanaya.

"Kita periksa ke dokter ya yah, biar batuk nya gak tambah parah," sahut Kanaya.

"Gak perlu nak, besok juga pasti sembuh," jawab ayah.

"Ayolah yah, kenapa selalu saja meremehkan kesehatan ayah?" Bujuk Kanaya.

"Sudahlah nak, ayah akan baik-baik saja. Ayah mau istirahat dulu di kamar ya nak," jawab ayah Kanaya sambil berlalu meninggalkan Kanaya.

Kanaya hanya menggeleng kepala karena sifat keras kepala ayah nya itu. Dia berdoa agar tidak ada hal yang buruk terjadi dengan kesehatan ayahnya .

***

Bunyi notifikasi whatshap menyadarkan Kanaya , ia langsung membuka dan membaca whatshap itu.

*Nomor tidak di kenal

"Hai Kanaya , Assalamualaikum."

"Bagaimana kabarmu?"

"Kenapa tidak di balas pesanku."

*Kanaya

" waalaikumsalam. Maaf, ini siapa ?" Kanaya membalas pesan tersebut.

*Nomor tidak di kenal. (Radit).

"Aku Radit, yang kemarin kita ketemu."

*Kanaya

"Radit siapa?" balas Kanaya.

*Nomor tidak di kenal. (Radit).

"Aku Radit yang kemarin ketemu di perpustakaan. Dan juga pria yang sempat menabrakmu, hehehe."

*Kanaya

"Oh maaf, soalnya kemarin nomor kamu gak jadi aku simpan di kontak aku. Maafin aku ya. Aku simpan dulu nomor kamu," balas Kanaya sambil menyimpan nomor Radit.

*Radit.

"Ya, gak papa kok."

*Kanaya

"Ada perlu apa kamu WhatsApp aku?"

*Radit.

"Aku cuman pingin tahu, di mana alamat rumah kamu !"

*Kanaya.

"Buat apa alamat rumah ?"

*Radit.
"Buat aku bom ! Ya buat main ke rumah kamulah. Gak mungkin kalau aku mau bom rumah kamu beneran."

*Kanaya

"Ya maaf," balas Kanaya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

*Radit.
"Boleh apa gak ?"
"Siapa tahu, dengan aku ke rumah kamu sekalian mengkhitbah kamu. "

*Kanaya
"Apaan sih. Jl Kenanga Muda , gang 8 no 72 J." Kanaya tersipu malu membaca pesan dari Radit. Meski Kanaya tahu kalau Radit hanya bercanda. Untung saja saat hanya sebatas pesan, kalau tidak Kanaya pasti akan malu dengan perubahan warna di wajahnya.

*Radit.
"Memang benar itu alamat rumah kamu ? Dan apa bener-bener boleh kalau aku main ke rumahmu"

*Kanaya.
"Apa tujuannya terlebih dahulu".

*Radit.
"Untuk mengajak kamu keluar."

"Tapi tenang saja,  kita tidak hanya berdua, aku juga ajak adikku dan kamu ajak adikmu."

"Dan aku akan meminta izin kepada kedua orang tuamu terlebih dahulu. Aku juga tidak ingin kita jalan hanya berdua."

*Kanaya.
"Tidak, aku tidak ingin kamu ke rumahku hanya untuk mengajakku keluar. Meskipun tidak hanya berdua."

"Dan aku tidak ingin orang berpikir negatif tentang aku, apalagi tebtang keluargaku. Sudah cukup keluarga di jadikan bahan gosip para tetangga."

"Lagi pula, ayahku tidak akan mudah mengizinkan kita pergi dengan hal yang tidak penting."

"Karena aku tidak akan pernah keluar rumah dengan seorang pria tanpa izin ayahku."

*Radit.
"Tapi Kanaya, aku hanya ingin mengajakmu jalan- jalan, tidak lebih dari itu."

*Kanaya
"Sekalipun itu hanya sebatas jalan - jalan Radit. Mengertilah!"

"Udah ya, di lanjut nanti lagi. Aku sedang ada pekerjaan . Assalamualaikum."

* Radit.

" waalaikumsalam. "

~ THE END~

Semenjak hari itu Kanaya dan Radit sering berkomunikasi. Namun tidak pernah bertemu lagi. Karena setiap kali Radit mengajak Kanaya bertemu, ia tidak pernah mau. Selalu saja ada alasan yang di buat Kanaya.

Sebenarnya Kanaya juga ingin bertemu dengan pria itu lagi. Pria yang selalu bisa membuat hati Kanaya berdesir. Pria yang selalu bisa membuat Kanaya lupa diri.

Namun,  semenjak Kanaya memakai jilbab, ia selalu berusaha merubah dirinya menjadi lebih baik. Selalu mencoba ke jalan Allah yang benar dan yang di syariat kan oleh Agamanya.

Bahkan ia tidak memperbolehkan Radit ke rumahnya jika hanya sekedar main. Ia takut akan ada fitnah, atau pikiran jelek orang lain terhadapnya. Pengecualian bila Radit ingin serius dengan Kanaya.

Namun tetap saja pria itu tidak memberikan sinyal keseriusan. Dan tentu Kanaya tidak terlalu memikirkan itu, toh kenyataannya ia masih sekolah.

Sudah berbulan-bulan mereka menjalani status yang rumit menurut Kanaya . Tidak berpacaran namun juga tidak bisa di katakan sekedar teman chatting . Karena kata demi kata yang terlontar dari pesan pria itu menunjukkan hal yang berbeda. Entahlah bagaimana keadaan yang sebenarnya.

Semakin hari Kanaya semakin lelah dengan pria yang sama sekali tidak berani menemui ayahnya. Menemui keluarga besarnya meski hanya melalui ucapan. Tidak tahu harus melakukan apa. Ia hanya bisa diam dan menunggu.

***

"Yah, kenapa akhir-akhir ini wajah ayah selalu pucat?" tanya Kanaya yang khawatir melihat keadaan ayahnya.

"Tidak apa, mungkin hanya kecapean saja nak." Selalu saja kata itu yang di ucapkan ayah Kanaya untuk menutupi penyakit yang ia derita.

"Sungguh yah?" Lanjut Kanaya.

"Iyah nak, percaya dech sama ayah. Ayah kamu kan kuat," jawab ayah Kanaya di sertai senyum khas miliknya.

"Iya, ayah kuat seperti Superhero!" celetuk Riris yang langsung menyahut. Seluruh keluarga langsung tertawa termasuk Kanaya.

Namun Kanaya benar-benar tidak peka dengan kedaan ayahnya. Atau bisa di bilang terlalu bodoh untuk mengerti semuanya. Entahlah, tapi memang itulah yang terjadi.

Ayah Kanaya tidak pernah mengeluh soal penyakit yang ia derita. Selalu saja menyembunyikan penyakit itu dari keluarga. Tidak ada yang tahu kalau ayah Kanaya mengidap penyakit jantung. Penyakit yang bisa kapan saja merenggut nyawa ayah nya itu. Bahkan ibu Kanaya tidak tahu menahu soal penyakit suaminya itu.

Hanya Allah yang tahu apa yang akan terjadi. Hamba-hambanya hanya tinggal bersabar, bertawakkal, berserah dan juga berdo'a.

Hidup, mati, jodoh, rezeki. Sudah di atur oleh kuasanya. Hanya tinggal menunggu semua takdir akan terjadi.


~Semoga suka~

Thank kyu.

Salam manis

♡♡Ayin♡♡




JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang