= TIGA PULUH ENAM =

6.6K 366 14
                                    

— Hallo Baby Boy! —

***

Juni memandang bosan pada pohon bonsai yang terletak di sudut restoran tempatnya berada. Sudah lebih dari tiga puluh menit ia menunggu Akmal di dalam restoran lobi apartemen. Dia melirik jam tangan kecil yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Lama banget sih. Kan nggak enak sama dr. Anita." Gumam Juni.

Hari ini adalah jadwal rutin Juni memeriksakan kandungannya ke dokter. Dan bertepatan Akmal bebas kuliah, suami Juni itu memaksa ingin ikut Juni periksa sekalian. Aslinya Juni sudah meminta Akmal untuk tidak perlu repot-repot mengantarnya. Tetapi Akmal benar-benar memaksa. Juni jadi ingat ucapan Akmal tadi pagi sebelum mereka turun ke lobi.

"Kemarin kamu nolak permintaanku waktu terakhir kali check up buat tanya ke dokter tentang jenis kelaminnya. Dan kali ini pokoknya kita harus nanyain jenis kelaminnya."

Mengingat Akmal berucap seperti itu disertai mimik wajah yang bersemangat, rasanya ingin membuat Juni tertawa. Biasanya sih yang kepo untuk urusan jenis kelamin bayi dalam kandungan adalah ibunya. Tapi ini nggak. Yang kepo maksimal justru si Akmalnya.

"Juni."

Merasa namanya dipanggil, Juni menghela napas. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.

"Kamu kemana a—"

Juni menghentikan ucapannya saat menoleh dan mendongak untuk melihat orang yang memanggilnya. Bukan sosok suaminya yang dilihat Juni. Melainkan sosok sahabat laki-lakinya, Ega.

"Eh... Ga...? Kok di sini?" Jujur, Juni kecewa karena bukan Akmal yang memanggilnya.

"Saat ini bukan waktu yang tepat buat ngobrol di sini. Kamu sekarang mau check up kandungan kan?" Tanya Ega, mimik mukanya terlihat cemas.

"Iya. Kok kamu tahu?" Heran Juni.

"Yaudah. Sekarang aku bakalan antar kamu buat periksa kandungan." Ega meraih pergelangan tangan Juni dengan cepat.

"Loh loh! Bentar! Bentar! Kok jadi kamu yang antar? Aku nanti rencananya mau diantar sama Akmal, Ga. Jadi kamu nggak usah repot-repot antar aku." Jelas Juni.

Ega kemudian mengeluarkan ponselnya. Tangannya bergerak cepat untuk menunjukkan pesan dari Akmal. Ia lantas menyodorkan ponselnya pada Juni agar bisa dibaca oleh wanita itu.

From: Kumal
To: Ega

Ga, tolong temenin Juni ke RS skrg. Mira biar aku tahan sama nanti aku ajak keluar.

Juni memandang bingung Ega setelah membaca pesan dari Akmal. Waktu pesan tersebut sendiri adalah tiga menit yang lalu. Jika Akmal berucap seperti itu, apakah itu artinya Mira sedang berada di apartemen ini?!

"Ga... itu maksudnya... Mira ada di sini??" Juni terlihat mulai resah.

Ega mengangguk mantap.

"Untuk itu Jun, aku buru-buru turun ke sini buat nemuin kamu. Kita harus keluar dari apartemen ini sebelum Mira lihat kamu. Biar Akmal mengulur waktu saat ini.

"T-Tapi gimana bisa?? K-kenapa Mira bisa ada di sini?!"

Ega menghirup napas sesaat. "Ceritanya panjang."

***

Mira masih mengamati tempat tinggal Akmal yang baru. Suasana jadi lebih sunyi setelah Ega berpamitan karena mendadak harus menjemput adik sepupunya yang lupa bawa dompet sehingga tidak bisa pulang dari Perpustakaan Kota. Mira menoleh menatap Akmal.

JUNIWhere stories live. Discover now