= DUA =

17.8K 774 12
                                    

Sekarang benar-benar menjadi suasana canggung sepenuhnya. Juni makan dengan diam dan sesekali melirik Mira dan Akmal yang sedang saling tatap. Juni pun melirik ke arah Ega. Dan cowok berkacamata itu malah bersikap seolah-olah menjadi orang asing di meja itu. Hoi, kok gitu?

"Mira, aku-"

"Apa? Kita udah nggak ada hubungan lagi, jadi kenapa kemari?" Terdengar nada sinis dalam kalimat Mira.

"Aku tau aku layak untuk kamu benci, tapi please maafin aku. Aku emang salah waktu itu. Tolong, maafin aku." Akmal menunduk, wajahnya terlihat muram.

Mira mengaduk minumannya. Menyesapnya sebentar dan menatap Juni dan Ega. Melihat Juni yang baru saja selesai makan dan sekarang sedang meminum air mineralnya. Mira udah tidak betah.

"Kamu udah selesai makan, kan? Yuk kita pulang!" Mira sudah menyambar tasnya di samping Ega.

Juni langsung kebingungan, tetapi tetap menurut aja dengan ajakan Mira. Ega pun juga begitu. Bahkan dia udah memasukkan barang-barangnya ke dalam tas sebelum Mira mengajak mereka pulang.

Ketiganya pun berdiri dan mulai berjalan meninggalkan meja. Sedangkan Akmal masih berdiri terpaku di tempatnya. Saat sudah sampai di ujung lorong kantin, Juni sedikit menoleh ke belakang. Dilihatnya posisi Akmal masih sama, hanya berdiri diam. Juni pun kembali menatap Mira yang hanya menatap lurus ke depan.

"Hei, Mir, apa nggak sebaiknya kamu maafin dia?" Tanya Juni.

"Enggak."

"T-Tapi kalian juga udah putus. Setauku sih nggak masalah juga memaafkan dia." Ucap Juni sedikit tidak enak.

Mira menghentikan langkahnya. Sontak Egi dan Juni juga ikut berhenti.

"Kamu lupa ya dengan apa yang dilakukan si brengsek itu sama aku?" Mira menatap Juni

"Eh, i-itu, tentu aku tau. T-tapi kan kejadiannya udah lama. Bukannya apa-apa sih tapi nggak baik juga buat hati kamu kalo memendam rasa marah berkepanjangan.." Juni mencoba untuk menjelaskan.

"..."

"Juni ada benarnya kali, Mir. Ngapain juga sih kamu masih marah sama Akmal. Kalian kan udah selesai juga. Toh Akmal juga udah minta maaf berkali-kali." Ucap Ega.

"Kamu belain cowok itu, Ga?!" Selidik Mira.

"Oke, aku akan jujur. Iya, aku belain dia. Walaupun nggak ngerasa langsung jadi kayak dia, setidaknya dia udah berjuang buat minta maaf sama kamu. Tolong hargai perasaannya juga. Siapa tau dia itu benar-benar tulus ingin meminta maaf sama kamu." Ega melipat tangannya di depan dada.

"..."

Terjadi keheningan. Mira menoleh ke arah lain. Tanda dia malas untuk mendebatkan suatu hal. Juni pun masih menatap cemas pada Mira. Hanya Ega aja yang wajahnya masih kalem-kalem aja menunggu respon sahabat keras kepalanya.

"Tolong buat masalahku, biarin aku berpikir jernih dulu." Ucap Mira lirih.

Juni menghela napas. Dia pun melangkah maju dan memeluk Mira. Menyalurkan rasa sayangnya untuk gadis itu agar rasa marah gadis itu lenyap pasca dia bertemu dengan Akmal. Ega pun menurunkan tangannya. Salah satu telapak tangannya ia taruh di bahu Mira dan mengelusnya pelan.

"Jangan terlalu lama membenci dan memendam amarah." Pesan Ega.

Dan anggukan kecil dari Mira menjadi kesepakatan akhir di sepanjang perjalanan pulang ketiganya.

***

Malam ini cuaca sedang tidak bersahabat. Sehabis pulang dari kampus hingga tiba di rumah, Juni sukses kehujanan. Apesnya lagi, ketika sampai rumah, sedang terjadi pemadaman listrik bergilir. Juni semakin mengerutkan dahinya. Pengennya sih dia mencak-mencak dan membanting apa aja dalam rumah karena kesal. Ya gimana nggak kesal kalo ternyata nanti malam ada kuis online yang harus diikutinya.

JUNIWhere stories live. Discover now