"Maafkan aku ya, karena Radit juga sedang ada di luar negeri jadi harus aku sendiri yang mengurus restoran!"

"Sudah, mas siap-siap sana. Terus langsung ke restoran."

"Nanti kamu naik apa? Mas pesankan taxi online ya!"

"Ya mas, tenang saja aku akan baik-baik aja!".

Adnan segera berlari menuju ke kamar untuk bersiap-siap. Tak berselang lama ia sudah mengenakan pakaian rapi. Adnan berjalan menghampiri Kanaya.

"Sayang, Mas pergi dulu ya. Sudah aku pesankan taxi untukmu."

"Iya mas."

"Kamu jaga baby kita baik-baik ya!"

Kanaya mengangguk seraya menngantarkan Adnan sampai di depan pintu mobil.  Adnan terus menggandeng Kanaya yang bergelayut manja menuju ke mobil.

Sebenarnya Ada rasa khawatir saat Adnan meninggalkan Kanaya. Apalagi ia harus membiarkan Kanaya berbelanja keperluan sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, keadaanlah yang memaksa. Radit sedang berada di luar negeri dan pembantu rumah yang sedang cuti.

Sesampainya di depan mobil Kanaya mencium punggung kepala Adnan dengan penuh cinta. Sedangkan Adnan membalasnya dengan mengecup kening Kanaya dan mengelus kepala Kanaya.

Adnan memasuki mobil, melambaikan tangan ke arah Kanaya. Beberapa detik kemudian mobil Adnan sudah hilang melaju ke jalan. Kanaya kemudian masuk dan mulai bersiap-siap untuk pergi berbelanja.

Lima belas menit ia selesai bersiap dan melihat sudah ada taxi yang datang di depan rumah. Kanaya bergegas mengambil tas dan berjalan santai ke arah taxi.

"Pesanan bapak Adnan ya?"

Kanaya bertanya kepada supir taxi sebelum menaikinya. Itu semua Kanaya lakukan untuk memastikan dan agar ia tidak salah menaiki taxi.

"Iya bu, bapak Althafariz Adnan yang memesan taxi ini untuk ibu Kanaya."

Kanaya mengangguk dan masuk ke dalam taxi. "

Perjalan menuju pasar begitu lancar.  Ramai tapi tak ada kemacetan sama sekali. Sesampainya di pasar Kanaya berjalan menyusuri pasar yang ramai.

Sesekali ia menoleh ke belakang karena merasa ada seseorang yang mengikutinya. Tapi tetap tak terlihat orang yang mencurigakan. Beberapa sayuran dan kebutuhan yang lain sudah di beli Kanaya. Dan ini waktunya ia pulang.

Kanaya berjalan ke jalan raya untuk mencari taxi.  Lama ia menunggu namun tak ada taxi yang datang. Kanaya semakin merasa aneh, karena dari tadi ia merasa ada yang mengikutinya. Kanaya menoleh ke kanan kiri, semua tetap baik-baik saja.

Hingga saat ia berdiri sendirian di tepi jalan ada seorang wanita yang menghampirinya. Kanaya pernah melihat wajah itu, tapi ia masih belum sadar siapa wanita itu. Wanita iti berjalan semakin dekat ke arah Kanaya. Kini wanita itu berada di depannya.

Wanita itu menampakkan senyumnya yang lebar, mengajak Kanaya berkenalan. Tak ada yang mencurigakan dari wanita itu. Kanaya menanggapi perkenalan itu dengan ramah. Percakapan terus berlangsung hingga sebuah mobil hitam berhenti di depan mereka.

Wanita itu mengajak Kanaya, menawarkan Kanaya tumpangan sampai ke rumahnya. Awalnya Kanaya menolak karena takut merepotkan. Tapi si wanita begitu memaksa, hingga akhirnya Kanaya bersedia.

Kanaya masuk ke dalam mobil, duduk di sebelah si wanita. Mereka berbincang-bincang seadanya. Wanita mulai menawarkan sebotol minuman yang masih bersegel kepada Kanaya dan Kanaya menerimanya.

Seperempat botol ia minum, dan ia tutup kembali. Kepalanya mulai merasakan pusing, matanya mulai berat. Pandangannya mulai mengabur. Kanaya memegang kepalanya yang terasa sangat pening hingga semuanya gelap. Benar-benar gelap, Kanaya tidak sadarkan diri.

Wanita tertawa terbahak-bahak melihat Kanaya tidak sadar. Ia menyuruh supir segera bergegas menuju ke markas.

"Kamu memang wanita yang naif dan bodoh."

"Tidak ada yang boleh memiliki Altha selain aku."

"Hahahaha--."

Wanita itu terus tertawa dengan wajah penuh kemenangan. Ia dia adalah Zahira. Selama ini ia menyusun rencana untuk menculik Kanaya. Dan tepat dugaannya kalau Kanaya mudah sekali di bujuk. Padahal minuman yang masih bersegel itu sudah ia beri obat tidur lewat suntikan di tutup botol. Semua itu agar tidak mencurigakan.

Di depan rumah kosong bercat coklat dan jauh dari keramaian.  Zahira keluar dari mobil dan menyuruh anak buahnya menggendong Kanaya. Anak buah Zahira langsung menuruti perintahnya kemudian mengikat Kanaya di atas kursi.

Zahira terus memotret Kanya dengan tawa yang tiada henti. Ia kirimkan foto Kanaya dan ancamannya kepada Adnan. Tqk berselang lama Kanaya membuka matanya. Kanya terlihat kaget melihat badannya di ikat. Apalagi ikatan itu juga mengenai perutnya. Kanaya yang melihat Zahira tertawa semakin bingung. Berkali-kali ia memohon untuk di lepaskan, tapi semuanya sia-sia.

"Siapa kamu, dan apa maumu?"

"Aku adalah Zahira, tunangan Althafaris. Dan kamu merebutnya dariku!"

"Aku tidak merebutnya. Kau yang meninggalkannya!"

Kanaya menjawab dengan lantang. Amarah terlihat jelas di wajah Zahira. Guratan emosi semakin namoak di wajah Zahira. Beberapa detik kemudian.

"Plaaaas--."

Tamparan Zahira tepat mendarat di pipi Kanaya. Bekas tangan tercetak di jelas di pipi Kanaya. Kanaya meringis kesakitan di ujung bibirnya mengeluarkan darah segar.

"Kau berani kepadaku, ku pastikan kamu tidak akan hidup lebih lama!"

"Aku tidak takut dengan ancamanmu!"

Lagi-lagi Kanaya menjawab dengan lantang. Bahkan lebih lantang dari sebelumnya. Dan akhirnya Zahira kembali memukul Kanaya hingga Kanaya benar-benar lemas. Zahira segera mengambil handphone dan mengirimkan foto Kanaya beserta ancaman kepada Adnan. Tak butuh lama, pesan itu langsung terkirim ke Adnan.

"MENIKAHLAH DENGANKU, ATAU ISTRI DAN CALON ANAKMU AKAN MATI."

Maaf jarang update , author lagi banyak kesibukan. Mohon di maklumi yah. Dan bagi yang komentar dan belum author balas maafin juga yah.

Nanti kalau ada waktu lenggang pasti aku balas satu persatu!

Jangan lupa votmen.

Thank kyu.

Salam manis.
♡♡Karina♡♡

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Where stories live. Discover now