TIGA PULUH SATU : Egois?

51.5K 6.2K 244
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya wkwk

Ini Revano Pradipta.

Ini Revano Pradipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Revano masih tak berniat mengeluarkan mobilnya dari halaman rumah Gisel. Ia termenung, matanya menatap lurus-lurus tanpa perubahan berarti.

Mungkin hampir setengah jam lebih Revano dalam posisi seperti itu, bersandar pada kursi mobil dan melamun, memikirkan berbagai hal. Tetapi tetap terfokus pada satu hal yang seakan melekat hingga mengendap di dasar pikirannya.

Meskipun sulit untuk diakui, Revano memikirkan Gisel dan penyakitnya itu. Saat mereka berpacaran dulu, cewek itu memang sudah sering merasa lemas dan mimisan. Beberapa kali mereka harus mengakhiri acara jalan bersama gara-gara Revano yang selalu bereaksi berlebihan akan keadaan Gisel.

Ah, Revano jadi mengingat kenangan-kenangannya dulu. Cara unik mereka jadian di restoran dekat sekolah, kencan pertama mereka di taman hiburan yang sedikit gagal gara-gara turun hujan, hingga saat paling menyakitkan ketika Gisel harus memutuskan hubungan keduanya.

"Wi, lo suka bunga mawar nggak?"

Gisel yang tengah menulis sesuatu di buku catatannya mendongak tatkala Revano mengulurkan seikat kecil bunga mawar putih ke hadapannya, ia tersenyum lebar, bersamaan dengan Revano yang duduk di hadapan Gisel di restoran bernuansa hangat itu.

"Lo selalu tau gue suka mawar putih, Van."

Gisel menghirup aroma menyegarkan mawar yang diberikan Revano, menutup buku catatan yang tadinya terbuka. Senyum senang masih tercetak di wajahnya, tak sadar bahwa hal itu membuat Revano tertegun dan merasa gemas. Menahan diri untuk tidak mengulurkan tangan dan mengacak surai Gisel.

"Ya, gue tau lo suka sama mawar putih. Padahal gue kira lo suka yang warna merah."

"Yang putih lebih bagus tau."

Revano tersenyum, menopangkan dagu. Matanya yang tajam bak elang tak dapat lepas dari Gisel. "Kalo lo tau nggak yang paling gue suka?"

Gisel memiringkan kepala, mengernyitkan dahi, mencoba menebak apa yang Revano sukai. "Pas waktu-waktu lo ngelakuin pemotretan? Lo selalu suka, kan?"

Revano menggeleng. "Gue emang suka waktu pemotretan, tapi bukan itu."

"Apa ya? Pisang? Lo kan kalo udah makan buah itu udah kayak monyet aja."

Revano tertawa kecil. "Bukan."

"Terus apa yang paling lo suka?"

Revano mengulum senyum yang selalu sukses meluluhlantahkan setiap hati siswi di SMA Adhitama.

"Lo, lo yang paling gue suka."

Gisel sempat terdiam, lalu terkekeh. Mereka kemudian sama-sama tersenyum, dan mereka resmi jadian.

StraightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang