DUA PULUH TUJUH : Ada Yang Suka Mario?

54.4K 6.1K 279
                                    

Mario memainkan pensil dengan cara memutarnya di jari, dengan kening mengkerut dan alis yang bertautan ia mencoba untuk memecahkan suatu soal matematika yang menurutnya cukup sulit. Lima detik kemudian Mario masih dalam posisi yang sama, bedanya kini kerutan yang terpatri di kening Mario semakin dalam dan bibirnya mengerucut sebal.

"Duh ini soal ngajak ribut kayaknya. Masa gue harus nyari si x pake berbagai cara yang mit amit panjangnya kayak jalan tol? Cari aja sendiri woy! Heran gue ah. Emang gue nanti beli permen bakal bilang ibu beli permennya 2x+y²? Kagak woy kagak!" ucapnya dengan volume suara yang cukup lantang hingga satu kelas dapat mendengarnya.

Tetapi mereka sudah terbiasa dengan kebiasaan mengoceh Mario, jadi kuping mereka sudah bersiap-siap jika berdekatan dengan Mario. Sudah tidak lagi harus diperiksakan ke dokter THT seperti saat pertama mengenal cowok itu.

"Mar, lo bisa diem gak?" hardik Luna sembari mendelik tajam. Jika Mario sudah mengoceh lagi, Luna janji akan menjadikan sahabatnya itu menjadi sate bakar ditambah saus kacang dan ditambah potongan mentimun.

"Dari tadi juga gue diem," balas Mario seenaknya.

"Halah."

Luna yang sudah menyelesaikan lima soal yang diberikan guru sebagai tugas pun mengembuskan napas lega dan membawa buku bahasa Inggris di dalam tas.

Guru matematikanya tidak masuk dan hanya memberi tugas gara-gara berhalangan hadir, katanya karena anaknya akan disuntik imunisasi. Luna maupun temannya yang lain tidak peduli dengan alasan si guru, mau anaknya disuntik untuk kebal penyakit kertas alias polio, penyakit terbesar di dunia alias kaki gajah, penyakit hati TBC alias takut benci jadi cinta, ataupun penyakit kemiskinan alias kanker atau kantong kering. Yang penting si guru tidak masuk, alhasil murid pun senang.

Guru fisika mereka malah lebih lucu lagi, beberapa kali beliau tidak masuk kelas dan mereka mendapati bahwa dia sedang enak-enak makan bakso di kantin. Baru kemudian masuk setelah sisa waktu mengajarnya tinggal lima belas menit.

Bisa dibilang guru juga manusia, pasti ada saja yang bertindak agak aneh. Ada yang seakan lupa malah memberi pekerjaan rumah padahal sekolah menerapkan sistem full day school, atau ada yang mengujiankan materi padahal belum pernah dibahas sama sekali.

Tetapi tetap, bagaimanapun bentuk dan sifat para guru kita, tidak boleh mengurangi rasa hormat yang kita miliki.

"Akhirnya gue bisa nyelesain nyari si x. Seharusnya pake cara gampang, tempel aja kertas dengan tulisan dicari orang hilang bernama x, butuh bantuan guru matematika dalam mencarinya. Gampang," ucap Mario, mengambil buku miliknya dan Luna untuk dikumpulkan di meja paling depan.

"Duh, Na. Gue kan udah bilang should itu dibacanya syut bukan sud," koreksi Mario ketika mendengar Luna sedang menghafal sebuah teks yang akan di tes oleh guru mereka. Cowok itu memang pandai berbahasa​ Inggris, efek memiliki saudara yang tinggal di luar negeri dan beberapa kali berkunjung, juga efek memiliki kakak perempuan yang sering nyerocos juga dalam bahasa asing. Judith selalu begitu jika akan ada pertemuan dengan client, perusahaan tempatnya bekerja memang sudah memiliki cakupan hingga keluar negeri. Mungkin sebagai pemanasan.

"Iya-iya, lo lama-lama kayak Mrs. Inggrid."

"Tuh kan salah lagi, Mrs. itu buat wanita yang udah nikah, Miss Inggrid kan masih lajang. Cuma katanya sekarang pacaran sama guru bahasa Indonesia kelas dua belas."

Luna mengibaskan tangan, tidak peduli dengan gosip yang anehnya dengan mudah beredar di kalangan para murid. Lagipula itu bukan urusan mereka kan?

"Iya-iya jadi dibacanya sssyyyyuuuuutttttt."

"Nggak gitu juga, Luna."

"Iya deh yang sodaranya di luar negeri, dasar pinter bahasa Inggris."

"Ya iyalah ngomong sama saudara gue harus pinter bahasa Inggris, gila aja gue kudu belajar bahasa China yang nanti bikin bibir gue monyong-monyong. Tapi seger mata sih di sana. Cowoknya itu bening-bening anjir, cakep terus tinggi-tinggi."

"Kirain lo bakal minder gara-gara lo pendek kayak Mario Bros."

Mario mendelik. "Gue nggak pendek. Cuma belum, belum tumbuh lagi aja."

"Terserah lo."

Keadaan menjadi agak hening gara-gara biang keladi dari segala hal berisik alias Mario diam sebab sedang membaca teks dan mencoba mengingatnya, tampak fokus ketika Luna mencolek bahu cowok itu sehingga Mario menoleh dengan dagu terangkat naik. "Apa?"

"Lo sama Tiara gimana?" tanya Luna, yang membuat ekspresi bingung di wajah Mario pun tercipta.

"Gue sama Tiara?" bingung Mario, seolah mendengar kabar bahwa alien mengadakan kontes kecantikan di Merkurius dan mengundang Mimi Peri sebagai perwakilan dari planet Bumi.

"Iya."

"Gue nggak ada apa-apa sama Tiara, ngomong aja baru beberapa kali."

"Oh, kirain."

Mario membawa satu bungkus keripik kentang rasa rumput laut dari dalam tas, lalu menyodorkan makanan itu kepada Luna. "Kok lo bisa ngomongin begitu?"

"Dia ngirim pesan ke gue lewat Line."

"Masa?"

Luna membawa satu keripik kentang, menggigitnya dengan alis bertaut. Seolah hal itu bisa membantunya mengingat dengan jelas layaknya seorang yang memiliki ingatan kuat atau fotografis. "Iya, dia nyapa dan ngajak ngobrol. Curhat juga Line-nya nggak dibales sama lo. Kasian."

Mario nyengir, tidak merasa bersalah. "Gue males ngecek Line. Gue nggak mau jadi budak teknologi, selalu buka satu persatu aplikasi, dan berakhir terlalu fokus sama hape."

"Terus lo berhubungan sama Revano lewat apaan?"

"Sekarang lewat WhatsApp, lebih aman."

"Oh. Balik lagi ke topik tentang Tiara oke?"

"Ngapain bahas dia, sih? Gue kenal juga nggak."

"Kurangin deh judesnya, Mar. Lama-lama semua cewek bisa ilfeel sama lo."

"Gue emang nggak minat sama Tiara itu."

"Tapi, Mar. Gue punya dugaan dan itu berhubungan sama lo."

Mario menaikkan salah satu alis. "Apaan?"

"Dia. Suka. Sama. Lo," ucap Luna.

"Hah? Ulang-ulang."

"Tiara kayaknya suka ... sama lo," ulang Luna, dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan. Seperti ekspresi anak kecil yang mainan kesayangannya direbut orang lain.

Mario mengernyit. Tiara menyukainya?

***

StraightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang