28. Los Hermanos II

En başından başla
                                    

Aku terlihat sangat tenang, padahal dalam hatiku, aku benar-benar tak mengerti akan tindakan yang harus kulakukan.

Apakah aku harus menariknya secara paksa?

Tidak, rasanya benar-benar sakit. Benda ini tertanam pada tubuhku dengan dalam. Mungkin mengikat rusukku, bahkan mungkin lebih dalam lagi.

Aneh memang, aku tak merasakan apa-apa sebelumnya, padahal aku yakin benda sialan ini disimpan di dalam tubuhku ketika aku pingsan, membuat mereka menanamkan benda ini secara leluasa.

Sialan.

Kenapa di saat yang seperti ini?

Aku benar-benar tak mengerti akan keadaan ini.

Satu langkah sebelum pulang, sekarang semua sirna.

Aksa42 mengeluarkan kekecewaannya. Ia menarik alisnya menuju bagian tengah dahinya yang berkerut, kemudian bertanya, "Kenapa mereka berpikir untuk menanamkan benda kecil itu pada Aksara?"

"Kau ingat orang-orang yang menyergap kita ketika berada di sini? Mungkin mereka melihat benda itu, alat pelintas dimensi itu, berpikir kita akan menggunakannya."

Aksa42 terdiam, tak mengeluarkan komentar. Matanya menjadi tajam, menandakan rasa kesal tumbuh dalam dirinya. Ia mengepalkan tangannya, hampir meninju permukaan tanah berlapis keramik yang tak bersalah ini, tapi ia masih dapat menahannya.

Aku sendiri? Aku masih kebingungan.

"Aku menggunakan desain yang sama seperti yang dikembangkan ratusan tahun lalu, mereka pasti dapat mengenalnya," ujar pria tua itu, kemudian berbalik melihat benda yang diciptakannya itu sebelum akhirnya kembali melayangkan pandangannya pada kami. "Maaf," lanjutnya.

Tentu, aku masih terhenyak, berpikir bahwa semua ini seharusnya tak terjadi.

Aksa42 tak setuju akan pemikiran pria tua itu, ia segera menyangkal dan berkata, "Kenapa mereka tak menghancurkan benda itu saja?"

"Dengan tangan kosong? Mereka tidak membawa apa-apa ketika itu, kan?"

"Maksudku ... ya ampun, ini benar-benar sulit." Aksa42 meninju lengannya, membuat kepalan yang lebih besar, membiarkan kedua lututnya kini menopang tubuhnya. Ia mendekatkan kedua lengannya itu pada mulutnya, menutupi gumaman kecil yang aku yakin tak pantas untuk diucapkan.

"Tak bisa kah kau tarik secara paksa, Aksara?" pinta Aksa42, terus berusaha agar mencari jalan keluar yang terbaik.

Aku menggeleng. "Rasanya seperti terikat di antara tulang-tulangku."

"Benarkah tak ada seorang dokter yang dapat mengeluarkan benda ini dari ... ya ampun, aku tak tahu harus berbuat apa." Aksa42 terus berceloteh.

Aku dapat melihatnya, melihat wajah saudara kembarku yang merasa khawatir.

Aku tetap tak dapat memikirkan apa yang harus kulakukan, begitu pula dengan Aksa42 yang terlihat berpikir, memutarkan kepalanya ke sembarang arah, berusaha memikirkan jalan yang terbaik ketika pria tua itu hanya dapat menatap kami dengna pandangan kosong.

Tiga puluh detik yang dipenuhi dengan keheningan, sampai akhirnya aku dapat memikirkan sesuatu.

"Kurasa aku memiliki ide," kataku, membuat Aksa42 dan pria tua itu tersontak kaget.

"Di mana kau menyimpan pistolmu?" Aku menatap Aksa42 dengan pandangan tajam, seolah-olah menunjukkan bahwa rencanaku ini adalah rencana besar yang patut untuk didukung.

"Ini," jawabnya, sambil mengeluarkan pistol itu dari celah celananya yang terikat pada pinggulnya, menyodorkannya padaku, membuatku mengambilnya. "Kenapa?"

3141 : The Dark Momentum [Selesai]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin