9. Circle

2K 341 15
                                    


Aku merasa sudah sangat lama berada di dunia ini hingga akhirnya mulai terbiasa dengan kehidupan yang aneh.

Satu hal yang kudapatkan dari orang-orang yang ada di kota ini adalah mereka benar-benar disiplin pada waktu. Mereka pergi bekerja serentak, meninggalkan kota dalam sepi dan beraktivitas di dalam gedung, kemudian mereka akan pulang dalam waktu yang serentak pula, melakukan aktivitas bebas yang tak terkekang. Namun, bukan berarti ada kehidupan malam di sini.

Jika aku melihat keadaan, aku berani bertaruh jika di kota ini hanya diriku yang tak bekerja. Bahkan, mungkin bukan hanya di kota ini, tapi di dunia ini. Aku tak pernah melihat satu pun manusia yang melintasiku ketika aku berjalan-jalan di siang hari. Aku tidak pernah mendapati satu pun pengemis dan gelandangan yang meminta belas kasihan. Semuanya bersih tanpa noda. Sejujurnya, aku hanya ingin mendeskripsikan kesempurnaan itu hanya pada kota Bandung ini saja. Namun, cerita Aksa42 membuatku berasumsi bahwa kesempurnaan itu terjadi di setiap belah kota di dunia ini.

Lalu, apakah aku akan terhanyut pada dunia yang sempurna ini dan lebih memilih untuk tinggal di sini?

Tentu tidak.

Orang-orang berkata jika rumahmu istanamu, dan itu benar adanya. Sebaik apapun keadaan di dunia ini, aku tetap merindukan duniaku. Selain itu, ada beberapa hal yang tidak terlalu kusukai di dunia ini.

Orang-orang di sini tidak hidup.

Jangan salah dalam berprasangka. Mereka bernapas, mereka membutuhkan makanan, mereka juga bermetabolisme. Namun, satu hal yang membuatku beranggapan seperti itu adalah karena mereka seperti sebuah mekanik yang dipekerjakan oleh seseorang. Mereka menjalani aktivitas sehari-hari seperti sebuah benda yang tak kenal lelah. Tak ada interaksi selayaknya manusia di duniaku. Mereka hanya bekerja, bekerja, bekerja, dan sesekali bersenang-senang di sore hari.

Aku merasa kehidupan manusia di dunia ini dibatasi. Seperti sebuah rancangan yang terstruktur dengan baik dan dijalankan dengan sempurna. Semua manusia di dunia ini memiliki peran masing-masing.

Para duplikat diriku, semuanya, menjadi seorang dosen.

Aku berkenalan dengan seorang wanita berambut coklat terurai sampai pundaknya. Maksudku, bukan seorang, sih. Beberapa orang dengan fisik yang sama, dan mereka semua bekerja sebagai badan keamanan bencana. Ya, semuanya.

Biarpun mereka semua terlahir kembar, apa mungkin tujuan dalam hidup mereka sama persis seratus persen? Bahkan, temanku yang kembar saja memiliki minat yang berbeda satu sama lain.

Aku yakin, masih ada banyak duplikat-duplikat dengan profesi yang sama.

Ya, dunia ini seperti sebuah panggung drama yang telah disusun sedemikian rupa.

Aku mengingat ucapan Aksa42 yang begitu spontan ketika aku bertanya mengenai pekerjaannya, dan dia memberitahuku bahwa kita semua kan memang dosen, seolah-olah dia sudah tahu bahwa memang semua manusia yang mirip dengannya, ralat, identik, harus menjadi seorang dosen.

Ketika aku memikirkan segala hal itu, aku benar-benar ingin muntah.

Selain itu, ada sedikit perbedaan yang menurutku cukup mencengangkan dan sangat berbeda jauh antara duniaku dengan dunia ini.

Dunia ini tak mengenal uang. Ya, mereka tak mengenal alat tukar sebagai bentuk pembayaran. Bahkan, sistem barter saja tak mereka kenal.

Lalu, bagaimana mereka bertahan hidup?

Aksa42 memberitahuku berbagai sistem yang dijalankan di dunia ini. Sebenarnya, dia hanya memberitahuku sistem yang ada di kota ini, sih. Tapi kuanggap kota ini bisa kujadikan sebagai sampel untuk menarik sebuah kesimpulan.

3141 : The Dark Momentum [Selesai]Where stories live. Discover now