4. Glitch

2.6K 444 28
                                    


Malam menjelang dan aku benar-benar tak dapat memercayai segala pemandangan yang telah kulihat hari ini. Fenomena anak kembar bukanlah sesuatu yang mengherankan. Namun, jika sebagian besar orang-orang di sini memiliki wajah yang mirip, apakah mereka benar-benar terlahir kembar?

Aku sudah menemui setidaknya tujuh belas orang yang serupa denganku. Namun, jika mereka semua kembar, seharusnya mereka memiliki keterikatan, kan? Namun, aku tak melihat itu pada diri mereka. Mereka hidup layaknya manusia yang tak saling mengenal. Ralat, saling mengenal sih, tapi tidak seperti saudara.

Apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini?

Apakah suatu benda itu menimbulkan efek samping sehingga penglihatanku menjadi rusak? Seolah-olah terjadi sebuah imajinasi tak terbayangkan dalam otakku, masuk ke dalam bagian terdalam dari otakku dan meracuni pikiranku dengan segala sugesti yang terjadi, seperti sebuah hipnotis.

Tidak, ini benar-benar nyata. Mereka semua berinteraksi layaknya manusia.

Kota yang sempat ramai kini kembali sedikit sepi. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang menuju blok perumahan. Beberapa di antaranya mengendarai mobil dengan kecepatan yang tak terbayangkan.

Aku duduk di pojokan kota, mengawasi semua pergerakan mereka yang sedang menjailiku. Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa mataku sedang menipu. Namun, aku tak dapat mengetahui alasan mengapa aku bisa melihat hal gila seperti ini.

Jangan-jangan alat itu merusak gelombang otakku dan menyimpannya dalam frekuensi rendah sehingga kemampuan berpikirku menurun dan menimbulkan halusinasi tak terbayangkan?

Tidak mungkin. Buktinya aku masih bisa mengkritisi hal ini. Jika memang aku menjadi bodoh, tentu saja aku akan menerima segala pemandangan yang ada secara mentah-mentah, seperti orang bodoh yang hanya menyebarkan berita bohong tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu.

Aku ingin sekali menghubungi semua orang yang kukenal, menanyakan hal apa yang terjadi. Namun, aku baru ingat jika aku meninggalkan link-ku di laboratorium ketika berganti baju. Itu memang standar prosedur yang kami tetapkan. Benda itu masih uji coba, dan kami baru memperhitungkan seluruh kemungkinan yang terjadi pada diri manusia dan baju tipis yang kukenakan, belum memperhitungkan benda lain seperti link.

Sekarang aku kebingungan. Aku tak mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi dan aku tak dapat menghubungi siapapun. Aku tidak membawa uang dan kini aku benar-benar lapar. Aku mengusap perut, mencoba menahan lapar, namun itu percuma. Aku benar-benar seperti seorang gelandangan di pinggiran kota dan menunggu makanan sisa dari orang-orang yang dengan seenaknya membuang makanan mereka. Orang-orang yang tak dapat menghargai betapa pentingnya sebuah makanan bagi orang-orang yang kelaparan.

Aku kembali menyadari sesuatu. Kota ini sangatlah bersih. Aku tidak hanya berbicara mengenai sampah, tapi juga mengenai gelandangan yang biasanya masih ada di kotaku biarpun hanya dua atau tiga orang.

Uh, sekarang pelipisku berdenyut karena memikirkan semua ini.

Aku memikirkan segala kemungkinan. Aku memang berteleportasi ke tempat yang kuinginkan. Namun, dalam suasana yang berbeda. Suasana semacam mimpi gila ketika aku tertidur, namun semua ini nyata. Aku belum pernah melihat kota seperti ini sebelumnya.

Tunggu, bagaimana jika tidak hanya kota? Bagaimana jika seluruh dunia ini berbeda dengan duniaku yang sebenarnya?

Bagaimana jika ternyata aku melakukan teleportasi ke dunia yang lain?

Beberapa orang selalu yakin bahwa alam semesta amat kompleks, termasuk perjalanan antar dimensi yang tak dapat digapai manusia. Semua hal di dunia ini diskrit, tidak kontinu. Namun, jiwa kita menganggapnya kontinu karena kita menjalani hidup ini detik demi detik. Singkatnya, hidup kita seperti sebuah frame dalam film animasi. Semakin banyak frame yang disisipkan setiap detiknya, maka animasi akan semakin halus. Namun, tetap saja sebenarnya gerakan mereka diskrit, kan?

3141 : The Dark Momentum [Selesai]Where stories live. Discover now