13. World of the Damned

1.5K 292 11
                                    


Sebenarnya, banyak sekali hal kecil yang membuat kota ini terlihat sangat berbeda dengan duniaku. Tak ada binatang yang terlihat di sepanjang kota, tak ada lampu lalu lintas yang menyala, tak ada kebisingan di siang hari, tak ada aktivitas untuk membuang-buang waktu supaya dapat berkumpul bersama teman, dan beberapa hal kecil lainnya.

Mungkin, ini sudah sekian kali kuucapkan, tapi aku benar-benar merindukan tempatku. Sialnya, karena aku tak menemukan cara terbaik agar aku dapat kembali ke duniaku, aku malah menyelidiki segala keanehan yang ada di dunia ini.

Coppola milik Aksa42 seolah-olah menjadi milikku. Aku mulai memakainya ketika ia lupa memakainya dan itu menjadi kebiasaanku saat ini. Ya, biarpun sebenarnya aku baru mulai memakainya kemarin, sih.

Aku kembali pada rencana awalku, menyelidiki rumah sakit dengan enam belas lantai yang belum kueksplorasi. Sama seperti kemarin, rumah sakit ini terlihat sangat sepi, sesepi suasana kota di siang hari. Aku sendiri sengaja memilih siang hari untuk berkunjung ke tempat ini. Sebab, aku tak ingin ada seseorang yang melihatku mengunjungi tempat ini, berpikir bahwa aku mangkir dari pekerjaan, padahal aku kan memang tidak bekerja di dunia ini.

Selain itu, pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak memberitahu kebenaran yang kudapatkan terlebih dahulu pada Aksa42. Kurasa, aku masih memerlukan banyak poin penting sebelum akhirnya aku mendapatkan sebuah kesimpulan.

Baiklah, berbeda dengan sebelumnya, kali ini aku sudah memikirkan segala konsekuensi, tidak hanya karena alasan nekat sehingga aku bisa berdiri di depan gedung yang megah ini. Aku harus mengetahui keadaan di dalam gedung ini secara teliti. Sesuatu dalam diriku berkata bahwa ada sesuatu yang disembunyikan di dalam gedung ini.

Kembali kutapakan kakiku pada lantai dingin gedung ini. Sepatu milik Aksa42 yang juga seolah-olah menjadi milikku berhasil menahan rasa dingin, membuat kedua kakiku tetap hangat dan tak membiarkannya membeku.

Aku sudah menyiapkan mental jauh lebih baik dari kemarin. Karena aku sudah tahu sebagian kecil keadaan yang ada di dalam sini, setidaknya aku bisa menahan diriku untuk tidak muntah.

Aku kembali menyusuri tangga yang mengerikan.

Aku kembali mengetuk pelan lantai yang kupijak.

Aku kembali merasakan hawa dingin yang mengerikan.

Ya, ini seperti kemarin.

Merasa belum melihat semua keadaan yang terjadi pada lantai tiga, aku kembali mengunjungi lantai itu, lantai yang membuat diriku terperanjat dan menimbulkan bayangan yang tak dapat hilang dengan mudah dari benakku.

Enam ruangan dengan letak yang sama belum berpindah. Jadi, aku memilih untuk mengintip ruangan pertama, ruangan yang paling dekat dengan tangga, membuat energi yang tersimpan dalam tubuhku tidak terbuang percuma hanya untuk berjalan.

Benar-benar seperti kemarin.

Aktivitas mereka sama seperti kemarin. Berkutat pada perhitungan, kembali menonton hologram yang ingin membuatku muntah sambil sesekali mengalihkan pandangannya pada dinding yang lain yang dipenuhi dengan istilah-istilah asing yang sangat jarang kudengar.

Kini, karena mentalku sudah lebih siap, aku dapat memerhatikan ruangan yang ada di dalam sana dengan lebih teliti. Tak hanya tabung dengan plasma hijau di dalamnya, aku sendiri dapat melihat juntaian tabung elastis di atap ruangan, persis seperti juntaian kabel-kabel yang kugunakan dalam alat teleportasi, uh, maksudku alat pelintas dimensi yang kuciptakan.

Selain itu, aku dapat melihat beberapa cairan kental seperti sirup yang tersimpan dalam ampul. Ampul-ampul itu berlabel dan masing-masing cairan memiliki warna yang tidak terlalu berbeda. Ya, aku memang memiliki sedikit kelainan dalam mata, aku dapat menangkap spektrum cahaya yang lebih detail dibandingkan dengan manusia normal, walaupun bukan berarti aku dapat membedakan setiap warna dalam gelombang yang berbeda.

3141 : The Dark Momentum [Selesai]Where stories live. Discover now