3. Quantum II

2.6K 483 59
                                    


Sejauh mata memandang, aku hanya mendapati pemandangan hampa, seolah-olah aku sedang berada di sebuah kota yang ditinggalkan seluruh penghuninya karena suatu bencana. Bedanya, tak ada kehancuran sama sekali di kota ini.

Kota ini bersih dan rapi, tak ada bekas bangunan yang hancur karena sebuah ledakan atau bangunan berdebu karena sudah lama ditinggalkan pemiliknya. Seluruh bangunan di sini benar-benar bersih dan rapi. Tanaman penghias yang disimpan di sisi jalan juga tampak masih hidup dan terawat, tidak mati karena sebuah kebakaran yang hebat melanda kota ini.

Yang pasti, kota ini bukanlah kota terlarang yang mengharuskanku menggunakan pakaian biohazard jika ingin berjalan-jalan di dalam kota.

Bertelanjang kaki di tengah kota sunyi seperti ini sangatlah tidak menyenangkan. Berulang kali kugesekan telapak kaki pada mata kakiku yang berlainan, membersihkan debu yang menempel untuk kemudian kukotori kembali.

Sekali lagi, aku menyadari sesuatu yang menarik perhatianku.

Tata kota ini sangatlah mirip dengan kota yang kutempati. Hanya saja dengan arsitektur yang sedikit berbeda. Aku ingat ada sebuah taman di persimpangan kedua jalan raya dari labolatorium, dan aku pun dapat melihat taman itu sekarang. Bedanya, suasana yang terlihat benar-benar sepi. Tak ada satu pun orang yang berlalu lalang di taman itu.

Aku mematung.

Ini sungguh tidak lucu. Ada seseorang yang mereplikasi kota tempatku tinggal dan ditujukannya padaku tanpa adanya kerabat yang menemani.

Aku memperhatikan mobil-mobil yang terparkir di bahu jalan. Aku benar-benar tak mengenali jenisnya. Mobil-mobil ini terlihat asing bagiku. Desainnya sangat minimalis dengan bagian depan yang sedikit runcing. Kaca depan mobil melengkung membentuk sebuah kurva halus, seperti melihat sebuah kereta berkecepatan tinggi dalam model yang lain.

Mobil-mobil itu sangatlah bersih. Tak ada debu yang berserakan. Artinya, orang-orang tidak meninggalkan kota ini karena erupsi gunung berapi.

Aku terlihat seperti orang gila yang tak memiliki tujuan.

Ah, aku baru ingat. Jika memang penataan lokasi kota ini sama dengan kota yang kutinggali, artinya aku bisa menemukan rumahku yang berjarak lima kilometer dari sini. Bukan, bukan rumah orang tuaku. Rumah mereka sangatlah jauh dari sini. Jika aku berjalan ke sana, maka akan membutuhkan waktu sekitar satu jam. Uh, itu benar-benar akan memakan waktu.

Aku menyisir sekitar, memastikan untuk sekian kalinya bahwa aku memang benar-benar sendiri.

Baiklah, aku memang sendiri. Berdiam diri di sini pun tak akan ada gunanya, kan?

===

Aku tinggal di sebuah apartemen yang tak terlalu mewah. Bukan gayaku untuk membuang-buang uang demi tempat tinggal yang nyaman. Bagiku, tempat yang dapat kugunakan untuk beristirahat sudah menjadi rumah.

Namun, sesuatu yang berbeda ada di hadapanku. Aku tak dapat menemukan apartemenku. Namun, sebagai gantinya aku menemukan rumah sederhana, rumah bergaya tahun 2900-an. Atapnya yang melingkar menjadi ciri khas rumah itu. Selain itu, aku yakin seharusnya blok ini dipenuhi dengan apartemen-apartemen yang menjulang tinggi, tapi yang kutemui saat ini hanyalah jajaran rumah dengan gaya yang sama.

Tidak mungkin mereka merubuhkan banyak apartemen hanya untuk membangun rumah-rumah sederhana ini dalam waktu semalam. Sebuah kemustahilan bagi manusia untuk melakukannya. Bahkan jika seluruh tenaga manusia dikerahkan.

Lalu, mengapa apartemen tempatku tinggal bisa disulap menjadi rumah sekecil ini?

Aku memberanikan diri untuk memasuki rumah itu, sekaligus untuk mencari kamar mandi agar aku dapat mencuci kakiku. Bagaimanapun juga, dulunya ini tempat tinggalku, kan? Siapapun yang bercanda dengan merubuhkan apartemenku dan membangun rumah sebagai gantinya tetap tak memiliki hak untuk mengusirku dari tempat tinggalku sendiri.

3141 : The Dark Momentum [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang