26. Intersection

1.2K 249 27
                                    

Salah sendiri tidak melengkapi diri dengan senjata seperti tongkat pemukul atau pistol, batinku.

Aku berjinjit, mengendap-endap, berusaha untuk berjalan setenang mungkin, bagaikan angin yang datang tak diundang.

Aku membelakangi dinding, bersembunyi, kemudian melihat secara sekilas keadaan lorong yang tak dapat dicerna oleh mataku. Mengintip, memastikan bahwa tak ada hal yang perlu kutakutkan.

Tiga detik.

Baiklah, kosong.

Aku melanjutkan perjalanan tanpa menghentikan jinjitanku. Namun, semakin kupercepat langkah yang sedari tadi sudah sangat lebar, membuatku bergerak lebih cepat lagi bagaikan angin topan.

Persimpangan kedua, aku harus ke kiri.

Baiklah, sejauh ini tak ada masalah. Lorong ini begitu sepi, mungkin karena tak ada orang lain selain diriku yang merajuk untuk mencuri barang-barang di gudang. Entah karena mereka ketakutan atau apa, yang pasti aku yakin keadaannya seperti itu.

Bagaimana dengan nantinya?

Sang penjaga bukan hanya dia saja, kan? Ada banyak penjaga-penjaga lain yang juga mengawasi orang-orang seperti Aksa42. Bagaimana caraku menghindari mereka?

Aku berhenti.

Aku terdiam.

Aku pasti berhasil, kan?

Aku menguatkan tekadku.

Sialan, Aksara. Ini saatnya, ini adalah kesempatan untukmu melakukan hal baik, hal baik untuk kemanusiaan, hal yang pernah kau ragukan adanya.

Sesuatu yang sempat hilang dari dirimu.

Jangan biarkan hal itu menghilang dari orang-orang di dunia ini.

Kukepalkan kedua lenganku, menguatkan pikiranku.

Ya, aku tak boleh membuat kesalahan lagi.

Aku setengah berlari, menuju kerumunan ramai. Membiarkan orang-orang melihatku setengah berlari, seolah-olah aku dikejar oleh sebuah troll raksasa berwarna hijau gelap dan terus-terusan mengeluarkan lendir dari hidungnya.

Seperti yang kuduga, para penjaga melihatku, langsung mengejarku begitu tahu aku sedang berada dalam pelarian.

Aku berusaha menghindar, berlari ke arah yang aman dengan kencang, tapi tetap berhati-hati. Tentu saja, aku tak ingin cairan korosif yang telah kubuat ini terbuang secara sia-sia.

Aku mengambil toples besar berisi cairan itu dari kantung jasku, menggenggamnya dengan erat sambil terus berlari. Aku dapat merasakan hembusan angin kencang menerpa wajahku, bahkan membuat rambutku yang tak begitu panjang berayun-ayun.

Aku berlari sekencang mungkin, menghindari kejaran tiga, empat orang penjaga yang tak kenal lelah.

Aku berbalik, mengatur langkahku sehingga aku berlari mundur dengan kecepatan yang lebih rendah, memandang orang-orang yang sedang serius mengejarku.

Aku berhenti sejenak.

Aku melepaskan tutup toples itu.

Kulemparkan isinya, mengenai salah satu dari mereka tepat pada wajahnya, kemudian melemparkan tempatnya, mencegah isinya yang tidak terlempar sempurna agar tak mengenai kedua lenganku. Membuat suara pecahan nyaring yang tak nikmat untuk didengar.

Aku bersyukur pernah mempelajari gerak parabola, membuat kecepatan yang tepat hingga dapat mengenainya.

Orang itu menjerit kesakitan, tentu saja. Sebuah logam saja bisa melebur, bisa dibayangkan rasa sakitnya jika mengenai kulit manusia, kan? Apalagi wajahnya.

3141 : The Dark Momentum [Selesai]Where stories live. Discover now