16. Infinite Infinity

1.5K 271 18
                                    

Mobil ini terus terpacu, meninggalkan guratan kecemasan pada wajahku juga wajah Aksa42. Berkali-kali Aksa42 tampak linglung, tak mengetahui apa yang harus dilakukan atau ditanyakannya.

Aku yakin laju kendaraan ini begitu cepat, tetapi pemandangan gelap di sisi kanan dan kiri membuat kami seolah tak bergerak. Selain itu, aku tak merasakan kelembaman yang seharusnya kurasakan. Entah karena kecepatan konstan atau memang jalanan ini benar-benar mulus tanpa lubang sedikitpun, aku tak dapat merasakan gaya dorong yang begitu mengerikan hingga harus terhempas ke depan dan ke belakang.

Rasanya sedikit aneh ketika mengendarai mobil, tapi tak ada seorangpun dari kami yang memegang kemudi.

"Apakah tadi itu mereka?"

Berusaha memecah keheningan, Aksa42 melantunkan nada datar tak bergairahnya. Walaupun dia tak mengatakan siapa yang dimaksud dengan mereka itu, tapi aku sudah yakin apa yang dimaksudkannya.

Aku mengangguk pelan. "Mungkin."

Hanya itu, tak ada lagi percakapan di antara kita. Bayang-bayang malam seolah menelan segala lantunan suara dan meredamnya, membuat telingaku menganggap bahwa tak ada satu pun kata yang terlontar kembali dari mulut Aksa42.

Aku merasa canggung.

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan sambil berpangku dada, menoleh ke arah jendela yang hanya memberikan suasana gelap malam hari dan menimbulkan pantulan samar diriku yang tengah merasa canggung.

"Petualangan pertama keluar dari rutinitas, ya?" Mulutku bergerak secara spontan. Bahkan, perlu beberapa detik sampai impuls pada sarafku dapat menangkap sinyal itu. Seolah-olah aku berada dalam fase tidak sadar ketika mengucapkan hal itu.

"Ya," jawab Aksa42, singkat, dengan guratan penasaran yang masih terlukis pada wajahnya.

Aksa42 meneguk ludahnya, menimbulkan suara halus pada kerongkongannya, menandakan ada sesuatu yang hendak diucapkannya.

"Dengar, aku tahu ini bukan saat yang tepat untuk bertanya, tapi aku benar-benar penasaran." Dia melemparkan pandangannya padaku ketika aku melakukan hal yang sama untuknya.

"Jika kau memang dari dimensi lain, artinya ada dirimu yang lain di dimensi yang lainnya, kan? Lalu kenapa hanya dirimu yang terlempar ke dimensi ini? Maksudku, bukankah akan ada banyak dirimu yang melakukan percobaan, lalu kenapa hanya kau yang berhasil ke sini?"

Aksa42 memandangku dengan serius, tatapan matanya benar-benar menunjukan bahwa dia tidak sedang menanyakan pertanyaan konyol yang seharusnya tak perlu kujawab. Tentu saja, pertanyaan itu rumit, pertanyaan di luar nalar yang bahkan tak dapat kujawab dengan pasti, hanya berupa opini.

Aku sendiri pernah memikirkannya. Jika memang di dunia ini ada diriku yang lain, maka tak menutup kemungkinan jika jumlah diriku ada sebanyak tak hingga. Artinya, akan ada tak hingga kemungkinan yang diriku lakukan. Mungkin ada jutaan, atau bahkan milyaran diriku yang berhasil menciptakan alat teleportasi itu, mungkin juga ada milyaran diriku yang gagal membuat alat teleportasi itu dan terlempar ke dimensi yang tak seharusnya, tak menutup kemungkinan juga jika ada milyaran diriku yang terbakar atau bahkan meledak akibat kesalahan perhitungan ketika melakukan uji coba alat itu. Ya, artinya, aku tak dapat memastikan seluruh kejadian yang terjadi di seluruh dimensi, membuat adanya kemungkinan diriku yang lain dari dimensi yang lain juga terlempar ke dunia ini, sekaligus membuat kemustahilan terlemparnya diriku dari dimensi yang lain ke dunia ini karena peluang yang mendekati nol.

Namun, aku yakin di dunia yang lain juga ada diriku yang tengah mengobrol dengan Aksa42, kemudian ditangkap oleh federasi perdamaian dunia dan dimasukan ke dalam penjara bawah tanah yang dingin gan gelap.

3141 : The Dark Momentum [Selesai]Where stories live. Discover now