[21] Pulang

463 43 19
                                    

Sudah sebulan ini Jiyong tidak pulang ke rumah. Tapi, pada akhirnya pilihannya jatuh ke tempat ini lagi. Jiyong membuka pintu rumah dengan pelan. Ini sudah jam sebelas malam, tapi pintu rumah belum dikunci juga. Apakah eomma dan appa lupa mengunci pintunya?

"Jiyong, kamu pulang?" eomma berjalan perlahan dari atas tangga, memastikan bahwa itu adalah anaknya. "Iya. Jiyong pulang," kata Jiyong sambil berjalan ke arah eomma. Eomma berlari dari arah tangga ke bawah lalu langsung memeluk Jiyong.

"Eomma pelan- pelan! Nanti bisa jatuh!" kata Jiyong sambil memeluk eomma dengan erat. Eomma menangis sesenggukan di pelukan Jiyong. "Kamu itu anaknya siapa, heh? Siapa yang ngajarin kamu untuk pergi dari rumah?!"

Jiyong mengelus punggung eomma yang sedang marah- marah. Bibirnya tersenyum, setidaknya begini lebih baik daripada dia harus pergi dari rumahnya sendiri.

...

Malam ini, susana di kediaman keluarga Kwon, menjadi sangat ramai. Karena eomma sengaja mengundang semua karyawan Jiyong untuk menginap.

Rose dan Jennie membantu sedang di dapur, sementara Lisa dan Jisoo sedang mandi.

"Rose, mama kamu apa kabarnya? Sudah lama nggak ikut arisan sama tante," tanya eomma pada Rose. "Papa sama mama baru bulan madu ke Selandia Baru, tante. Bulan madu, sih, tapi kok sebulan," kata Rose sebal. Dia sebenarnya juga ingin ikut liburan bersama keluarganya, tapi papa dan mamanya menahannya di Korea dengan alasan bulan madu.

"Ya, elo buruan cari calon buat diajak bulan madu," kata Jennie sambil menggoreng telur. Eomma tertawa, "Harusnya kamu dulu yang nikah, Jen. Kamu sama Rose, kan, tua kamu."

Jennie memberengut sebal, "Kalau misalnya si Taeyong mau ngajak aku pacaran dari kemarin, aku udah nggak ngenes disini sekarang."

"Lah, Taeyong aja masih mau main kesana kesini. Mana mau cowok semacam dia ngajak pacaran serius. Skripsi aja gak tau gimana kabarnya," kata Daesung yang mampir ke dapur untuk minum.

"Oh, skripsi kalian kabarnya gimana?" tanya eomma. "Aku, sih, belum skripsi. Masih dua tahun lagi. Kak Jisoo yang harus dipertanyakan skripsinya," jawab Rose.

"Ya ampun. Kalian itu ternyata masih kecil- kecil banget, ya? Tante nggak tau. Dari tadi tante aja ngomong nikah- nikahan. Ternyata, kalian skripsi aja belum. Ya udah, kuliah dulu di selesaikan. Nanti kalau Jiyong suruh kalian lembur, lapor tante aja. Biar kalian bisa serius ngerjain skripsi."

Rose dan Jennie hanya mengangguk semangat. Jiyong berjalan dari arah luar bersama dengan Taeyang. Jennie bertanya pada Taeyang, "Bang Tae, jadi ambil S3, kan?"

"Iya, jadi. Kenapa?"

Eomma langsung heboh, "Kamu sempet kerja sambil kuliah, gitu? Nggak capek? Hebat, ya!" Taeyang menyisir rambutnya lalu berkata dengan sombong, "Capek itu ilusi. Sakit itu mental."

Jennie berkata, "Kok kayak pernah dengar, ya?" Jiyong berdecih, "Halah, itu yang pernah dibilangin senior gue dikampus. Taeyang ampas, sok bijak bener."

Taeyang memutar badannya seperti balerina lalu masuk kedalam kamar mandi, malas untuk meladeni Jiyong.

"Bang, mending waktu kaya gini, lo manfaatin buat ngomong sama eomma lo. Tentang elo sama Sandara nuna nantinya gimana. Jadi nikah apa nggak. Daripada lo gabut kaya begini?" Seungri menasehati Jiyong dengan berbisik.

"Eomma," panggil Jiyong pelan. "Apa? Kamu minta ketemu Sandara?" kata eomma sambil bercanda. Jiyong berkata dengan tegas, "Aku mau ketemu sama Sandara secepatnya. Banyak yang harus aku omongin sama dia."

Eomma dengan cuek berkata, "Ya, datengin aja sendiri. Kamu cowok, kan? Masa harus eomma yang bilang. Jemput sana, jadi gentleman."

Jiyong kehilangan kata- kata. "Eomma tau, kamu pasti akan balik ke rumah, balik ke Sandara—ya, walaupun kalian belum pacaran. Makanya, cari cewek itu yang bener dikit. Yakin setia nggak? Yakin bisa diajak berjuang nggak? Nggak ada salahnya menentang keputusan yang kamu anggap salah. Tapi, bukan berarti keputusan kamu udah bener. Sana ambil kunci mobil! Samperin ke rumahnya!"

Setelah menasehati Jiyong, eomma kembali memotong wortel dengan santai. Seungri dan Top langsung mengangkat Jiyong dan memasukkannya ke mobil. "Heh, bentar!" Daesung dan Taeyang berteriak dari dalam rumah.

"Ini dompet yu," Taeyang menyerahkan dompet Jiyong. "Ini makanan dari eomma. Dimakan berdua. Jangan untuk perang!" kata Daesung sambil menyerahkan satu tas bekal pada Jiyong. "Heh, jangan lupa pulang," kata Top.

Setelah menerima semua barang dan meminta doa restu pada seluruh teman temannya, Jiyong berangkat menuju rumah Sandara. Berharap Sandara masih mau memaafkannya.

HUHUHUHU MIAN SUDAH BERAPA HARI WORK INI LUMUTAN UDAH SEBULAN :( Gue terlalu sibuk sama rl. Tugas menumpuk yawla. Untung libur tiga hari 😌. Huhuhu mau cry aja. Semoga work ini nggak mengecewakan. Jan lupa vote dan komennya ditunggu. See you!

Effortless ✘ DaragonWhere stories live. Discover now